komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen
komunikasi. Untuk itu kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi. Menurut Wilbur Schramm komunikasi selalu menghendaki adanya paling sedikit tiga unsur
Effendy, 2003:39 yakni : 1.
Sumber Source Sumber dapat merupakan perorangan orang yang sedang berbicara,
menulis, menggambar dan melakukan gerak-gerik atau sebuah organisasi komuniasi surat kabar, biro publikasi, televisi, radio, film, dan
sebagainya.
2. Pesan Message
Pesan dapat diwujudkan diatas kertas, gelombang radio diudara, daya tekan dalam aliran listrik, lambaian tangan, kibaran bendera, atau tanda-
tanda lain yang bila ditafsirkan mempunyai arti tertentu.
3. Sasaran Destination
Sasaran dapat merupakan seseorang yang sedang mendengarkan, memperhatikan atau membaca. Bisa juga berupa anggota kelompok
diskusi, hadirin pendengar ceramah, penonton sepak bola, atau anggota kelompok massa seperti pembaca surat kabar atau penonton televisi.
2.2.1.3 Sifat Komunikasi
a. Komunikasi verbal 1. Komunikasi lisan
2. Komunikasi tulisan b. Komunikasi non verbal
1. Komunikasi kial gesture 2. Komunikasi gambar
c. Komunikasi tatap muka d. Komunikasi bermedia Effendy, 1992
2.2.1.4 Ruang Lingkup Komunikasi
a. Lingkup Komunikasi
Kita telah banyak berbicara tentang komunikasi. Dengan berkembangnya komunikasi, maka dengan sendirinya lingkup komunikasi mengalami perubahan
yang mendasar. Untuk mengetahui lingkup komunikasi perhatikan susunan berikut :
1. Bentuk spesialisasi, Meliputi komunikasi personal, komunikasi kelompok,
komunikasi massa. 2.
Media, Meliputi media umum dan media massa. 3.
Efek, Meliputi personal opinion, public opinion, majority opinion dan general opinion.
b. Fungsi Komunikasi
Komunikasi dalam setiap sistem sosial berfungsi sebagai Informasi, sosialisasi, motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan, hiburan, penyebaran
berita, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat
mengambil keputusan yang tepat.
c. Tujuan Komunikasi
Dalam berkomunikasi kita tidak hanya dituntut untuk memahami dan mengerti satu sama lain saja, tetapi juga harus memiliki tujuan dalam
berkomunikasi. Pada umumnya, komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Antara lain :
1. Agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti.
2. Memahami orang lain.
3. Agar gagasan yang kita sampaikan dapat diterima oleh orang lain.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Hambatan-hambatan tersebut
yaitu : 1.
Keadaan psikologis komunikasi 2.
Kekurangan komunikator atau komunikan 3.
Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan 4.
Bahasa 5.
Isi pesan berlebihan
6. Bersifat satu arah
Prasangka Widjaja, 1988:61
2.2.1.5 Komunikasi di Pesantren Darularafah
Komunikasi yang terjalin dalam sistem pengajaran di Pesantren Darularafah Raya adalah komunikasi yang bersifat verbal, baik itu komunikasi lisan maupun
tulisan. Begitu juga komunikasi nonverbal. seperti komunikasi yang dilakukan dengan gerak-gerik tubuh, kode, lambang, atau gambar. Guru memberikan materi
pembelajaran lewat lisan dan tulisan agar remaja atau santri lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan. Pemanfaatan kode, lambang, gambar dan
gerak-gerik tubuh berguna memudahkan santri dalam memahami setiap proses komunikasi yang dilakukan secara nonverbal, serta dapat mendidik santri dalam
memahami setiap proses materi pembelajaran yang diberikan oleh pihak guru kepada santri.
Proses komunikasi yang terjadi di antara anak didik dan guru di Pesantren Darularafah Raya berlangsung dengan komunikasi tatap muka. Komunikasi ini
memudahkan para guru untuk melihat umpan balik yang diberikan oleh remaja terhadap pesan yang disampaikan, apakah umpan balik yang diterima bersifat
positif ataupun negatif. Para guru juga terlihat sangat profesional dalam mendidik para santrinya. Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya,
para guru telah membekali diri mereka dengan berbagai ilmu pendidikan disertai dengan etika dan kepribadian yang yang mampu menjadi motivasi bagi seluruh
santri. Guru juga dituntut untuk mengetahui secara mendalam mengenai para santri yang mereka didik. Seorang guru yang memahami fungsi dan tugasnya
dituntut untuk tidak hanya mengetahui sebatas dinding sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat. Guru juga berupaya
mengajarkan kebudayaan kepada para santri berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman yang berfungsi membentuk kepribadian yang baik sesuai
dengan tujuan setiap guru dan orang tua para santri.
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi antarpribadi. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui
dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok, maupun organisasi Cahyana, 1996:195.
2.2.2.1 Defenisi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain,
menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya,
Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi
antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.
Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.
Komunikator akan mengetahui secara pasti apakah komunikasi tersebut bersifat positif, negative, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat
memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya Wiryanto, 2004:36.
Pengertian komunikasi antarpribadi dari beberapa ahli, diantaranya : Rogers liliweri, 1991:12 menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Supratiknya Supratiknya, 1995: 30 berpendapat
bahwa komunikasi antarpribadi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. De Vito 2005: 3
mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan- pesan dari seseorang dan di terima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan
efek dan umpan balik yang berlangsung.
Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication menjelaskan defenisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif :
1. Perspektif konvensional
Perspektif ini mendefenisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsur-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan diantara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.
2. Perspektif Rasional
3. Menurut perspektif ini, komunikasi antarpribadi didefenisikan sebagai
komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan jelas diantara mereka. Defenisi relasional acapkali disebut defenisi
pasangan karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi. Perspektif Pengembangan
Dari ketiga perspektif tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan dua orang atau lebih
dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pada perspektif pengembangan, komunikasi antarpribadi adalah suatu
proses yang berkembang yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya
ada peningkatan hubungan diantara para peserta komunikasi Cahyana, 1996:196.
2.2.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi
Menurut Everett M. Rogers, ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :
a. Arus pesan cenderung dua arah.
b. Konteks komunikasi dua arah.
c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.
d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas
keterpaan tinggi. e.
Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat. f.
Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. Wiryanto, 2004:35.
2.2
Komunikasi antarpribadi dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Ada 6 tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting, yaitu:
.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
2. Mengetahui dunia luar
3. Menciptakan dan memelihara hubungan
4. Mengubah sikap dan perilaku
5. Bermain dan mencari hiburan
6. Membantu orang lain
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud.
Tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar atau tanpa maksud tertentu Widjaja, 1988: 122.
2.2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
a. Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri,
yaitu : Keterbukaan openness
b. Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima
didalam menghadapi hubungan antarpribadi. Empati empathy
c. Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Dukungan supportiveness
d. Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
Rasa Positif positiveness
e. Seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang
lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
Kesetaraan equality
Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan
Wiryanto, 2004:36
Menurut Yoseph Devito 1986 dalam bukunya The Interpersonal Communication Book dilihat dari
1. Perspektif Humanistik
2 perspektif, yaitu:
a. Keterbukaan
b. Perilaku suportif
c. Perilaku positif
d. Empati
e. Kesamaan
2. Perspektif Pragmatis
a. Yakin
b. Kebersamaan
c. Perilaku ekspresif
d. Orientasi pada orang lain Widjaja 1988: 127.
2.2.2.5
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi utama yang dipakai oleh para pengajar di Pesantren Darularafah raya. Jenis komunikasi ini digunakan
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada santri dan juga dalam menciptakan hubungan yang dekat dengan santri. Selain itu komunikasi antarpribadi juga
sering diterapkan dalam berbagai kegiatan lainnya seperti mufrodat, muhadatsah, muhadoroh, kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan ketika didalam asrama
bersama pembimbing asrama masing-masing. Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi setiap santri dapat
mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. Dibandingkan dengan
bentuk-bentuk komunikasi lainnya, Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.
Alasannya karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.
Komunikasi Antarpribadi di Pesantren Darularafah Raya
Darularafah juga menyediakan kakak asuhpendidik kepada setiap santri di pesantren, guna untuk sharing, menyelesaikan masalah dan segala sesuatu yang
menjadi pertanyaan bagi santri. Segala proses komunikasi antarpribadi yang diterapkan oleh setiap guru dan kakak pembimbing di Darularafah berguna untuk
membuat santri atau anak didik merasa nyaman dan mudah dalam menjalankan setiap proses pendidikan didalam pesantren. Dengan diterapkannya proses
komunikasi antarpribadi di Darularafah, menjadikan para guru dan santri menjadi lebih dekat seperti keluarga sendiri.
Hal ini disesuaikan dengan kondisi para santri yang memang jauh dari kasih sayang orang tua dan. Dengan situasi seperti ini, maka pihak guru dan para santri
lain lah yang menjadi keluarga mereka selama di pesantren. Dengan begitu pihak guru dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh santri serta memberikan
perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap anak didik. Guru juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan para santri khususnya di Pesantren
Darularafah Raya.
2.2.3 Teori Pengungkapan Diri Self Disclosure
Self disclosure adalah pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan
seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya. Teori ini terjadi ketika kita dengan sengaja memberikan informasi tentang diri kita
sendiri kepada orang lain. Dimana mereka tidak akan mengetahui dan memahami jika kita tidak memberitahukannya kepada orang lain. Hubungan antarpribadi
tidak akan mencapai keintiman tanpa pengungkapan diri self disclosure. Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi,
perilaku, perasaan, keinginan, motivasi dan ide sesuai yang terdapat didalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dari pengungkapan diri seseorang
tergantung pada situasi dan orang yang diajak dalam berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan kita menyenangkan, membuat kita merasa aman serta dapat
membangkitkan semangat, maka kemungkinan bagi kita untuk lebih membuka diri, begitu juga sebaliknya.
Dalam proses pengungkapan diri tampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecendrungan mengikuti norma timbal balik. Bila seseorang
menceritakan sesuatu yang pribadi pada kita, maka kita cenderung akan memberikan respon yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain
memperlakukan kita sama seperti memperlakukan mereka. Dalam konteks ini berarti kita sudah mulai membicarakan soal kedalaman depth dan keluasan
breadth self-disclosure. Sejauh mana kedalaman dalam self-disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan komunikasi. Makin akrab
kita dengannya maka akan makin dalam self-disclosure-nya. Selain itu, akan makin luas juga cakupan bahasan yang kita komunikasikan melalui self-disclosure
itu. Ini merupakan hal yang logis. Bagaimana kita mau berbincang-bincang mengenai lapisan terdalam dari diri kita apabila kita tidak merasa memiliki
hubungan yang akrab dengan lawan komunikasi kita Dayakisni, 2003:88.
Gambar 1 Konsep Johari Window
I Terbuka Open
Diketahui sendiri, diketahui orang lain II
Buta Blind Tidak diketahui sendiri, diketahui
orang lain
III Tersembunyi Hidden
Diketahui diri sendiri, tidak diketahui orang lain
IV Tidak Dikenal Unknown
Tidak diketahui diri sendiri, tidak diketaui orang lain
Sumber: Liliweri, 1997: 53 Berdasarkan gambar johari window diatas dapat diketahui bahwa tiap diri
kita memiliki keempat unsur tersebut, termasuk yang belum diketahui maupun yang disadari. Keempat bidang diatas merupakan satu kesatuan yang terdapat
dalam diri setiap orang. Hanya saja kadar bidang berbeda satu dengan yang lain.
Mereka yang mampu bersosialisasi dan membangun hubungan baik, maka akan memperluas bidang terbuka dan ketiga bidang yang lain akan menyempit. Dengan
demikian komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kitadapat
tumbuh dan belajar, menemukan pribadi kita dan orang lain, bergaul, bersahabat, saling mengasihi, bermusuhan, membenci orang lain, dan sebagainya.
De Vito Liliweri, 1997:13 mengatakan bahwa ada alasan umum mengapa seseorang menjalin hubungan diantaranya yaitu: mengurangi kesepian, dimana
rasa sepi muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak terpenuhi, mengutarakan dorongan karena semua manusia membutuhkan interaksi antar manusia,
memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri. Karena melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain
melihatnya. Memaksimalkan kesenangan dan meminimalisir rasa sakit melalui berbagi rasa dengan orang lain. Karena pada hakikatnya setiap orang berusaha
memaksimalkan kesenangan dan meminimalisir rasa sakit yang dideritanya. Proses pengungkapan diri mempunyai suatu tujuan yaitu tercapainya
hubungan yang erat dan baik dan menciptakan suasana yang akrab dan penuh dengan kekeluargaan. Model pengungkapan diri juga didukung dengan model
penetrasi sosial yang didalamnya terdapat dua dimensi yang luas dan mendalam. Dimana seseorang akan berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing
maupun sahabat dekat dengan memulai hubungan yang dangkal hingga berkembang menjadi lebih akrab. Pengungkapan diri memiliki banyak
perkembangan, maka terdapat pula fungsi dari pengungkapan diri tersebut yaitu : 1.
Ekspresi, dalam suatu hubungan tidak terlepas dari kekecewaan maupun kekesalan, baik menyangkut pekerjaan, perasaan maupun lainnya. Untuk
membuang kekesalan maupun kekecewaan biasanya akan merasa senang jika bercerita pada kerabat atau sahabat.
2. Penjernihan diri self clarification, dengan saling berbagi kasih dan rasa
serta menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi kepada sahabat, kita berharap akan mendapatkan penjelasan dan pemahaman pikiran dari
masalah yang kita hadapi, hingga melihat permasalahan menjadi bijak dan jernih.
3. Keabsahan sosial social validation, setelah pembicaraan masalah selesai
dengan baik dan jernih, biasanya kita memberikan tanggapan mengenai masalah yang tengah dihadapi. Dengan demikian kita akan mendapatkan
suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan dan akan memperoleh dukungan dari sahabat maupun kerabat.
4. Kendali sosial social control, seseorang akan menyembunyikan dan
mengemukakan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan control sosial, misalnya saja orang akan mengatakan
sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik terhadap dirinya. 5.
Perkembangan hubungan relationship development, saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai
merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis hubungan akan peningkatan derajat keakraban Dayakisni, 2003:90.
2.2.4 Teori Interaksi Simbolik
Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial pada hakikatnya adalah interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan
simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Para ahli perfeksionisme simbolik melihat bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah
dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan
simbol-simbol, yang didalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata pesan verbal, perilaku non verbal dan obyek yang disepakati bersama Mulyana,
2001:84.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif
interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang
subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka
dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Defenisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objekdan
bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Mereka bertindak hanya berdasarkan defenisi atau penafsiran mereka atas objek-objek
disekelilingnya. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan blumer, proses social dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan aturan-
aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang
memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi social dan kekuatan sosial
Mulyana, 2001:68. Menurut teoritis interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah
interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara singkat interaksionalisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut : pertama
individu merespon sebuah situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-
komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan
dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi
yang ditemukan dalam interaksi sosial.
2.2.5 Pesantren
Pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam Indonesia untuk mendalami ilmu agama Islam dan telah diakui sebagai lembaga yang telah
ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Bila dilihat dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tapi juga mengandung makna keaslian Indonesia indigenous. Dunia
pesantren memiliki karakteristik tertentu yaitu dunia tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang
dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam, seperti misalnya, periode kaum Salaf, yakni para sahabat
Nabi Muhammad dan tabi’in senior. Anehnya, istilah salaf juga digunakan oleh kalangan pesantren misalnya pesantren salafiyah walaupun dengan pengertian
yang jauh berbeda. Pada pihak lain, kaum salafi adalah mereka yang memegang paham tentang Islam yang murni pada masa awal yang belum dipengaruhi bid’ah
dan khurafat. Soegarda Poerbakawatja mengatakan pesantren berasal dari kata santri
yaitu seorang pelajar yang memperdalam agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai pengertian tempat orang berkumpul untuk belajar agama
Islam. Ada pula yang mendefinisikan pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam Indonesia yang berbasis sistem pendidikan “tradisional” untuk
mendalami bidang ilmu-ilmu Islam dan mengamalkan ilmu tersebut sebagai pedoman hidup keseharian. Atau perilaku dimana para santri biasa tinggal
di pondok asrama dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai berbagai bidang dan cabang ilmu agama Islam
secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Pesantren sendiri bersifat umum, tidak membeda-bedakan orang-orang yang belajar di dalamnya, yang terpenting adalah niat awal seseorang tersebut dalam
memperdalam imu dunia dan akhirat. Tetapi untuk pesantren modern sendiri biasanya pihak pesantren membuka pendaftaran untuk jenjang tsanawiyah dan
aliyah. Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau
menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya
pengembangan kepribadian yang ingin dituju adalah kepribadian seorang mukhsin http:serambipesantren.com20130315pengertian-pesantren.
2.2.6
Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam suatu fungsi.
Memahami kepribadian sosial yang berarti berupa memahami diri sendiri atau memahami manusia seutuhnya.
Kepribadian Sosial
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya
perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi: a.
Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa. b.
Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarah diri dan
mengevaluasi kembali tentang standar norma, tujuan dan cita-cita. d.
Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.
e. Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak
dan masa dewasa Yusuf, 2009:201. Disadari atau tidak, psikologi remaja dalam pergaulan sehari-hari dengan
teman sebaya, apabila ada sesuatu hal yang tidak disenangi mereka akan segera melakukan demo bentu aksi yang diungkapkan secara nyata. Maka sering dalam
dunia remaja apabila terjadi kesalah pahaman di antara satu dengan yang lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, mereka akan bertindak
secepatnya dan itu lebih mengarah pada kekerasan atau perkelahian.
Apabila hal ini sering mereka lakukan tanpa ada yang dapat mencegah dari hal yang demikian atau tidak adanya rambu-rambu yang dapat menghentikan
mereka, maka untuk selamanya hal itu akan terus berkelanjut tanpa peduli dengan apapun dan resiko yang akan dihadapi sering diabaikan.
10 kepribadian buruk yang harus dihindari oleh remaja, diantaranya : 1.
Negative Thinking 2.
3. Suka menyia-nyiakan waktu
4. Pesimis
Malas
5. 6.
Salah memilih teman
7. Ragu dalam melangkah
8. Lari dari tanggung jawab
9. Pembohong
10. Tidak percaya diri
Sentimental dan keras kepala http:safnowandi.wordpress.com
Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia yang menggambarkan karakter manusia yang ditunjukkan melalui sikap
dan perbuatannya. Untuk mengetahui
2.2.6.1 Kepribadian Sosial Di Pesanten Darularafah Raya
Pembentukan kepribadian sosial yang diterapkan di Pesantren Darularafah kepada anak didik tidak hanya berlangsung
pada saat suasana belajar mengajar saja, namun proses pengembangan kepribadian itu sendiri sudah menjadi budaya keseharian bagi setiap santri
dimanapun mereka berada. Seperti dalam menjaga sikap, sopan santun, ramah tamah, saling menolong, tidak mengolok-olok teman, dan sebagainya .Remaja di
pesantren darularafah sendiri tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan lawan jenis atau santri putra. Hal inilah yang akan menghambat proses keremajaan dari
para santri yang mungkin dalam masa pubertas. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah bagi para santri, karena hal ini bukan menjadi tujuan utama santri untuk
berproses di pesantren tersebut. Disinilah tugas para guru dalam mendidik dan membentuk kepribadian positif bagi seluruh remaja santri di Pesantren
Darularafah Raya.
2.2.7 Guru
sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak
supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya
secara optimal, hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Guru menurut paradigma baru bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator. Proses belajar mengajar yaitu
realisasi atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya. Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan
guru tidak dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang orang, melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara
akademisi, kompeten secara operasional dan profesional. Untuk menyandang predikat sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab
predikat seorang guru hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak. Kemutlakan tersebut ditandai dengan
keprofesionalan dengan ciri-ciri sebagaimana diatas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi saw, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan
pada orang yang tidak mampu secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis tujuan pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena
guru sebagai pembawa arah pendidikan tidak mampu dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan
sang khaliq. Menurut Jamaluddin 1978: 1 Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri, dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah.
Guru merupakan komponen utama dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya guru dunia ini menjadi suram, karena guru pencerah dunia. Dengan adanya guru
maka terciptalah manusia-manusia yang berpendidikan, yang diharapkan dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju.
Ada 3 hal pokok yang harus di miliki seorang guru, yaitu : 1.
Preparation Preparation atau persiapan adalah hal pertama yang harus dimiliki seorang
pengajar dan pendidik. Seorang guru bertugas untuk menyampaikan ilmunya
kepada murid. Setiap pertemuan akan ada materi yang berbeda. Dan persiapan materi sangat diperlukan guru untuk bisa menyampaikan materi dengan baik.
Selain itu, persiapan juga akan meningkatkan kepercayaan diri seorang guru. Penyebab utama rasa tidak PD biasanya adalah ketakutan dari guru terhadap
suasana di kelas. Jika guru tersebut sudah melakukan persiapan secara matang, baik itu persiapan materi yang diajarkan maupun persiapan mental, maka
Ketakutan tersebut akan sirna dan digantikan oleh rasa percaya diri yang tinggi.
2. power kekuatan diri
Kekuatan diri adalah modal utama bagi guru sebagai motivator dalam kelas yang perlu dimiliki. Disinilah peran penting dari power. Guru adalah aktor
tunggal di kelas yang menjadi pusat perhatian. Dengan menunjukkan kesegaran dan ekspresi serta energi yang powerfull, para murid akan dengan antusias
mendengarkan penjelasannya dengan demikian usaha penyampaian materi akan lebih mudah.
3. Performance
Aspek ketiga ini juga tak kalah pentingnya. Ketampanan atau Kecantikan tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi patokan guru yang ideal. Akan tetapi
performance adalah syarat untuk menjadi guru yang dilirik dan didengar oleh siswa. Dengan berpenampilan rapi, seorang guru menunjukkan kapabilitasnya dan
sekaligus juga meng-attrackperhatian siswa http:jamal-merdeka.blogspot.com
.
2.2.7.1 Guru Di Pesantren Darularafah Raya
Guru di Pesantren Darularafah Raya berjumlah 148 orang. Masing-masing dari mereka telah selesai dalam proses perguruan tinggi. Guru-guru di PDAR ini
sendiri dipanggil dengan sebutan ustadz dan ustadzah oleh santri. Panggilan ini bertujuan untuk mengakrabkan para santri dengan guru secara emosional. Sebagai
pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar
dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, hanya saja
ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
Posisi ustadz dan ustadzah di PDAR dituntut untuk dapat menjadi orang tua pengganti selama santri berada di pesantren. Dengan kondisi seperti ini para guru
harus dapat memahami karakter dan sikap setiap santri serta memposisikan diri mereka seperti yang dirasakan para santri selama menjalani kehidupan di PDAR.
Jika selama pendidikan terdapat santri yang bermasalah maka tugas para guru adalah membina mereka dan merundingkan kepada orang tua masing-masing.
Dengan adanya proses ini maka akan memudahkan para guru dan orang tua bekerja sama dalam mendidik para santri tersebut.
Remaja berasal dari kata latin
2.2.8 Remaja
adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
Pada masa ini sebenarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon dalam Monks, dkk 1994 bahwa
masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa Sri Rumini Siti Sundari, 2004: 53.
Masa remaja dapat bermula pada usia sekitar 10 tahun. Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa
batasan usia remaja tidak ditentukan dengan jelas, tapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap
Soetjiningsih, 2004.
Adapun batasan usia remaja menurut beberapa sumber lain adalah Sarwono, 2002 :
• •
WHO mendefinisikan bahwa anak bisa dikatakan remaja apabila telah mencapai umur 10-19 tahun.
• Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak remaja
adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.
• Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tentang anak dianggap
sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menganggap anak beranjak remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari
sekolah menengah.
Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses pertumbuhan yang bertahap dalam internal dan
eksternal, tumbuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termaksud hormon seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga
sekaligus menjadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya remaja jadi sering berkaca-kaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi resah dengan
bentuk tubuhnya dan sebagainya.
2.2.8.1 Perkembangan remaja
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai satu hal yang penting, namun
ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak
proposional kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada
penyimpangan perilaku seksual. Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja,
sebagaimana dikemukakan oleh monks dkk 1996, kadang-kadang lebih cepat dari pada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang
remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian
remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan
salah satu penilaian yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya memenuhi persyaratan, sebagaimana
yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut : a.
Perempuan 1. Pertumbuhan payudara 3-8 tahun
2. Pertumbuhan rambut pubis 8-14 tahun 3. Pertumbuhan badan 9,5-14,5 tahun
4. Menstruasi 10-16 tahun 5. Pertumbuhan bulu ketiak 2 tahun setelah bulu pubis
6. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat sama dengan tumbuhnya bulu ketiak
b. Laki-laki
1. Pertumbuhan testia 10-13,5 tahun 2. Pertumbuhan rambut pubis 10-15 tahun
3. Pembesaran badan 10,5-16 tahun 4. Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara
5. Tumbuhnya rambut diwajah dan ketiak 2 tahun setelah rambut pubis
6. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat sama dengan tumbuhnya bulu ketiak
a. Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral
dan kepribadian Sarwono, 2011. Perkembangan Fisik Remaja
Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Terutama mengenai perbedaan seks yang sangat terlihat
jelas.Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat
dari pada anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan
anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat
cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal Sarwono, 2011.
b. Perkembangan Sosial
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri
dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga
dan sekolah Sarwono, 2011. Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting
dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial
yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi
pemimpin Sarwono, 2011.
c. Perkembangan Emosi
Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dalam menghadapi kondisi baru
Monks Haditomo, 2004.
d. Perkembangan moral.
Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok kepadanya kemudian mau membentuk
perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu
anak-anak. Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral
yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya Sarwono, 2011.
e. Perkembangan kepribadian
Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk. Mereka menilai sifat-sifat ini sesuai
dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian sosial dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya
terdorong untuk memperbaiki kepribadian sosial masing-masing Sarwono, 2011.
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih
luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Hurlock, 1980: 206. Secara psikologis, masa remaja adalah
usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Secara kronologis yang tergolong
remaja berkisar antara usia 1 Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep
mereka mengenai kepribadian yang ideal. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal bagi mereka yang tidak berhasil ingin mengubah
kepribadian mereka Hurlock, 2000.
213-
Gunarsa 1989 merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas
diri Dariyo 2004: 13.
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk
hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab
pertentangan-pertentang dengan orang tua. 6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok. Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat
terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian.
2.2.8.2 Anak Usia Remaja Di Pesantren Darularafah Raya
Remaja merupakan sekelompok generasi yang akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat di masa yang akan datang, yang akan meneruskan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara di masa depan. Kemampuan remaja bersosialisasi diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya. Setiap individu memiliki sifat yang unik. Satu sama lain memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian menunjuk pada sikap-sikap
seseorang untuk bertindak, berfikir, merasakan, cara berhubungan dengan orang lain, dan cara seseorang menghadapi masalah. Kepribadian sendiri terbentuk
melalui proses sosialisasi yang panjang sejak kita dilahirkan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang bisa berubah dan
berkembang seiring proses sosialisasi yang dilakukan individu tersebut. Lingkungan pertama tempat terbentuknya kepribadian remaja selain
dilingkungan remaja adalah sekolah, teman bergaul dan pihak yang cukup berkompeten dalam mengenalkan bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan
yaitu guru disekolah. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, Jumlah keseluruhan putra dan putri pesantren darularafah raya adalah sebanyak 2.637
siswa. Dan keseluruhan dari mereka dapat dikatakan sebagai anak yang sedang atau memasuki masa remaja, dengan usia 12-17 tahun. Masing-masing dari
mereka duduk di bangku SMP dan SMA yang terbagi menjadi 2 konsentrasi, yaitu IPA dan IPS. Sisa dari mereka berada di kelas I Taksis. Kelas yang satu ini
merupakan kelas eksperimen dimana seluruh santri dilatih untuk lebih memperdalam pelajaran pondok terlebih dahulu, terutama bahasa arab dan bahasa
inggris. Seluruh santri yang berada di kelas ini merupakan himpunan dari santri yang masuk setelah tamat SMP, sehingga mereka dituntut untuk lebih
memperdalam bahasa dan ilmu agama terlebih dahulu. Masing-masing kelas berisi kurang lebih 36 santri sesuai dengan urutan nilai
dan prestasi santri masing-masing. Maka bagi sekelompok santri yang mendapat nilai teratas maka akan di tempatkan di kelas A, atau biasanya sering disebut
dengan kelas unggulan. Di pesantren darularafah sendiri, para santri tidak pernah disatukan dengan lawan jenis baik itu dilingkungan maupun dikelas. Mereka
hidup terpisah dengan pembatas tembok kokoh yang tinggi yang dibangun di tengah-tengah pembatas lingkungan putra dan putri. Hal ini juga dirasakan oleh
para guru khususnya ustadz dan ustadzah yang belum menikah. Tidak ada perbedaan bagi santri dan para guru yang lajang. Mereka tinggal diatap yang
sama, makan dengan lauk yang sama, dan menjalani aturan yang sama. Bedanya para santri adalah murid dan guru adalah pengajar mereka yang bersedia menjadi
tempat cerita atau mengadu mengenai segala problematika yang mereka hadapi.
2.3 Model Teoritis Gambar 2
Model Teoritik
Sumber : penelitian 2013 Komunikasi Antarpribadi Guru dalam
Membentuk Kepribadian Sosial Remaja
Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru di Pesantren
Remaja Santri Putri Pesantren Darularafah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku- perilaku yang dapat diamati Moleong, 2005:4.
Menurut Wirata 2006:134 penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naluristik untuk mencari dan menemukan pengertian
dan pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Metode penelitian kualitatif atau riset penelitian kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling sangat terbatas. Jika data terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data Kriyantono, 2010: 56.
Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian periset menjadi
instrumen riset yang harus terjun langsung dilapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan. desain riset
dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset.
Jadi, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi tindakan dan lainnya. Dengan cara deskripsi dalam