Belajar dan Pembelajaran Matematika

11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika

Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat yang dikemukakan oleh para pakar psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Menurut Rifa’i dan Anni 2011: 82, “belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. ” Menurut Hudojo 1988: 1 , “belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.” Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Seorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu relatif lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Menurut Kosasih 2014: 2, “suatu kegiatan disebut belajar sekurang- kurangnya ditandai oleh dua ciri: 1 adanya perubahan tingkah laku; 2 melalui suatu pengalaman atau adanya interaksi dengan sumber belajar. ” Dari beberapa definisi dari berlajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau aktivitas penting yang menghasilkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang, sehingga dapat mengembangkan dirinya ke arah kemajuan yang lebih baik. Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifa’i dan Anni 2011: 84-85, dalam belajar terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Unsur-unsur yang dimaksud adalah siswa, rangsangan stimulus, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar. Perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar inilah yang dinamakan dengan hasil belajar. Berkaitan dengan hasil belajar, faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial. Sedangkan faktor eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi belajar stimulus yang dipelajari direspon, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal siswa dan situasi stimulus yang berada di luar siswa. Dengan kata lain belajar tipe kemampuan baru harus dari kemampuan yang telah dipelajari sebelumnya prior learning dan menyediakan situasi eksternal yang bervariasi Rifa’i dan Anni, 2011: 97-98. Menurut Kosasih 2014: 11, mengajar diartikan sebagai segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Mengajar dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan yang menciptakan situasi dan mendorong siswa untuk belajar. Dengan demikian, belajar dan mengajar merupakan dua istilah yang timbal balik. Kedua istilah yang dipadukan dalam satu istilahyang disebut pembelajaran, yakni suatu usaha mengajar yang bisa mendorong seseorang untuk belajar. Pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan sesuai dengan kurikukum yang berlaku saat itu. Saat ini, kurikulum yang berlaku di SMP Negeri 1 Pangkah adalah KTSP. Dalam KTSP guru dituntut untuk membuktikan profesionalismenya, mereka dituntut untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pendidikan RPP berdasarkan kompetensi dasar KD yang dapat digali dan dikembangkan oleh siswa Mulyasa, 2009: 4. Menurut Soedjadi 2000: 6, “pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. ” Pembelajaran Matematika mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pembelajar. Pembelajaran matematika tidak sekedar learning to know, melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together. Oleh karena itu, filosofi pengajaran matematika perlu diperbaharui menjadi pembelajaran matematika Suherman et al., 2003: 299. Artinya, dalam pembelajaran matematika siswa mendapat porsi lebih banyak selama kegiatan belajar mengajar. Siswa juga berperan lebih aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih pada sebagai fasilitator dan dinamisator. Menurut Suherman et al. 2003: 68-69, pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa yang diajarkan. Oleh karena itu, terdapat beberapa karakteristik pembelajaran matematika di sekolah yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut. a. Pembelajaran matematika adalah berjenjang bertahap Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yang dimulai dari hal yang kongret dilanjutkan ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang komplek atau dari konsep yang mudah ke konsep yang lebih sukar. b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Dalam setiap memperkenalkan konsep dan bahan yang baru perlu memperhatikan konsep dan bahan yang dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan selalu dengan bahan yang telah dipelajarinya dan sekaligus untuk mengingatnya kembali. c. Pembelajaran matematika menetapkan pola pikir deduktif Pemahaman konsep-konsep matematika melalui contoh-contoh dengan sifat-sifat yang sama yang dimiliki dan yang tak dimiliki oleh konsep-konsep tersebut merupakan tuntutan pembelajaran matematika. d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran pada matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan konsep lainnya.

2.1.2 Teori Belajar

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

3 29 61

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERNUANSAETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

0 13 308

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP KELAS VII

5 32 384

KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA

1 34 419

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN PRAKARYA ORIGAMI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII

0 32 414

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP NEGERI 22 SEMARANG KELAS VIII SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2006 2007

0 15 115

EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU PETA KONSEP DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SMA.

0 3 29

(ABSTRAK) KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP NEGERI 22 SEMARANG KELAS VIII SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

0 0 3

Keefektifan Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 22 Semarang Kelas VIII Semester II Tahun Pelajaran 2006/2007.

0 0 113

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII -

0 0 70