2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat
dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi Hudojo, 2001: 87.
Menurut Giganti 2007: 15, “Problem solving is important because it
requires us to combine skills and concepts in order to deal with specific mathematical situations.
” Dari pernyataan tersebut, maka kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu perhatian utama dalam pembelajaran matematika.
Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dalam dunia pendidikan, Xie 2004: 2 berpendapat mengenai pengolahan kemampuan pemecahan masalah
dan dasarnya. Both the National Council of Teachers of Mathematics NCTM and
Ministry of Education MOE consider problem-solving ability as the main goal of mathematics education. Both of them believe that
mathematical problem-solving ability should include both intellectual and non-intellectual aspects. The intellectual aspect includes the
following contents: the ability to formulate, pose and investigate mathematics problems; the ability to collect, organize and analyze
problems from mathematical perspective; the ability to seek proper strategies; the ability to apply learned knowledge and skills; and the
ability to reflect and monitor mathematical thinking processes. The non-intellectual aspect includes the cultivation of positive
dispositions, such as persistence, curiosity and confidence, the understanding of the role of mathematics in reality, and the tendency
to explore new knowledge from mathematics perspective. Xie 2004: 2 setuju bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan
tujuan dasar dari pembelajaran matematika yang meliputi aspek intelektual maupun non intelektual. Aspek intelektual meliputi kemampuan merumuskan, dan
investigasi masalah
matematika, kemampuan
untuk mengumpulkan,
mengorganisasikan dan mengasnalisis masalah dari sudut pandang matematika, kemampuan untuk mencari strategi yang tepat, serta kemampuan untuk
merefleksikan dan menangkap proses berpikir matematik, sedangkan aspek nonintelektual yaitu pengolahan watak positif, seperti ketekunan, keingintahuan
dan percaya diri, serta kecenderungan untuk mengeksplorasi pengetahuan baru dari segi matematik.
Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Hudojo 2001: 150, terdapat dua macam masalah.
1. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkret,
termasuk teka-teki. 2.
Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya.
Indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Depdiknas Nomor 506CKepPP2004 sebagaimana dikutip oleh Wardhani 2008: 18 antara lain
sebagai berikut. 1
Menunjukkan pemahaman masalah. 2
Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.
3 Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.
4 Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
5 Mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6 Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
7 Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Kemampuan pemecahan masalah dapat terlihat dari langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam memecahkan permasalahan matematika. Penilaian
kemampuan pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada langkah-langkah menemukan pemecahan masalah menurut Polya.
Menurut Polya 1971: 5, ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Adapun keempat langkah tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Understanding the problem memahami masalah, langkah ini meliputi: 1 apakah yang tidak diketahui, keterangan apa yang diberikan, atau bagaimana
keterangan soal; 2 apakah keterangan yang diberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan; 3 apakah keterangan tersebut tidak cukup, atau
keterangan itu berlebihan; 4 buatlah gambar atau tulisan notasi yang sesuai.
b.
Devising a plan merencanakan penyelesaian atau pemecahan masalah, langkah-langkah ini meliputi: 1 pernahkah anda menemukan soal seperti ini
sebelumnya, pernahkah ada soal yang serupa dalam bentuk lain; 2 rumus mana yang akan digunakan dalam masalah ini; 3 perhatikan apa yang
ditanyakan; 4 dapatkah hasil dan metode yang lalu digunakan disini.
c.
Carying out the plan memecahkan masalah sesuai rencana, langkah ini menekankan ada pelaksanaan rencana penyelesaian yaitu meliputi: 1
memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum; 2 bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar; 3 melaksanakan
perhitungan sesuai dengan rencana yang dibuat.
d.
Looking back meninjau kembali pekerjaan dan menafsirkan solusi bagian terakhir dari langkah Polya menekankan pada bagaimana cara memeriksa
kebenaran jawaban yang diperoleh, langkah ini terdiri dari: 1 dapat diperiksa sanggahannya; 2 dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain; 3
perlukah menyusun strategi baru yang lebih baik; 4 menuliskan jawaban dengan lebih baik.
Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan langkah pemecahan masalah siswa dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
2.1.6 Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa