Metode Pengumpulan Data A. Data Primer

3.3.2. Metode Pengumpulan Data A. Data Primer

A.1. Inventarisasi Populasi dan Aktifitas Banteng 1. Padang Penggembalaan Metode yang digunakan dalam inventarisasi populasi banteng di padang penggembalaan atau rumpang adalah metode terkonsentrasi concentration count. Pengamatan banteng di padang penggembalaan dilakukan dengan cara : a. Mengamati seluruh wilayah padang penggembalaan dari atas menara pengamat. b. Mencatat jumlah kelompok atau individu banteng yang ada di dalam padang penggembalaan dan banteng yang masuk ke dalam padang penggembalaan. c. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dari pukul 06.00 – 21.00 WIB dengan penghitungan individu banteng setiap dua jam sekali dan mengamati karakteristik individukelompok banteng tersebut. Hasil penghitungan dikumulatifkan sehingga diperoleh data populasi banteng yang berada di padang penggembalaan setiap hari pengamatan. d. Kelompok banteng yang dicatat diklasifikasikan berdasarkan kelas umur dewasa jantan dan betina dan anakan.

2. Hutan

Inventarisasi populasi banteng di dalam hutan dilakukan melalui pendekatan penemuan jejak terpadat di sepanjang jalur analisis vegetasi pengamatan tidak langsung sebanyak lima kali ulangan atau hari pengamatan. A.2. Penentuan Koordinat Geografis Banteng Metode yang digunakan dalam menentukan posisi 2 D latitude dan langitude adalah absolut positioning yaitu hanya menggunakan alat GPS receiver pada saat banteng melakukan aktifitasnya pada titik-titik tertentu baik di padang penggembalaan, dalam hutan dan tepi pantai yang merupakan bagian dari komponen habitatnya. A.3. Inventarisasi Tumbuhan 1. Padang Penggembalaan Inventarisasi di padang penggembalaan dilakukan untuk mengetahui nilai komposisi, biomassa dan produktivitas rumput dan bukan rumput. Petak contoh diletakkan tersebar secara sistematik dengan petak awal ditentukan secara acak dan jarak antar petak contoh sekitar 50 meter. Petak contoh dibuat dengan menggunakan bambu berukuran 1 m x 1 m. Jumlah petak contoh ditentukan sebanyak 10 buah dan pada setiap petak contoh dicatat nama jenis, jumlah individu setiap jenis dan berat basahnya. Menurut Alikodra 1983, pengukuran biomassa setiap jenis rumput dapat dilakukan dengan cara memotong rumput pada setiap petak contoh sampai batas permukaan tanah lalu ditimbang berat basahnya. Pengukuran produktivitas dilakukan setelah bekas potongan tersebut berumur 30 hari. Rumput yang tumbuh dicatat nama jenisnya, jumlah individu setiap jenis kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. 2. Hutan Untuk mengetahui komposisi jenis pakan dengan potensi tingkat pohon, tiang, semai dan pancang maupun tumbuhan bawah untuk masing-masing tipe habitat dilakukan analisis vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi vegetasi yang menjadi habitat satwaliar yang akan diteliti. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengetahui angka nilai penting yang dapat digunakan sebagai parameter tumbuhan untuk mengetahui dominasi suatu jenis tumbuhan yang menempati suatu daerah. Selain itu dapat mengetahui jenis tumbuhan yang dimakan oleh banteng. Kegiatan inventarisasi vegetasi dilakukan pada jalur yang sama dengan jalur pengamatan banteng di dalam hutan. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak yaitu dengan membuat petak-petak contoh di sepanjang jalur pengamatan pada setiap tipe vegetasi, yaitu di hutan pantai dan hutan dataran rendah. Ukuran petak adalah 20m x 20m untuk tingkat pertumbuhan pohon. Dalam petak dibuat sub plot berukuran 2m x 2m untuk tingkat pertumbuhan semai, 5m x 5m untuk tingkat pertumbuhan pancang dan 10m x 10m untuk tingkat pertumbuhan tiang Gambar 3. Data yang dikumpulkan untuk tingkat pohon dan tiang adalah jenis dan jumlah individu tiap jenis pada diameter 5 m 5 m 2 m Aa setinggi dada. Untuk tingkat semai dan pancang data yang dikumpulkan hanya jenis dan jumlah individu. Pengamatan vegetasi dilakukan pada empat jalur yang terdiri dari masing-masing tipe vegetasi satu jalur dengan panjang jalur 100 meter dan lebar 20 meter. Pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh Indeks Nilai Penting INP pada tipe vegetasi dan pakan banteng. 100 m 10 m 10 m Gambar 3. Bentuk Plot Contoh Analisis Vegetasi dan Pakan Banteng. B. Data Sekunder Data spasial dan data atribut penunjang penelitian berasal dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal, Biotrop Training and Information Centre, Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan berbagai hasil yang dikumpulkan dari studi literatur. 3.3.3 Pengolahan Data Pembangunan model spasial kesesuaian habitat banteng di padang penggembalaan Cidaon dilakukan dengan pengumpulan data yang terdiri dari penelusuran literatur, data peta digital dan survey lapangan untuk menganalisis faktor- faktor habitat banteng. Literatur digunakan sebagai dasar atau kriteria dalam menilai kebutuhan hidup life requisitas terhadap habitat banteng yang selanjutnya dalam SIG disebut dengan layer peta tematik. Data masukan input data diperoleh dari analisis peta dan survey lapang. Dari analisis peta diperoleh 5 layer yang digunakan dalam pemodelan yaitu peta penutupan lahan, analisis lahan terhadap nilai NDVI Normalized Difference Vegetation Index, jarak dengan sungai buffer, kelas ketinggian dan kemiringan lereng. Dari survey lapang diperoleh data jumlah pakan, data jumlah jenis pakan, data tempat berteduh, data jarak dengan jalan, serta diperoleh titik sebaran banteng di sekitar padang penggembalaan Cidaon. Berdasarkan survey lapang kemudian diidentifikasi Summarize Zones komponennya terhadap tiap layer, kemudian titik tersebut dianalisis dengan menggunakan Composite Mapping Analysis CMA untuk mendapatkan bobot masing- masing layer. Selanjutnya semua layer ditumpang tindih overlay sesuai dengan bobot masing-masing sehingga diperoleh peta kesesuaian habitat banteng. Hasil model yaitu peta kesesuaian habitat kemudian divalidasi kembali terhadap areal referensi yang menjadi lokasi penelitian. Secara umum tahapan metode penelitian dapat dilihat pada bagan alir tahapan penelitian yang disajikan pada Gambar 5. Peta penutupan lahan diperoleh berdasarkan hasil pengolahan citra dengan menggunakan teknik supervised classification, yaitu dimana proses pengklasifikasian dilakukan dengan prosedur pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh-contoh kelas yang digunakan sebagai dasar klasifikasi. Proses pengolahan citra dapat dilihat pada Gambar 4. Analisis lahan terhadap nilai NDVI dilakukan untuk mengetahui besar dan luasan NDVI pada masing-masing titik plot vegetasi. Nilai NDVI dapat digunakan sebagai acuan di dalam penentuan jenis tanaman yang sesuai pada suatu lahan. Nilai dan kondisi NDVI pada suatu kawasan akan berbeda sesuai dengan kondisi iklimnya. Model NDVI yang digunakan untuk mengetahui setiap nilai dan luasan area NDVI pada lokasi penelitian disajikan pada lampiran 1. Gambar 4. Diagram alir pengolahan citra. Citra Landsat 2003 Citra terkoreksi Citra lokasi penelitian Citra hasil klasifikasi Peta batas TNUK Pemotongan Citra Supervised Classification Peta Penutupan Lahan Koreksi Geometris Gambar 5. Tahapan metode penelitian. Peta ketinggian dan peta kemiringan lereng dibuat dari data kontur vektor yang dianalisis dengan menggunakan Erdas Imagine 9.1. Proses pembuatannya disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Proses Pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng. Data vektor kontur Surface Erdas Imagine 9.1 Digital Elevation Model Peta ketinggian Slope Peta kemiringan lereng Layer peta tematik peta kelas ketinggian peta kemiringan lereng peta jaringan sungai Jml jenis pakan Jml pakan Peta ndvi Jarak dengan jalan Model Peta Kesesuaian Habitat VALIDASI Peta Kesesuaian Habitat DATA CMA peta penutupan lahan Peta jarak sungai buffer dibuat dari data jaringan sungai vektor yang dianalisis dengan menggunakan ArcView 3.3. Proses pembuataanya disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Proses pembuatan peta jarak sungai buffer.

3.4. Analisis Data