menutup sempurna, darah yang dipompa jantung saat sistolik akan masuk kembali ke ventrikel kiri sehingga menurunkan tekanan darah diastolikPorth, 2011.
Gambar 2.4. A Tekanan darah sistolik menunjukkan darah diejeksikan ke aorta, merefleksikan SV, distensibilitas aorta, dan kecepatan darah yang dipompa. BTekanan
darah diastolik merefleksikan tekanan darah arteri saat diastolik yang ditentukan oleh PVR Porth, 2011.
2.1.3. Regulasi Tekanan Darah
Menurut Ibnu Masud 1996,terdapat beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :
1 Sistem saraf, yang terdiri dari pusat-pusat saraf yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan saraf pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor.
2 Sistem humoral atau kimia, yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya renin- angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosin dan kalsium,
magnesium, hidrogen, kalium, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3 Sistem hemodinamik, yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar sistem vaskuler.
Hampir semua sistem tersebut sukar dipisahkan mekanismenya pada peristiwa pengendalian tekanan darah dan tampaknya bekerja secara simultan dan saling melengkapi satu sama lain.
Gambar 2.5.Tekanan darah dan faktor yang mempengaruhinya Ibnu, 1996; Cohn, 1984.
2.1.4. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pada dasarnya pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran tekanan darah secara langsung dapat dilakukan dengan memasukkan
kanul atau jarum steril intra arteri kemudian dilihat perubahan tekanan pada manometer air raksa. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh karena berbahaya, dapat terjadi pendarahan, infeksi, dan
komplikasi lain. Di lain pihak pemeriksaannya tidak mudah dan memerlukan keterampilan tersendiri dan hanya mungkin dilakukan di meja operasi dengan segala perlengkapan dan
persyaratannya Ibnu, 1996. Mengukur tekanan darah secara tidak langsung dapat dilakukan menggunakan metode
palpasi atau auskultasi menggunakan sfigmomanometer. Metode ini dapat mengukur tekanan
Universitas Sumatera Utara
darah sistolik dan diastolik. Secara auskultasi, manset dipasang pada lengan atas dengan jarak sekitar 3 cm dari tepi bawah manset ke fossa cubiti, setelah itu raba arteri brachialis dan letakkan
stetoskop diatasnya. Selanjutnya karet dipompakan udara ke dalam manset yang diikuti oleh kenaikan air raksa pada tabung manometer sampai dengan angka tertentu sehingga menyebabkan
arteri terkompresi sehingga darah tidak mengalir sedemikian rupa. Jika udara didalam manset dikeluarkan perlahan, aliran udara keluar, dan disaat bersamaan terlihat penurunan air raksa
dalam tabungnya. Suatu saaat akan terdengar suara letupan halus semakin mengeras dan jelas didengar. Desakan tersebut menimbulkan getaran pada dinding pembuluh darah dan gelombang
fibrasinya terdengar di stetoskop. Suara letupan mengeras mulai melemah dan akhirnya menghilang sama sekali disebabkan darah mengalir tanpa hambatan sehingga hampir tidak
menimbulkan suara fibrasi dinding pembuluh darah. Manifestasi terdengarnya letupan suara yang pertama kali terdengar merupakan tekanan darah sistolik dan menghilangnya suara letupan
merupakan tekanan darah diastolik Ibnu, 1996; Berg 2006. Dengan metode palpasi pengukuran tekanan darah juga dapat dilakukan, namun memiliki
kelemahan. Metode ini tidak dapat digunakan mengukur tekanan darah diastolik namun keunggulannya dengan cara palpasi dapat memeriksa tekanan paling rendah pada sistem sirkulasi
umum yang terjadi seperti pada keadaan syok sirkulasi Ibnu, 1996; Berg 2006.
2.1.5. Sirkulasi Pembuluh Darah Koroner