Teori Skinner Teori Operant Conditioning
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya peng-
ulangan tingkah laku. Bentuk penguatan positif berupa hadiah permen, kado, ma- kanan, dl., perilaku senyum, menganggukkan kepala untuk meyetujui, bertepuk
tangan, mengacungkan jempol, dl, atau penghargaan pujian diberikan kepada se- orang anak yang memperoleh nilai A pada mata pelajaran tertentu. Peguatan ne-
gatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bruce Joyce 2011:404 menyatakan bahwa ruang lingkup penguatan yang positif ini sangatlah
luas untuk guru, misalnya dengan senyum, antusiasme, rasa tertarik, perhatian, dan percakapan antara guru dan murid. Barangkali peguatan yang paling kuat dan
ampuh adalah atmosfer yang secara keseluruhan menunjukkan hal-hal positif, menjadikan ruang kelas menyenangkan dan menumbuhkan rasa percaya diri pada
siswa. Sebuah lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai positif dapat menuntun siswa untuk menunjukkan perilaku yang aktif dan wajar.
Penguatan negatif dapat berbentuk ; menunda tidak memberikan penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Bruce
Joyce 2011:404 menyatakan pengutan yang negatif disisi lain, menghilangkan sesuatu dari situasi tersebut mungkin menambah sesuatu yang tidak disetujui.
Hukuman, semisalnya ancaman yang dirancang untuk menurunkan kemungkinan munculnya respon kurang baik, merupakan salah satu contoh penguatan yang
negatif stimulus acertif. Model manajemen yang demikian dalam beberapa kelas didasarkan pada kontrol aversif, siswa diancam dengan pembalasan jika mereka
tidak mentaati aturan yang ada dalam proses pembelajaran. Menurut para ahli hu-
kuman memiliki beberapa kelemahan yang pertama, efek hukuman hanyalah ber- sifat temporal, sebab hukuman tidak menjamin perilaku yang sama tidak akan ter-
ulang lagi. Yang kedua, stimuli aversif yang digunakan dalam hukuman bisa me- ngembangkan dan menigkatkan perasaan yang tidak diinginkan, semisal kerenta-
nan untuk kabur atau membalas dendam dan tidak bisa mengatasi kecemasan. Penggunaan penguatan negatif bisa membuat siswa tidak suka dan menghindar
dari materi yang ia coba pelajari.
Langkah-langkah pembelajaran menurut teori Skinner adalah : 1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa ya-
ng positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif di- perlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat dan positif. Guru mencari prilaku yang lebih disukai oleh siswa, prilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat
dijadikan penguat. 3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya. 4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan pri-
laku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari prilaku, dan evaluasi.
Mahmud 2010:81 menyatakan bahwa pandangan Skinner tidak berbeda dengan trial and error yang dikemukakan oleh Thorndike . Hanya saja, perbedaannya
adalah fenomen tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan kepua-
san, sedangkan fenomena tingkah laku menurut Skinner selalu melibatkan penguatan.
Pendapat penganut behavioristik bahwa belajar terjadi akibat adanya pengondisian
lingkungan yang diikuti dengan adanya penguatan. Belajar adalah perubahan peri- laku yang dapat diamati. Berbeda halnya dengan peganut teori Gestalt yang ber-
pendapat bahwa belajar terjadi karena adanya usaha yang bertujuan, eksploratif, imajinatif dan kreatif. Teori Gestalt menganggap belajar adalah perubahan insight
yaitu wawasan atau pengertian tentang adanya hubungan atau pemecahan situasi problematik. Perubahan itu tidak harus terlihat dari luar. Adanya perbedaan pen-
dapat mengenai definisi belajar tersebut, Miarso 2012: 550 menyimpulkan bebe- rapa kesamaan yang dapat diambil sebagai rujukan dalam mendefinisikan belajar,
yaitu : 1 adanya perubahan atau kemampuan baru, 2 perubahan atau kemampu- an baru itu tidak berlangsung sesaat,melainkan menetap dan dapat disimpan, 3
perubahan atau kemampuan baru itu terjadi karena adanya usaha, 4 perubahan atau kemampuan baru itu tidak hanya timbul karena faktor pertumbuhan.
2.1.1.2.Teori Belajar Kogitif 1.
Teori Belajar pemrosesan Informasi Robert M Gagne
Gagne dalam Gunawan 2012:112 mendefinisikan belajar sebagai mekanisme di- mana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara komplek.
Kompetensi itu meliputi, skil, pengetahuan, attitude perilaku, dan nilai-nilai ya- ng diperlukan oleh manusia sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam
tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan -
kemampuan tersebut diperoleh pembelajar dari ; 1 Stimulus dan lingkungan, 2 Proses Kognitif. Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut ; 1
Informasi verbal verbal information, 2 Keterampilan intelektual intelectual skil, 3 Perilaku attitude, 4 Stretegi kognitif cognitive strategi.
Belajar informasi verbal verbal information merupakan kemampuan yang dinya-
takan, seperti membuat label, menyusun fakta-fakta dan menjelaskan. Kemampu- an unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase,
atau melaporkan informasi. Keterampilan intelektual intelectual skil adalah kemampuan pembelajar yang
dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menga- nalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keungan, menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “knowing how”.
Perilaku attitude merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembela-
jar untuk melakukan suatu tindakan. Stretegi kognitif cognitive strategi adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar sipembelajar mengingat dan
berpikir.