HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perbandingan Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam Hasil analisis produksi, biaya, dan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun disajikan pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Rata–Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Petani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil Uraian Satuan Petani Pengguna Pupuk Kompos Petani Pengguna Pupuk Kimia 1. Penerimaan Rpha 14.140.463 13.971.481 - Produksi kgha 4.702 4.691 - Produktivitas kgha 10.510 14.851 - Harga Rpkg 3.019 2.984 2. Biaya Total Rpha 6.250.374 7.345.100 a. Biaya Tetap Rpha 86.067 124.078 - Pajak Rpha 11.111 7.500 - Sewa Lahan Rpha 27.778 55.556 - Penyusutan Alat Rp 47.178 61.022 b. Biaya Variabel Rpha 6.164.307 7.221.022 - Biaya Benih Rpha 436.000 1.045.846 - Biaya Tenaga Kerja Rpha 2.954.923 2.865.355 - Biaya Pupuk Rpha 2.102.032 2.575.563 - Biaya Pestisida Rpha 201.148 265.185 - Biaya Pemipilan Rpkg 470.204 469.073 3. Pendapatan Rpha 7.890.089 6.626.381 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Universitas Sumatera Utara Hasil analisis uji beda rata-rata untuk produksi jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini: Tabel 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Produksi Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia F Sig. t df Sig. 2-tailed Produksi Equal variances assumed 1.930 .168 -.061 88 .951 Equal variances not assumed -.061 87.994 .951 Sumber: Lampiran 19 Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,168 0,05 artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = -0,061. Dengan demikian t hitung = -0,061 terletak didalam range -1,98 sampai +1,98 didalam daerah penerimaan H yang artinya hipotesis H diterima dan hipotesis H 1 ditolak yaitu tidak ada perbedaan nyata antara produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Berdasarkan pada tabel 22, rata-rata produksi jagung petani pengguna pupuk kompos sebesar 4.702 kgha sedangkan produksi rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar 4.691 kgha. Artinya petani jagung pengguna pupuk kompos memiliki produksi lebih tinggi 11 kgha dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kimia. Selisih ini sangat kecil sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara produksi jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Dilihat dari produktivitas, diperoleh bahwa produktivitas rata-rata pengguna pupuk kompos lebih rendah dibandingkan produktivitas rata-rata Universitas Sumatera Utara pengguna pupuk kimia. Dimana produktivitas rata-rata pengguna pupuk kompos sebesar 10.510 kgha sedangkan pengguna pupuk kimia sebesar 14.851 kgha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purtikoningrum 2009 bahwa produktivitas padi yang menggunakan pupuk organik lebih rendah dibandingkan yang tanpa menggunakan pupuk organik. 5.2. Perbandingan Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil Hasil analisis uji beda rata-rata untuk biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia yang menggunakan perhitungan biaya riil dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini: Tabel 24. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil F Sig. t df Sig. 2-tailed Biaya Equal variances assumed 3.426 .068 3.971 88 .000 Equal variances not assumed 3.971 65.556 .000 Sumber: Lampiran 20 Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,068 0,05 artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = 3,971. Dengan demikian t hitung terletak di luar range -1,98 sampai +1,98 di luar daerah penerimaan H yang artinya hipotesis H Universitas Sumatera Utara ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu ada perbedaan nyata antara biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Pada tabel 22 diperoleh rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 6.250.374ha, sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 7.345.100ha. Artinya petani jagung pengguna pupuk kimia mengeluarkan biaya Rp 1.094.726ha 14,9 lebih banyak dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kompos. Tingginya biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia disebabkan oleh: 1. Biaya Benih Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 1.045.846ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli benih sebesar Rp 436.000ha. Perbedaan ini dikarenakan petani pengguna pupuk kimia rata-rata menggunakan benih jenis hibrida dengan harga Rp 56.000kg, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata menggunakan benih jenis lokal dengan harga Rp 4.000kg. 2. Biaya Pupuk Petani pengguna pupuk kimia rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.575.563ha, sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp 2.102.032ha. Perbedaan ini dikarenakan harga pupuk kimia jauh lebih tinggi dibandingkan harga pupuk kompos. Walaupun petani pengguna pupuk kompos tetap Universitas Sumatera Utara menggunakan pupuk kimia, namun penggunaan pupuk kimia tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia. 3. Biaya Pestisida Rata-rata biaya pestisida yang dikeluarkan petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 265.185ha sedangkan petani pengguna pupuk kompos rata-rata mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 201.148ha. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati 2012 bahwa biaya usahatani jagung yang dikeluarkan oleh petani pengguna pupuk organik jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani pengguna pupuk non organik. 5.3. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Biaya Riil Hasil analisis uji beda rata-rata untuk pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia yang menggunakan perhitungan biaya riil dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini: Tabel 25. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Biaya Riil F Sig. t df Sig. 2-tailed Pendapatan Equal variances assumed .324 .571 -3.039 88 .003 Equal variances not assumed -3.039 86.938 .003 Sumber: Lampiran 21 Universitas Sumatera Utara Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,571 0,05 artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = -3,039. Dengan demikian t hitung terletak di luar range -1,98 sampai +1,98 di luar daerah penerimaan H yang artinya hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu ada perbedaan nyata antara pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Berdasarkan pada tabel 22, diperoleh rata-rata perbedaan pendapatan tersebut sebesar Rp 1.263.708ha. Rata-rata pendapatan jagung petani pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia, dimana pendapatan rata-rata petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.890.089ha, sedangkan pendapatan rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 6.626.381ha. Tingginya pendapatan yang diperoleh petani jagung pengguna pupuk kompos dikarenakan oleh: 1. Biaya usahatani yang lebih rendah dibandingkan petani pengguna pupuk kimia. 2. Penerimaan yang lebih tinggi, yang dikarenakan harga jual rata-rata yang diterima petani pengguna pupuk kompos lebih tinggi yaitu sebesar Rp 3.019kg, sedangkan harga jual rata-rata yang diterima petani pengguna pupuk kimia sebesar Rp 2.984kg. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati 2012 bahwa pendapatan petani jagung pengguna pupuk organik lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan pupuk organik. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Riskiardi 2001 yang meneliti tentang peningkatan pendapatan petani dengan usahatani sistem pertanian organik menunjukkan bahwa pendapatan petani usahatani sistem pertanian organik lebih tinggi dibanding dengan non organik. Hal itu dikarenakan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian organik lebih rendah dibandingkan total biaya produksi yang dikeluarkan dari usahatani sistem pertanian non organik, walaupun produksi yang dihasilkan dari pertanian organik lebih rendah dari anorganik, akan tetapi harga jual dari pertanian organik lebih tinggi dari pertanian anorganik. 5.4. Perbandingan Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost Hasil analisis produksi, biaya, dan pendapatan usahatani jagung petani pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia di Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun dengan perhitungan opportunity cost disajikan pada Tabel 26 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 26. Rata–Rata Produksi, Biaya, dan Pendapatan Petani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost Uraian Satuan Petani Pengguna Pupuk Kompos Petani Pengguna Pupuk Kimia 4. Penerimaan Rpha 14.140.463 13.971.481 - Produksi kgha 4.702 4.691 - Produktivitas kgha 10.510 14.851 - Harga Rpkg 3.019 2.984 5. Biaya Total Rpha 7.582.053 8.723.171 c. Biaya Tetap Rpha 1.309.567 1.323.522 - Pajak Rpha 12.500 12.500 - Sewa Lahan Rpha 1.250.000 1.250.000 - Penyusutan Alat Rp 47.178 61.022 d. Biaya Variabel Rpha 6.272.486 7.399.649 - Biaya Benih Rpha 436.000 1.045.846 - Biaya Tenaga Kerja Rpha 3.063.102 3.043.982 - Biaya Pupuk Rpha 2.102.032 2.575.563 - Biaya Pestisida Rpha 201.148 265.185 - Biaya Pemipilan Rpkg 470.204 469.073 6. Pendapatan Rpha 6.558.410 5.248.310 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Hasil analisis uji beda rata-rata untuk biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia yang menggunakan perhitungan opportunity cost dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini. Tabel 27. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost F Sig. t df Sig. 2-tailed Biaya Equal variances assumed 5.781 .018 4.098 88 .000 Equal variances not assumed 4.098 58.217 .000 Sumber: Lampiran 22 Universitas Sumatera Utara Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,018 0,05 artinya sampel memiliki varians yang heterogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances not assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = 4,098. Dengan demikian t hitung terletak di luar range -1,98 sampai +1,98 di luar daerah penerimaan H yang artinya hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu ada perbedaan nyata antara biaya usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Pada tabel 26, diperoleh rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Rp 7.582.053ha, sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 8.723.171ha. Artinya petani jagung pengguna pupuk kimia mengeluarkan biaya Rp 1.141.118ha 13,08 lebih banyak dibandingkan petani jagung pengguna pupuk kompos. Berdasarkan perhitungan opportunity cost, terdapat selisih total biaya dengan perhitungan biaya riil. Untuk petani pengguna pupuk kompos dengan perhitungan biaya riil, total biaya usahatani yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 6.250.374ha, sedangkan dengan perhitungan opportunity cost, total biaya rata-rata yang dikeluarkan meningkat menjadi Rp 7.582.053ha. Untuk petani pengguna pupuk kimia dengan perhitungan biaya riil, jumlah total biaya yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 7.345.100ha, sedangkan dengan perhitungan opportunity cost, total biaya rata-rata menjadi Rp 8.723.171ha. Universitas Sumatera Utara 5.5. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia per Musim Tanam dengan Perhitungan Opportunity Cost Hasil analisis uji beda rata-rata untuk pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dan pupuk kimia yang menggunakan perhitungan opportunity cost dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini: Tabel 28. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Pengguna Pupuk Kompos dengan Pengguna Pupuk Kimia dengan Perhitungan Opportunity Cost F Sig. t df Sig. 2-tailed Pendapatan Equal variances assumed .524 .471 -3.064 88 .003 Equal variances not assumed -3.064 87.561 .003 Sumber: Lampiran 23 Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi uji F yaitu 0,471 0,05 artinya sampel memiliki varians yang homogen, maka nilai-nilai yang digunakan adalah nilai yang terdapat pada baris Equal variances assumed. Pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung = -3,064. Dengan demikian t hitung terletak di luar range -1,98 sampai +1,98 di luar daerah penerimaan H yang artinya hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu ada perbedaan nyata antara pendapatan usahatani jagung pengguna pupuk kompos dengan pengguna pupuk kimia. Berdasarkan pada tabel 26, diperoleh rata-rata perbedaan pendapatan tersebut sebesar Rp 1.310.100ha. Rata-rata pendapatan jagung petani pengguna pupuk kompos lebih tinggi dibandingkan dengan petani pengguna pupuk kimia, dimana pendapatan rata-rata petani jagung pengguna pupuk kompos sebesar Universitas Sumatera Utara Rp 6.558.410ha, sedangkan pendapatan rata-rata petani jagung pengguna pupuk kimia sebesar Rp 5.248.310ha. Dengan menggunakan perhitungan opportunity cost, pendapatan yang diterima petani akan semakin kecil karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan perhitungan biaya riil. Pada perhitungan biaya riil, pendapatan yang diperoleh petani pengguna pupuk kompos rata-rata sebesar Rp 7.890.089ha atau terdapat selisih Rp 1.331.679ha dengan perhitungan opportunity cost. Sedangkan untuk petani pengguna pupuk kimia, dengan perhitungan biaya riil, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 6.626.381ha dan dengan perhitungan opportunity cost pendapatan petani pengguna pupuk kimia menurun menjadi Rp 5.248.310ha Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

8 70 95

Dampak Relokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Simalungun Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Raya

2 36 189

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

10 44 101

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 0 12

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 0 1

Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) Studi Kasus: Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun

0 1 8

Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 11

Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 13

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

0 1 13