siswa untuk mendapatkan
strategi terbaik dalam
menyelesaiakan masalah
mengarahkan siswa untuk
dapat menemukan strategi
pemecahan masalah terbaik
strategi pemecahan masalah terbaik
8.
Siswa diarahkan untuk dapat
menarik kesimpulan.
Guru mengarahkan
siswa untuk dapat menarik
kesimpulan. siswa membuat
sebuah kesimpulan serta manemukan
aturan yang bersifat umum.
9.
Siswa mengerjakan soal
evaluasi secara individu
6
Guru menyajikan soal evaluasi
untuk dikerjakan siswa secara
mandiri. Guru memberikan
soal evaluasi. Secara mandiri
siswa mengerjakan soal evaluasi .
2.2. KAJIAN EMPIRIS
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan menggunakan pendekatan PMRI dan
penggunaan media komik pembelajaran. Adapun penelitian yang relevan dengan pendekatan dan media yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Beswick dalam International Journal of Science and Mathematics Education
2011 yang berjudul “Putting Context in Context: an Examination of the Evidence for the Benefits of „Contextualised‟ Tasks” menyatakan, “At a
fundamental level, context problems in RME are not intended to assist students to make links between mathematics and the real world but rather to develop
meaningful, flexible mathematical concepts able to be used in whatever context when and as required
”. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pada tingkat yang mendasar, permasalahan kontekstual dalam RME PMRI tidak
hanya dimaksudkan untuk sekedar membantu siswa membuat hubungan antara
matematika dan dunia nyata, melainkan untuk mewujudkan pembelajaran bermakna, menerapkan konsep-konsep matematika secara fleksibel kapanpun
dibutuhkan. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Fatmawati dalam Joyful Learning
Journal 3, 1 2014 dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Matematika Melalui Pendekatan PMRI Berbantuan Media Grafis pada Siswa Kelas VB SDN Tambakaji 01 Semarang”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
: 1 keterampilan guru pada siklus I memperoleh rata-rata skor 52 dengan kategori baik, dan siklus II memeperoleh rata-rata skor sebesar 63,5 dengan
kategori sangat baik. 2 aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 28,75 dengan kategori cukup, dan pada siklus II memperoleh skor rata-
rata 40,35 dengan kategori baik. 3 ketuntasal klasikal hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus I adalah 72,22 , dan pada akhir siklus II adalah 91,67. Dari
hasil yang didapatkan tersebut, dapat disimpulkan bahawa penelitian yang dilakukan telah berhasil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muchlis dalam Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 2012 dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia PMRI terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas II SD
Kartika 1.10 Padang”, hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil Uji hipotesis diatas diperoleh p 0,0013 lebih kecil dari =
0,01, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih baik dari pada
siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional. Serta kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih baik secara signifikan dari pada siswa yang belajar dengan pendekatan
konvensional, terjadi perkembangan kemampuan pemecahan masalah ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, dan usaha
yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan membuat perangkat pembelajaran berbasis PMRI dan melatih siswa
untuk menyelesaikan masalah tidak rutin. Penelitian oleh Rinayanti dkk dalam e-Journal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Vol: 2 No: 1 Tahun 2014 yang berjudul “Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Berbantuan Media Grafis Berpengaruh
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus 1 Mengwi” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen 81,53 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 74,79. Perbedaan yang signifikan juga
terlihat pada hasil analisis data yakni, thitung sebesar 5,15 sedangkan ttabel sebesar 2,00. Karena thitung ≥ ttabel dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Mengwi.
Penelitian yang dilakukan oleh Saiful Hadi 2013 dengan judul “Pembelajaran Konsep Pecahan Menggunakan Media Komik dengan Strategi
Bermain Peran pada Siswa Kelas IV SD Semen Gresik”, dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi bermain peran menggunakan media komik dapat membuat siswa merasa senang, santai dan tidak
merasa tegang dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media komik juga dapat memotivasi siswa untuk lebih memahami
suatu masalah yang diajukan. Berdasarkan hasil test akhir setiap siklus didapatkan 84 siswa yang mendapatkan skor lebih dari 65 pada siklus I dan pada siklus II
terdapat 75 siswa mendapatkan skor lebih dai 65. Pembelajaran tersebut dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Pada
tahap awal masing-masing siswa diberikan materi dalam bentuk komik dan disuruh untuk memahami peran masing-masing. Pada tahap inti siswa disuruh
untuk bermain peran dalam kelompok masing-masing dan juga menggunakan bantuan alat peraga untuk lebih memahamkan konsep yang dipelajari, setelah
masing-masing kelompok bermain peran perwakilan kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil didepan kelas.
Penelitian berbasis pengembangan yang dilakukan oleh Riska Dwi Novianti dan M. Syaichudin dengan judul “Pengembangan Media Komik
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Ngembung” dalam
Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No. 1, April 2010 . Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil: Pada uji coba perorangan memiliki aspek daya tarik
sebesar 91,6, materi 93,7, dan cerita 95,8. Pada uji coba kelompok kecil memiliki aspek daya tarik dengan persentase 86,2, materi 85,4, dan cerita
86,1. Pada uji coba kelompok besar memiliki aspek daya tarik 96,5, materi
96,85, dan cerita 96,8. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan tersebut, maka Media Komik yang telah dikembangkan dapat menjawab rumusan masalah
sebagai berikut: 1 Meningkatkan rendahnya pemahaman siswa SDN Ngembung, Cerme
– Gresik; 2 Belum tersedianya alat bantu pembelajaran Matematika pada penyajian soal cerita di SDN Ngembung, Cerme
– Gresik. Penggunaan metode Tari bambu didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sugiati, dkk dalam jurnal FKIP UNS No.3 Vol 3 2013 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu dalam
Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN 3 Grenggeng” dalam penelitian tersebut diperoleh hasil penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik tari bamu dapat meningkatkan hasil belajar tentang gerak benda siswa kelas III SDN 3 Grenggeng tahun ajaran 20122013. Pada siklus I jumlah
siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa atau 85 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa atau 15, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi
24 siswa yang tuntas atau 89 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 11. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas mengalami
peningkatan menjadi 25 atau 93 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 atau 7. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dapat meningkatkan pembelajaran siswa tentang gerak benda.
2.3. KERANGKA BERPIKIR