sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan pengamatan dan eksperimen secara mandiri. Kelebihan
dari website pembelajaran yang dikembangkan oleh Akhlis Dewi 2014 dapat ditinjau dari kemudahan akses dan kelengkapan konten mengenai tema klasifikasi.
2.1.4. Kreativitas Peserta Didik
Menurut Boast, sebagaimana dikutip oleh Sumayku 2011, kreativitas adalah kemampuan manusia dan dimiliki setiap orang dalam tingkat tertentu.
Hartanto 2011 juga mendefinisikan kreativitas sebagai proses berpikir, yaitu proses memikirkan berbagai gagasan untuk memecahkan suatu masalah. Menurut
Costa, sebagaimana dikutip oleh Jazuli 2009, kreativitas dan berfikir kreatif keduanya secara konsep terkait tetapi tidak identik. Kreativitas merupakan payung
gagasan yang di dalamnya ada berfikir kreatif. Menurut Bruck, sebagaimana dikutip oleh Hartanto 2011, karakteristik
orang yang kreatif adalah sebagai berikut: 1
Memiliki kesadaran sensori. Artinya dia sensitive kepada keindahan, kecantikan dan memiliki daya imajinasi yang tinggi.
2 Independen, asertif dan mampu mempengaruhi orang lain, constructive, non
conforminity, inovatif, kekuatan ego untuk menciptakan sendiri tanpa konsesnsus kelompok. Orang yang kreatif menunjukkan banyak usaha,
aspiratif, inisiatif, tidak konvesional, ego dan motivasinya tinggi. Orang yang tidak kreatif menunjukkan perilaku pemalu, lemah, submissive mudah
tunduk dan tidak berdaya. 3
Memiliki keterbukaan kognitif, sensitif pada masalah, berani mengambil resiko untuk memperoleh pengalaman baru, dan toleransi pada perbedaan,
hangat, ceria, spontan, fleksibel dan bebas berekspresi. 4
Pola berpikirnya holistik, abstrak dan teoritis. 5
Dapat memahami masa mendatang dalam gambaran yang akurat, kuat dan kaya, yang melibatkan intuisi dan fantasi.
Keberadaan kreativitas dalam diri peserta didik memiliki berbagai cara untuk mengukurnya. Menurut Munandar, sebagaimana dikutip oleh Juliantine
2009, pengukuran tingkat kreativitas peserta didik dapat dilakukan melalui ciri kognitif dan ciri afektif. Ciri kognitif disebut dengan aptitude traits yang memiliki
ciri-ciri keterampilan berpikir secara lancar, fleksibel, orisinil, memerinci dan menilai. Ciri afektif disebut dengan nonaptitude traits yang ditunjukkan oleh
keberadaan sikap rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil risiko dan sifat menghargai.
Pengukuran kreativitas berdasarkan kecakapan kognisi juga diungkapkan oleh Costa, sebagaimana dikutip oleh Jazuli 2009, yaitu: 1 mengidentifikasi
masalah dan peluang; 2 mengajukan pertanyaan yang lebih baik dan berbeda; 3 menilai relevan dari data yang tidak relevan; 4 memisahkan masalah
produktif dan peluang; 5 mengutamakan persaingan pilihan dan informasi; 6 menaikkan diantara ide produksi fluency; 7 menaikan produksi kategori yang
berbeda dan macam-macam ide flexibility; 8 menaikan produksi ide baru atau ide yang berbeda originality; 9 melihat hubungan diantara pilihan option dan
pengganti alternatif; 10 menghentikan pola fikir lama dan kebiasaan; 11 membuat koneksi baru; 12 merinci, mengembangkan atau menyaring ide, situasi
atau rencana elaboration; 13 melihat dengan cermat kriteria; dan 14 mengevaluasi pilihan.
Berdasarkan uraian mengenai cara mengukur tingkat kreativitas, maka penelitian ini menggunakan
“The Torrance Tests of Creative Thinking TTCT” sebagai tes untuk menilai kreativitas secara kognisi Silver, 1997. Penilaian
tingkat kreativitas peserta didik didasarkan pada setiap jawaban LTM yang diberikan oleh peserta didik. Tiga aspek kreativitas yang dinilai meliputi:
1 Kefasihan fluency.
Komponen ini mengacu pada banyaknya ide yang dibuat dalam menanggapi suatu perintah yang diberikan.
2 Fleksibilitas flexibility.
Komponen ini nampak pada pendekatan saat merespon suatu perintah yang diberikan.
3 Kebaruan novelty.
Komponen ini mengacu pada keaslian ide yang dibuat dalam menanggapi suatu perintah yang diberikan.
Pengukuran tingkat kreativitas peserta didik sebelumnya juga telah dilakukan oleh Jazuli 2009. Indikator berpikir kreatif peserta didik yang meliputi
fluency, flexibility dan originality dikaitkan dengan kemampuan komunikasi matematika peserta didik. Komunikasi yang fluency berarti dapat menyatakan
suatu ide dengan memberikan banyak contoh. Komunikasi yang flexibility berarti dapat menyatakan suatu ide dengan berbagai cara. Komunikasi yang originality
berarti dapat menyatakan suatu ide dengan caranya sendiri. Originality juga dapat dikatakan sebagai novelty atau kebaruan karena ide yang diberikan bersifat asli
yang berasal dari cara peserta didik itu sendiri. Menurut Semiawan, sebagaimana dikutip oleh Hartanto 2011,
karakteristik kreativitas dapat ditumbuhkembangkan jika peserta didik berada pada kondisi lingkungan yang memiliki keamanan dan kebebasan psikologis.
Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila: 1
Pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa
pada dasarnya dia baik dan mampu. 2
Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “dinilai” oleh orang lain. Penilaian terhadap sesorang dapat dirasakan sebagai ancaman
sehingga menimbulkan kebutuhan anak untuk pertahanan diri. 3
Pendidik dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku anak dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak.
4 Bersikap terbuka minat dan gagasan anak.
5 Memberi waktu kepada anak untuk mengembangkan gagasan kreatif karena
gagasan kreatif tidak timbul secara langsung dan spontan. 6
Memberi kesempatan kepada anak untuk berperan dalam mengambil keputusan.
2.1.5. Karakter Peserta Didik