141
desikator dan ditimbang D1. Suensi yang telah kering diabukan dengan suhu 500
o
C selama 5 jam, didinginkan, dimasukkan dalam desikator dan ditimbang L1.
Pengukuran serat makanan larut Volume dari filtrat yang didapat dari persiapan sampel ditambahkan
akuades hingga 100 ml. Filtrat ditambahkan etanol 95 dengan suhu 60
o
C sebanyak 400 ml, kemudian diendapkan selama 1 jam. Filtrat disaring, kemudian
dicuci dengan 10 ml etanol 95 dan 10 ml aseton sebanyak dua kali. Sampel dikeringkan pada suhu 105
o
C selama 24 jam, kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang D2. Sampel yang telah kering diabukan dengan suhu
500
o
C selama 5 jam, didinginkan, dimasukkan dalam desikator dan ditimbang L2.
Penetapan blanko Analisis ini menggunakan blanko yang diperoleh dengan cara yang sama
tetapi tanpa adanya sampel akuades. Nilai blanko harus diperiksa ulang terutama jika menggunakan enzim dari kemasan yang baru.
Total serat makanan Total serat makanan diperoleh dengan menjumlahkan serat makanan larut
dan tidak larut. Perhitungan
bk serat pangan tidak larut =
D1 – L1 – B1
x 100 W
bk serat pangan larut =
D2 – L2 – B2
x 100 W
Total serat makanan = nilai serat pangan larut + nilai serat pangan tidak larut
Keterangan : Angka 1 menunjukkan berat sampel pada analisis serat pangan larut dan angka 2
menunjukkan berat sampel pada analisis serat pangan tidak larut. W = Berat sampel g
B = Berat blanko bebas serat g D = Berat setelah analisis dan dikeringkan g
L = Berat setelah diabukan g
c. Analisis daya cerna pati
Suspensi sampel dibuat sebanyak 1 berdasarkan kadar pati. Sampel dipanaskan pada suhu 90
o
C selama 30 menit, kemudian didinginkan. Sampel
142
dipipet sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 ml aquades dan 5 ml buffer fosfat 0,1M pH 7. Inkubasi pada suhu 37
o
C selama 15 menit. Sampel ditambahkan 5 ml larutan α-amilase dan inkubasi pada suhu 37
o
C selama 15 menit. Sampel dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan 2 ml laruran
DNS, kemudian dipanaskan pada suhu 100
o
C selama 10 menit. Warna oranye
– merah yang terbentuk dari campuran reaksi diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Daya cerna pati = Kadar maltosa sampel
x 100
Kadar matosa pati
d. Analisis Daya cerna protein
Pengukuran daya cerna protein dengan teknik multienzim dilakukan dengan mempersiapkan preaksi, kemudian melakukan pengukuran daya cerna
protein. Nilai pH pada menit ke-10 dicatat untuk menghitung daya cerna protein sampel menggunakan persamaan regresi Y = 210.464
– 18.103 X. Pengukuran pH dilakukan pada menit ke-10 karena menurut Hsu et al 1997 dalam Muchtadi et
al 1992, pH suspensi protein pada menit ke-10 setelah dihidrolisis dengan larutan multienzim berkolerasi baik dengan daya cerna protein yang ditetapkan
secara biologis menggunakan tikus. Persiapan preaksi
Larutan HCL 0.1 N.
Larutan NaOH 0.1 N.
Larutan multienzim dalam aquades: campuran 1.6 mg tripsin; 3.1 mg
kimotripsin; dan 1.3 mg peptidase per ml. Larutan enzim dibuat secukupnya,
kemudian ditempatkan pada ice bath dan diatur pH-nya menjadi 8 dengan
larutan NaOH atau HCL 0.1 N. Prosedur
Sampel disuspensikan dalam aquades sampai diperoleh konsentrasi 6.25 mg proteinml. Sebanyak 50 ml suspensi sampel ditempatkan pada gelas piala dan
diatur pH-nya menjadi 8 dengan menambahkan larutan NaOH atau HCL 0.1 N. Sampel diletakan dalam penangas air bersuhu 37
o
C selama 5 menit sambil diaduk. Larutan multienzim sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam sampel, kemudian ukur
143
pH-nya setelah 10 menit. Daya cerna protein sampel diukur dengan rumus sebagai berikut:
Y = 210.464 – 18.103 x
Ket: Y = daya cerna protein dan x = pH suspensi sampel pada menit ke-10
144
Lampiran 6 Perhitungan jumlah sampel yang diberikan untuk pengukuran Indeks Glikemik IG
a. Data proksimat kuah sop