sebaliknya stres yang terialu rendah menyebabkan karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Nyoman 2003 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan PT H.M Sampoerna Tbk Surabaya”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel stres kerja sebagai variabel bebas terhadap motivasi kerja sebagai variabel intervening dan kinerja karyawan sebagai
variabel terikat pada PT H.M Sampoerna Tbk Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada seluruh karyawan divisi transportasi yang berjumlah 36 orang.
Analisis data dilakukan dengan teknik statistik regresi linier berganda multiple linear regression. Dari hasil analisis regresi pengaruh variabel stres kerja
terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan, dibuktikan bahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat prestasi kinerja karyawan
menjadi rendah tidak optimum. Oleh karena itu, stres yang berlebihan akan menyebabkan seorang karyawan menjadi frustasi dan dapat menurunkan prestasinya.
Sebaliknya, stres yang terlalu rendah akan menyebabkan seorang karyawan tidak termotivasi dan menurunkan kinerjanya.
Iwa 2007 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi dan Dampaknya Terhadap Prestasi Kerja Dosen Tetap
Universitas Widyatama”. Penelitian ini menganalisis pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja dan pengaruh motivasi terhadap kinerja dosen. Penelitian ini
dilakukan pada semua dosen tetap Universitas Widyatama.
Universitas Sumatera Utara
Analisis data dilakukan dengan teknik statistik regresi linier berganda multiple linear regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja dan motivasi kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja dosen.
2.3 Kerangka Konseptual
Berbagai sumber stres kerja dapat digolongkan pada tiga kategori potensi pemicu stres yaitu lingkungan, organisasi, dan dari luar pekerjaan seseorang pribadi
Robbins, 2008:370. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun beraneka ragam seperti beban kerja yang terlalu berat dan
desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, serta ketidakjelasan peranan karyawan dalam keseluruhan
kegiatan organisasi. Stres kerja yang berasal dari pribadi contohnya seperti masalah keluarga, masalah ekonomi, dan masalah kepribadian.
Menurut Cary Cooper dan Alisan Straw 1992 dalam Umar 2008 indikasi stres dapat dilihat dari tiga sisi berikut : 1 Gejala fisik, gejala-gejalanya adalah :
napas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, badan merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, dll, 2 tingkah laku secara umum,
yaitu : perasaan, kesulitan dan kehilangan, 3 gejala di tempat kerja, hal ini dapat dilihat dari kepuasan kerja rendah, kinerja yang menurun, semangat dan energi
menurun, komunikasi tidak lancar, pengambilan keputusan yang jelek, kreativitas dan inovasi berkurang, dan berkutat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Universitas Sumatera Utara
Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik
dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya. Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif. Dalam hal ini diperlukan
peran seorang pemimpin untuk dapat memberikan motivasi bagi karyawan sehingga semangat kerja karyawan menjadi meningkat.
Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai tujuan yang ditentukan oleh perusahaan.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal. Motivasi juga merupakan pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Menurut Edwin dalam Hasibuan, 2003 motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil,
sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Rivai 2004:309, kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Sedangkan menurut Wibowo 2007:7, kinerja
adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang dengan kinerja yang tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang
tidak produktif atau performance rendah. Stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat
kinerja yang rendah tidak optimum. Bagi seorang manajer pimpinan tekanan- tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan dengan apakah
stres yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustrasi dan dapat
menurunkan kinerjanya, sebaliknya stres yang terialu rendah menyebabkan karyawan tersebut tidak termotivasi untuk berprestasi.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapatlah dibuat secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini yang
dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Sumber: Robbins 2008, Rivai 2004, Hasibuan 2003 Data Diolah
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Stres Kerja
Motivasi Kerja
Kinerja Karyawan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis