BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Papan partikel merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang berbahan dasar utama kayu. Sampai saat ini kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi
dari hutan alam. Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu maupun volumenya. Hal ini disebabkan rentang masa
pemanenan yang tidak seimbang dengan rentang masa penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan alam semakin besar. Di sisi lain kebutuhan kayu untuk
bahan baku industri semakin meningkat, hal ini berarti pasokan bahan baku pada industri perkayuan semakin sulit kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal
dari hutan alam Boerhendly, 2006. Karena sifat dan karakteristik yang unik kayu merupakan bahan yang
paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi. potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain
dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, suatu limbah ada yang tidak dapat lagi
digunakan, tapi ada juga yang masih dapat digunakan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat, limbah yang masih bisa digunakan ini salah satunya adalah
limbah kayu. Limbah pengolahan kayu dapat digunakan untuk beberapa keperluan dan
dapat dibedakan menjadi : kulit kayu, potongan kayu, serpihan dan serbuk hasil gergajian. Menurut pengalaman dari pengolahan kayu secara tradisional, limbah
kayu yang diperoleh mencapai 25 dari volume bahan kayu. Jika dalam satu pabrik diolah sekitar 100 m
3
per hari, maka akan diperoleh limbah sekitar 25 m
3
. Dalam satu bulan 25 hari kerja akan diperoleh sekitar 625 m
3
. Yang menjadi masalah adalah limbah tersebut jika akan dibuang, dibuang kemana atau
Universitas Sumatera Utara
dimanfaatkan untuk apa. Serbuk kayu dapat bermacam bentuknya, tapi yang penting serbuk kayu dapat dimanfaatkan sebagai campuran gipsum untuk
pembuatan plafon. Papan gipsum tersedia dalam berbagai ukuran ketebalan, panjang dan
lebar. Aplikasinya sangat mudah dan bisa digunakan pada rangka kayu, metal, maupun dinding bata. Oleh karena itu sangat penting untuk memanfaatkan bahan
limbah berupa serbuk kayu sebagai pengisi papan gipsum plafon. Untuk menghasilkan plafon gipsum yang bagus harus disesuaikan dengan bahan
perekatnya, misalnya Lateks Akrilik. Pemanfaatan produk substitusi ini bukan hanya mengurangi nilai krisis
energi tetapi pembaharuan pada produk kayu dengan pemanfaatan yang optimal serta menerapkan konsep lestari. Usaha untuk meningkatkan nilai produk yang
berasal dari alam dengan menggunakan modifikasi bahan kimia yang inovatif membuat pemanfaatan bahan berlignoselulosa lebih luas. Selain menambah nilai
suatu produk dan tantangan krisis bahan baku juga untuk pengembangan produk inovatif, menambah teknologi baru, meningkatkan kualitas lingkungan dan
industri kayu akan beroperasi dengan mempertimbangkan faktor ekologi yang seimbang. Keuntungannya, karena material lignoselulosa dapat diperbaharui maka
dapat diterima sebagai suatu yang lebih baik dibandingkan bahan yang tidak dapat diperbaharui. Hon 1996.
Secara umum, zat penyusun di dalam bahan fraksi terdiri dari gipsum, bahan pengisi dan bahan pengikat. Bahan pengikat dapat membentuk
sebuah matriks pada suhu yang relatif stabil. Perekatan partikel dilakukan
dengan menggunakan Lateks Akrilik untuk penggunaan bagian dalam interior seperti mebel, lantai, dinding penyekat. Lateks Akrilik termasuk
salah satu jenis perekat yang mudah diperoleh. Pemilihan Lateks Akrilik sebagai perekat dalam pembuatan plafon dengan bahan baku serbuk kayu
gergajian karena Lateks Akrilik bermutu tinggi sebagai bahan perekat.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan