Prinsip Alat Thermal Analyzer DTA

Gambar 2.3 Kurva Tegangan Regangan teknik σ - ε Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan- regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.

2.7.7 Prinsip Alat Thermal Analyzer DTA

Prinsip dasar dari thermal analyzer atau DTA adalah apabila dua buah krusibel dimasukkan kedalam tungku DTA secara bersamaan, krusibel yang berisi sampel ditempatkan disebelah kiri dan krusibel kosong pembanding disebelah kanan, kemudian kedua krusibel tersebut dipanaskan dengan aliran panas yang sama besar seperti yang terlihat pada Gambar 2.4, akan terjadi penyerapan panas yang berbeda oleh kedua krusibel tersebut. Besarnya perbedaan penyerapan panas yang terjadi disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara perbedaan temperatur yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi endotermik. Gambar 2.4 Sistem Pemanasan Dalam Tungku DTA Apabila temperatur sampel Ts lebih besar dari temperatur pembanding Tr maka yang terjadi adalah reaksi eksotermik tetapi apabila temperatur sample Ts lebih kecil dari pada temperatur pembanding Tr maka reaksi perubahan yang terjadi adalah reaksi endotermik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadinya reaksi eksotermik disebabkan oleh suatu bahan mengalami perubahan fisika atau kimia dengan mengeluarkan sejumlah panas yang mengakibatkat kenaikan Ts lebih besar dari Tr. Sedangkan terjadinya reaksi endotermik disebabkan oleh terjadinya perubahan fisika atau kimia yang dialami oleh suatu bahan dengan menyerap sejumlah panas yang mengakibatkan Ts lebih kecil dari Tr seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Kurva Ideal Differential Thermal Analysis DTA Universitas Sumatera Utara No Fenomena Reaksi Eksotermik Reaksi Endotermik Perubahan Fisika 1 2 3 4 5 6 7 Absorpsi Desorpsi Kristalisasi transisi Peleburan Pembekuan Penguapan Perubahan Fasa Transisi Glass X X X - X X X X - - Tetapi apabila terjadi hanya perubahan base line atau membentuk tinggi puncak endotermik maupun eksotermik yang kecil maka hal itu kemungkinan hanya terjadi transisi glass dan penyerapan panas. Dari beberapa hasil penelitian telah diperoleh bahwa adanya fenomena yang disebabkan oleh perubahan sifat fisika atau kimia yang menyebabkan reaksi eksotermik maupun reaksi endotermik ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Fenomena Reaksi Eksotermik dan Endotermik Suatu Bahan Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium penelitian kimia Polimer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA USU Medan dan Laboratorium Penelitian FMIPA USU Medan untuk uji mekanik pada tahun 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah alat uji mekanik dan alat uji thermal sedangkan bahan yang digunakan adalah serbuk kayu gergajian, gipsum dan Lateks Akrilik

3.3 Prosedur Penelitian

Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1 Persiapan contoh uji

a. Serbuk kayu direndam dengan NaOH selama 24 jam untuk mendapatkan serbuk kayu dengan ukuran dan kadar air yang seragam. b. Selanjutnya serbuk kayu dikeringkan. c. Sampel yang sudah kering ini dijadikan sebagai Filler.

3.3.2 Blending Pengadonan

Tahap-tahap dalam pengadonan ini disesuaikan dengan proses yang digunakan. Menurut Han 1990 kondisi pengadonan yang paling berpengaruh dalam pembuatan komposit adalah suhu, laju rotasi, dan waktu pengadonan. Dalam penelitian ini blending dilakukan dengan cara pencampuran serbuk kayu gergajian dengan gipsum yang dicampur secara merata. Universitas Sumatera Utara