Hasil dan Pembahasan Penelitian

20 40 60 80 100 120 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 T i n g k a t a n N i l a i Data Sisw a-i Urut Presensi Pre-Test Post -t est II test II yang diperoleh siswa-siswi lebih tinggi dibandingkan nilai pre-test. Peningkatan nilai kognitif secara individu juga ditunjukkan dari meningkatnya rentang nilai dari 30 sampai 100, dengan masing- masing jumlah siswa dua dan tiga siswa. Selain itu, pada indikator pencapaian siswa-siswi pada post-test II menunjukkan perkembangan kategori nilai kognitif yang baik, yaitu mencapai nilai 70-100 untuk 25 siswa. Pada gambar 4.2, grafik nilai pre-test dan post-test dapat dilihat, adanya enam siswa-siswi yang mengalami penurunan nilai setelah mengikuti proses belajar di siklus kedua. Keenam siswa-siswi ialah nomor 20, 27, 29, 31, 33, dan 37. Keenam siswa-siswi ini merupakan siswa-siswi yang juga memiliki nilai pre-test yang lebih besar daripada nilai post-test I pada siklus pertama. Sebanyak 8,11 siswa-siswi pada nilai pre-test dan post-test memiliki nilai yang sama pada pre-test dan post-test yang dilaksanakan. Sedangkan 72,97 siswa-siswi yang mengikuti kegiatan pembelajaran Gambar 4.2 Grafik Nilai Pre-test dan Post-test Siklus II siklus II mengalami peningkatan nilai dengan rata-rata peningkatan nilai 17,87. Untuk post-test II ketuntasan belajar ialah sebesar 67,57 dengan nilai rerata ialah 71,08 dimana nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 30. Berdasarkan data perbandingan test yang dilakukan pada tiap siklus dapat dikatakan bahwa nilai kognitif siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar secara kognitif pada siklus I dan pre- test. Kenaikan nilai dan ketuntasan hasil belajar ini memperlihatkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PQ4R, siswa mulai dapat beradaptasi dan belajar dengan mengunakan metode PQ4R. Kenaikan ketuntasan pada siklus ke II juga menjadi indikator bahwa metode PQ4R berhasil dalam membantu meningkatkan nilai kognitif siswa. 2. Penilaian Afektif-Psikomotor Siswa-siswi Secara Klasikal Penilaian afektif dan psikomotorik dilakukan secara klasikal dengan bantuan dari observer, data berikut merupakan data analisis proses perkembangan afektif dan psikomotor: Tabel 4.4 Pencapaian Tingkat Afektif dan Psikomotorik Siswa Kelas VIII B Keterangan Siklus I Siklus II Afektif 61 76 Psikomotorik 50 73 Berdasarkan tabel 4.4, tingkat afektif dan psikomotorik siswa-siswi dikatakan mengalami kenaikan yaitu 15 dan 23. Nilai afektif dan psikomotorik siswa-siswi telah mencapai lebih dari 70, maka dari itu 27,5 10,8 22,25 Siklus I Kerja sam a Ket erbukaan M enghargai 26,67 26,67 23,33 Siklus II Kerja sam a Ket erbukaan M enghargai dapat dikatakan aspek afektif dan psikomotorik pada siklus II berkembang dengan baik. a. Aspek Afektif Penilaian yang dilakukan pada aspek afektif mencakup kemampuan kerjasama, keterbukaan siswa, dan sikap menghargai selama proses belajar-mengajar dapat dilihat di bawah ini: Secara umum aspek afektif mengalami peningkatan sebanyak 15 dari siklus I. Tingkat afektif yang mencakup keterbukaan siswa-siswi dalam belajar mengalami peningkatan menurut data observer. Sikap ini berkembang dengan baik selama siklus II, dimana siswa-siswi mau bertanya pada guru jika tidak memahami dan mereka tidak malu untuk mengemukakan pandangan mereka selama belajar. Sikap menghargai pada siklus II cukup mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari sikap siswa-siswi yang tidak ribut selama belajar dan mereka juga mau berusaha untuk menjaga ketenangan kelas sehingga teman-teman mereka dapat belajar. Walaupun di Gambar 4.3 Diagram Hasil Sintesis Lembar Observasi untuk Tingkat Afektif kelas ini siswa-siswi seringkali duduk berkelompok, mereka dapat menjaga ketenangan kelas. Jika terdapat siswa-siswi yang ribut dalam kelompok mereka, siswa-siswi yang sadar akan kondisi kelas yang tidak menyenangkan untuk belajar akan menegur teman mereka walaupun terkadang menggunakan teriakan. b. Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik yang dinilai meliputi lima aspek yaitu aspek keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan tertulis, mengobservasi bacaan, memberikan jawaban, mengajukan refleksi, dan membuat kesimpulan kegiatan belajar. Berikut diagram lingkaran aspek psikomotorik. Pada diagram di atas menunjukkan perkembangan psikomotorik siswa-siswi kelas VIII B cukup meningkat pada siklus II, dengan rata-rata peningkatan 4,7. Peningkatan yang tertinggi dalam siklus kedua terjadi pada aspek psikomotorik terkait keaktifan siswa-siswi dalam mengajukan refleksi dan kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan secara tertulis dan lisan. Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Sintesis Lembar Observasi Untuk Aspek Psikomotorik a Siklus I dan b Siklus II Sikap psikomotorik siswa pada pencapaian 70 dari kelas pada siklus II menunjukkan perkembangan dimana sebanyak 73 siswa menurut observer telah aktif dikelas. Aspek psikomotorik yang paling berkembang adalah keaktifan siswa dalam mengajukan refleksi, dimana berdasar diagram lingkaran gambar 4.4 pada siklus I keaktifan dalam mengajukan refleksi hanya 5 sedangkan pada siklus II mencapai 13 kenaikan 8. 3. Penilaian Tingkat Kekritisan Siswa-siswi Berdasarkan hasil sintesis data yang diperoleh dari pre-test, post- test I, dan post-test II ialah sebagai berikut: Tabel 4.5 Tingkat Pencapaian Kekritisan Siswa Keterangan Pre-test Post-test I Post-test II Nilai tertinggi 93,75 87,5 100 Nilai terendah 12,12 18,75 36,36 Rerata 65,66 50,68 72,65 Sisw yang tuntas KKM 70 35,14 5,41 67,57 Sisw yang tidak tuntas KKM 70 64,86 94,59 32,43 Jumlah siswa yang mengalami kenaikan nilai kekritisan - 6 25 Perkembangan kekritisan siswa berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan tepat, menunjukkan bahwa perkembangan pada siklus II lebih baik. Bahkan nilai kekritisan siswa mencapai nilai tertinggi 100. Seperti pada perkembangan kognitif yang turun pada siklus I, kekritisan siswa juga turun. Hal ini menunjukkan perkembangan kekritisan dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan siswa. Kegagalan dalam siklus I dalam meningkatkan kekritisan siswa merupakan cerminan bahwa siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan tidak dapat cepat beradaptasi dengan suatu kondisi belajar yang baru. Setelah memahami dan beradaptasi dengan metode PQ4R, siswa mulai menunjukkan perkembangan nilai kekritisan yang baik pada siklus II. Berdasarkan ketuntasan belajar yang dengan nilai 70 dari kelas, untuk siklus kedua telah menunjukkan perkembangan karena 67,57 siswa dapat mengerjakan soal dengan baik dan melewati batas indikator yang ditentukan yaitu 60 anak memperoleh nilai 70. Rerata nilai kekritisan yang diperoleh pada siklus II mencapai 72,65, nilai yang cukup untuk kekritisan siswa. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab suatu pertanyaan berkembang dengan baik. Berdasarkan hasil pengerjaan soal yang dilakukan pada LKS, kekritisan siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan berkembang dengan baik pada pengerjaan soal dengan tipe ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya soal dan pertanyaan yang dijawab dengan benar pada pengerjaan LKS. Penilaian tingkat kekritisan pada pengerjaan LKS bertujuan untuk mengetahui jenis soal yang sering dibuat siswa. Perolehan tipe soal yang disusun siswa pada pengerjaan LKS ialah sebagai berikut: Tabel 4.6 Persentase Perkembangan Penyusunan Tipe Soal Pada Pengerjaan LKS Type Soal C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 Ʃ Soal Keterangan Siklus I PS I 30,46 16,67 1,72 11,49 105 PR I 14,94 12,07 1,72 10,92 69 Total 45,40 28,74 3,45 22,41 174 Siklus II PS II 26,51 16,87 7,23 4,82 46 PR III 25,30 14,46 2,409 2,409 37 Total 51,81 31,33 9,64 7,23 83 Pada tabel 4.6 jumlah soal pengerjaan soal yang disusun semakin menurun dikarenakan siswa-siswi ada yang tidak mengerjakan tugas sehingga guru tidak dapat melakukan penilaian. Tipe soal yang sering disusun siswa ialah tipe soal ingatan C 1 , yang kemudian disusul oleh soal tipe C 2 pemahaman, soal analisis C 4 , dan aplikasi C 3 . Pada pemeriksaan LKS yang dilakukan tidak ditemukan soal tipe sintesis dan evaluasi. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan perkembangan kekritisan siswa dalam menyusun soal cukup baik. 4. Penilaian Lembar Angket Lembar angket diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran. Pemberian angket ini berfungsi untuk mengetahui pendapat siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan terhadap perkembangan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang mereka miliki setelah melalui proses belajar dengan metode PQ4R. Berikut sintesis data dari penilaian lembar angket siswa-siswi: Tabel 4.7 Perkembangan Hasil Belajar dan Kekritisan Berpikir Berdasarkan Hasil Angket yang di berikan No. Soal Total Poin Kriteria Total nilai 1 107 Kognitif 307 69,14 3 94 Kognitif 4 106 Kognitif 2 102 Afektif 301 67,79 9 100 Afektif 10 99 Afektif 5 108 Psikomotorik 206 69,59 8 98 Psikomotorik 6 93 Kekritisan 193 65,2 7 100 Kekritisan Berdasarkan hasil angket yang diperoleh, sebesar 69,14 siswa menyatakan pembelajaran dengan metode PQ4R membantu mereka untuk memahami materi sistem pencernaan aspek kognitif. 67,79 siswa menyatakan dengan metode PQ4R membantu mereka untuk mengembangkan sikap terbuka, bekerja sama, dan bertanggung jawab aspek afektif. 69,59 siswa menyatakan dengan metode PQ4R membantu mereka berkembang secara psikomotorik dalam hal berkomunikasi. 65,20 siswa menyatakan metode PQ4R membantu mereka dalam berpikir kritis dan meningkatkan kekritisan dalam bertanya. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dari peningkatan hasil belajar secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan peningkatan kekritisan diketahui dari perkembangan siswa dalam menyusun pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara sistematis dan berdasarkan tingkatan tipe pertanyaan yang diajukan. Peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013 untuk materi sistem pencernaan telah menunjukkan perkembangan yang baik. Perkembangan nilai yang baik ditunjukkan dari naiknya nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik pada siklus II, dimana nilainya lebih tinggi dari nilai praperlakuan dan siklus I. Ketuntasan belajar yang diperoleh pada aspek kognitif pada siklus II sebesar 67,57 lebih tinggi dari ketuntasan belajar pada pre-test 29,72 dan siklus I 5,41, dengan nilai rerata kelas 71 lebih tinggi 0,071 dari nilai rerata kelas pada kelas VIII B tahun ajaran 2011-2012. Ketuntasan belajar siklus II yang telah mencapai 67,57 menunjukkan batas indikator pencapaian 60 dengan nilai 70 telah terpenuhi. Kenaikan hasil belajar aspek afektif secara klasikal pada siklus II mencapai 76,67, naik 15 dari penilaian afektif pada siklus I. Pada perkembangan psikomotorik pada siklus II menunjukkan perkembangan yang baik dimana sebanyak 73 siswa menurut observer telah aktif dikelas. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praperlakuan, siklus I, dan siklus II. Dapat disimpulkan metode PQ4R meningkatkan hasil belajar siswa hingga mencapai 67,57 pada aspek kognitif, 76,67 pada aspek efektif, dan 73 aspek psikomotorik . Pembelajaran dengan metode PQ4R juga menunjukkan perkembangan kekritisan siswa dengan ketuntasan belajar mencapai 67,57 pada siklus II meningkat 32,43 dari nilai kekritisan pada pre-test. Peningkatan kekritisan juga ditunjukkan dari kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan pada siklus II, dimana siswa mampu menyusun pertanyaan pada tipe soal ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode PQ4R dapat meningkatan kekritisan siswa hingga mencapai 67,57 dengan tingkat tipe pembuatan pertanyaan dan jawaban pertanyaan dari C 1 ingatan hingga C 4 analisis.

B. Saran

a. Dalam menggunakan metode PQ4R dalam proses belajar mengajar, guru harus menjelaskan secara rinci apa yang harus dilakukan siswa sehingga siswa dapat memahami metode belajar dengan metode ini. b. Untuk membangun pengetahuan yang baru dari suatu materi dengan menggunakan metode PQ4R ada baiknya guru menyediakan banyak refrensi membaca. c. Bagi para guru dan calon guru dapat mencoba untuk menerapkan metode PQ4R dengan lebih baik lagi dan dapat divariasikan dengan metode belajar lain seperti bermain sambil belajar sehingga siswa- siswi tidak menjadi bosan. 76 DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, 2009, Model Pembelajaran Strategi Belajar Elaborasi Metode PQ4R, http:muhammadalitomacoa.blogspot.com , diakses tanggal 9 Februari 2013. Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Ardiyati, 2011, Bab II Landasan Teori Hasil Belajar, Sumatera Utara; Universitas Sumatera Utara, www.repository.usu.ac.id , diakses tanggal 11 Juli 2012. Campbell, 2007, Biologi Jilid III, Jakarta; PT. Gelora Aksara Pratama. Daryanto, 2011, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-contohnya, Yogyakarta; Gava Media. Dwijananti, 2010, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction Pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 2010 108-114 ISSN: 1693-1246 http:journal.unnes.ac.id . Emelia, Emi, 2007, Mengajarkan Berpikir Kritis dalam Menulis, Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra FPBS UPI, Vol 7 No.2 , Oktober 2007. Hamzah, Uno, 2011, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta; Bumi Aksara. Hanafiah, Nanang, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung; PT. Refika Aditama. Karim, 2008, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Untuk Kelas VII, Jakarta; PT. Setia Purna Inves. Krisno, Agus, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMPMTs Kelas VII, Jakarta; Pusat Perbukuan, Departemen. Kunandar, 2007, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta; PT. Rajagrafindo Persada. Munthe, Bermawi, 2009, Desain Pembelajaran, Yogyakarta; Pustaka Insan Madani. Muslich, Masnur, 2010, Melaksanakan Penelitian Tindakan Itu Mudah, Jakarta; PT. Bumi Aksara. Novriansyah, Brenny, 2009, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Strategi PQ4R, Bengkulu; MAN I Model. Ross Divesta, 1976, Oral Summary as a Review Strategy for Enhancing Recall of Textual Material, Journal of Educational Psychology, 6 4, 689-695. Santrock, John, 2009, Psikologi Pendidikan. Edisi ke-3, Jakarta; Salemba Humanika. Slavin, Robert, 2009, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi Kedelapan, Jakarta; PT. Macanan Jaya Cemerlang. Sudaryanto, 2010, Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis, http:www.fk.undip.ac.idenartikel- lepaspembelajaran-kemampuan-berpikir-kritis.html , diakses tanggal 10 Juli 2012. Sulhan, Ahmad, 2006, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi Elaborasi Melalui Metode PQ4R dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Kelas VII SMP Negeri 15 Mataram, Tesis, 10-23, Mataram; Institut Agama Islam Negeri. Sudjana, Nana, 2010, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. Taniredja, Tukiran, 2010, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Mengembangkan Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah, Bandung; Alfabeta. Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Wena, Made, 2009, Strategi pembelajaran Inovatif Kotemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta; Bumi Aksara.

Dokumen yang terkait

Penerapan metode pembelajaran PQ4R (Preview, question, Read, Reflect, Review) dalam meningkatkan hasil belajar siswa :penelitian tindkan kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan

2 36 231

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dalam diskusi kelompok pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

0 3 166

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

0 0 319

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.

0 1 241

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dalam diskusi kelompok pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

0 1 164

Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta pada materi ``Sistem Pencernaan Manusia`` melalui metode PQ4R

0 3 179

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia

0 4 239

PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 JAWAI KABUPATEN SAMBAS SKRIPSI

0 0 27