Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.

Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.

Persentase perolehan skor hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing secara keseluruhan sebesar 96,4% dan tergolong pada kriteria sangat tinggi. Persentase komunikasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 pertemuan pertama persentase perolehan skor sebesar 61,93% dan tergolong pada kriteria tinggi, siklus 1 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 58,09% dan tergolong pada kriteria sedang. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan pertama perolehan skor sebesar 66,66% dan tergolong pada kriteria tinggi, dan pada


(2)

siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.

Kata Kunci: Hasil belajar, komunikasi siswa, materi kubus dan balok, meningkatkan, model pembelajaran penemuan terbimbing, upaya.


(3)

ABSTRACT

Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.

I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.

This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.

The research result shows that percentage of implementation guided discovery learning model as a whole is 96,4 % and classified as very high criteria. In students’ communication during learning process increase in the percentage from cycle 1 to cycle 2, which first meeting of cycle 1 was 61,93 % classified as high criteria. second meeting of cycle 1 was 58,09 % classified as medium criteria, first meeting of cycle 2 was 66,66 % classified as high criteria, and second meeting of cycle 2 was 72,38 % classified as high criteria. In learning outcomes, there are enhancement from first cycle 67,9 which classified as high criteria to the second cycle 76,22 which classified as high criteria too. Based on the results of research


(4)

above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.

Key words: Learning achievement, student communication, cube and cuboid subject, improve, guided discovery learning model, effort.


(5)

KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

MARIA FLORENTINA WOI 111414084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(6)

T'PAYA MEhIINGI(ATI(AI\I KEMAMPUAN KOMTINIKASI I}AIY HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEI\TERAPAIY MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PAI}A MATERI KUBUS

DAII BALOKSISWA

KEII\S

VIII

B SMP KAIVSruS GAYAM YOGYAKARTA

Tanggal: 28 Januari 2016

4084

qb

e:+

P'-t"

,e"

K.[ ! E t*e i,a*; \h $,5

{,i}{ lJir}L 6" '"ers. B. w*I 6

M#

r*;h

\u'

sP

F$,)

*#"

,

rHS"

fB

-'vt *

,*

*;i ' 'i.+'

b

:*

t

s'};r

Bt

ffi

r?

ffiB :-'d

dj.

ffi&#

roh,&

&L

u{*

osenremufus

"b*

A\$ru\-_",*!lY*ffi

}*sryw

'rE t,

\F

.Sc.


(7)

T'PAYA MENINGKATKAI\I KEMAMPUAhT KOMTT1YIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALTII PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAI\I TERBIMBING PADA MATERI KT]BUS

DAI\I BALOK SISWAKELAS YIII B SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

MariaFlorentina Woi NIM:1114140M

Telah dipertahankan di depan panitia p€nguji Pada tanggal 29 Maret 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan panitia penguji

Nama Lengkap

Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd Dr. Hongki Julie, M. Si

Veronika Fitri Rianasari, M.Sc Haniek Sri Pratini, M Pd

Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc

Yogyakarta, 29 Maret 201 6

Fakultas Kegunran Dan Ilmu Pendidikan


(8)

iv

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan

kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang

kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikannya kepadamu.

(Yoh. 15:16)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah

berhasil melakukannya dengan baik.


(9)

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mikhael Do dan Ibu Petronela Sato yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa.

Adik-adikku tercinta Imma, Ven, dan Icha yang selalu memberikan dukungan dan semangat setiap saat.


(10)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya tulis.

Yogyakarta, 29 Maret 2016

Penulis

Maria Florentina Woi


(11)

i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi universitas Sanata

Dharma:

Nama : Maria Florentina Woi

NIM

: 111414084

Demi

pengembangan

ilmu

pengetahuan,

saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA

I\IENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI

DAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PENEMUAN

TERBIMBING

PADA

MATERI

KUBUS

DAN BALOK

SISWA

KELAS VIII B

SMP KANISIUS

GAYAM YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya

di

intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal;29 Maret 2016

Yang Menyatakan

+,,1-Maria Florentina Woi


(12)

viii

ABSTRAK

Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.

Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.

Persentase perolehan skor hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing secara keseluruhan sebesar 96,4% dan tergolong pada kriteria sangat tinggi. Persentase komunikasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 pertemuan pertama persentase perolehan skor sebesar 61,93% dan tergolong pada kriteria tinggi, siklus 1 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 58,09% dan tergolong pada kriteria sedang. Sedangkan pada siklus 2 pertemuan pertama perolehan skor sebesar 66,66% dan tergolong pada kriteria tinggi, dan pada


(13)

siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.

Kata Kunci: Hasil belajar, komunikasi siswa, materi kubus dan balok, meningkatkan, model pembelajaran penemuan terbimbing, upaya.


(14)

x

ABSTRACT

Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.

I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.

This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.

The research result shows that percentage of implementation guided discovery learning model as a whole is 96,4 % and classified as very high criteria. In students’ communication during learning process increase in the percentage from cycle 1 to cycle 2, which first meeting of cycle 1 was 61,93 % classified as high criteria. second meeting of cycle 1 was 58,09 % classified as medium criteria, first meeting of cycle 2 was 66,66 % classified as high criteria, and second meeting of cycle 2 was 72,38 % classified as high criteria. In learning outcomes, there are enhancement from first cycle 67,9 which classified as high criteria to the second cycle 76,22 which classified as high criteria too. Based on the results of research


(15)

above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.

Key words: Learning achievement, student communication, cube and cuboid subject, improve, guided discovery learning model, effort.


(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya, sehinggb penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII

B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta" sebagai salah satu syarat untuk rnemperoleh gelar Sa{ana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini. penulis mendapat banyak bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan

ini

penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

l. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan pertolongan sehingga penyxsunan

skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

Dr. Hongki Julie, M. Si, selaku ketua program studi pendidikan matematika. Veronika

Fitri R.,S.Pd.,M.Sc.

selaku dosen pembimbing

skripsi

atas bimbingannya dan kesabarannya dalam membimbing peneliti selama proses pernbuatan skripsi.

Bapak ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang senantiasa

saran

ingin

2.

3.

4.


(17)

5.

6.

membimbing dan memberi masukan kepada penulis sejak awal rnenjadi mahasisWa di USD.

Maria Hartini, S.Pd, sebagai kepala sekolah sMp Kanisius Gayarn yogyakarta

yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian skripsi.

Ir. Margaretha A D N, selaku guru pengampu mata pelajaran matematika di kelas

VIII B SMP Kanisius Gayam yang dengan sabar telah membantu peneliti untuk

mengajar dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing.

Para

staf di

sMP Kanisius Gayam yogyakarta

yang

turut

membantu memperlancar penelitian skripsi ini.

8.

Siswa-siswi kelas

VIII

B dan kelas VIII

A

SMP Kanisius Gayam yogyakarta

yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9.

Kekasihku Dion Nale yang selalu memberi semangat dan dukungan.

10. Teman-teman tercinta ( Nita, Iva, Lidia, Imma, Eliz, Desyka, Monic, Ade, Septi, Novi MD) yang selalu mendukung penulis dengan cara memberi semangat untuk mengerjakan skripsi.

11. Serta semua pihak dan teman-teman pendidikan matematika angkatan 201I yang tidak dapat penulis'sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini sehingga segala

kitik

dan saran yang bersifat rnembangun 7.


(18)

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dalam ilmu pengetahuan pada umumnya.

Yogyakarta, 29 Maret 20 I 6

Penulis

-&ltr"

Maria Florentina Woi


(19)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………..………..iii

MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..…….vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR………...………...xxiv

DAFTAR GRAFIK ... xxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. PembatasanMasalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. BatasanIstilah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 6

G. Manfaat Penelitian………..…………..………...………7

H. Sistematika Penulisan………...………..…………7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9


(20)

xvi

B. Belajar ... 15

C. Hasil Belajar ... 16

D. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18

E. PokokBahasan ... 23

F. Kerangka Berpikir ... 27

G. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Pengambilan data... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 31

E. Data Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Instrumen Penelitian……….………...…..37

H. Keabsahan Data……….………....42

I. Teknik Analisis Data………...…55

J. Indikator Keberhasilan………..61

BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA………...63

A. Deskripsi Penelitian ... 63

B. Hasil Penelitian ... 77

C. Analisis Penelitian ... 96

D. Pembahasan………...…………...…...….……. 118

E. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penelitian…………....124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA...128


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ketangan Telah Melakukan Penelitian………...…...A 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B1 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B2 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B3 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B4 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B5 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B6 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B7 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B8 10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing………..………C1 11. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C2 12. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C3 13. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C4 14. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C5 15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C6 16. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan


(22)

xviii

17. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C8 18. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C9 19. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C10 20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C11 21. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C12 22. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C13 23. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran ... C14 24. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C15 25. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C16 26. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C17 27. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C18 28. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C19 29. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan


(23)

30. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C21 31. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C22 32. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C23 33. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C24 34. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C25 35. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C26 36. Lembar Soal Pre-Test ... D1 37. Lembar Jawaban Pre-Test ... D2 38. Kunci Jawaban Pre-Test ... D3 39. Lembar Soal Post-Test Siklus 1... D4 40. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D5 41. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D6 42. Lembar Soal Post-Test Siklus 2... D7 43. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D8 44. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D9 45. Hasil Perhitungan Uji Validitas Pre-Test ... E1 46. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Pre-Test ... E2 47. Hasil Perhitungan Uji Validitas Post-Test Siklus 1 ... E3


(24)

xx

48. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Post-Test Siklus 1 ... E4 49. Hasil Perhitungan Uji Validitas Post-Test Siklus 2 ... E5 50. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Post-Test Siklus 2………..……...E6


(25)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran

Penemuan Terbimbing ... 22 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 38 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 39 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Komunikasi ... 39 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 40 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 1 ... 41 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 2 ... 42 Tabel 3.7 Kriteria Validitas ... 44 Tabel 3.8 Kriteria Relibilitas ... 46 Tabel 3.9 Data Uji Coba Soal Pre-Test ... 47 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Pre-Test ... 48 Tabel 3.11 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 1 ... 50 Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal

Post-Test Siklus 1 ... 51 Tabel 3.13 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 2 ... 53 Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Post-Test

Siklus 2 ... 54 Tabel 3.15 Kriteria Keterlakasanaan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing ... 58 Tabel 3.16 Kriteria Komunikasi Pembelajaran ... 59 Tabel 3.17 Persentase Indikator Komunikasi Belajar Siswa Per Pertemuan .. 60 Tabel 3.18 Kategori Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif... 61 Tabel 3.19 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 62 Tabel 4.1 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan


(26)

xxii

Tabel 4.2 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pada

Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 79 Tabel 4.3 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 80 Tabel 4.4 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 81 Tabel 4.5 Data Hasil Pre-Test Tiap Butir Soal ... 82 Tabel 4.6 Data Hasil Post-Test Siklus 1 ... 83 Tabel 4.7 Data Hasil Post-Test Siklus 2 ... 84 Tabel 4.8 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 85 Tabel 4.9 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 86 Tabel 4.10 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 87 Tabel 4.11 Data Perolehan Skor Indikator Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 88 Tabel 4.12 Data Kesulitab Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 89 Tabel 4.13 Data Keaktifan Siswa Saat Diskusi ... 90 Tabel 4.14 Data Tindakan Siswa Saat Guru Memberikan Permasalahan

Matematika ... 91 Tabel 4.15 Data Siswa Yang Mengemukakan Pendapat ... 92 Tabel 4.16 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Guru ... 93 Tabel 4.17 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Teman ... 94 Tabel 4.18 Data Siswa Yang Mampu Menjelaskan Kepada Siswa Yang

Bertanya ... 95 Tabel 4.19 Hasil Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Tiap Pertemuan... 96 Tabel 4.20 Hasil Analisis Pre-Test... 99


(27)

Tabel 4.21 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 1 ... 101 Tabel 4.22 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 2 ... 102 Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1 Dan 2 ... 103 Tabel 4.24 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 ... 104 Tabel 4.25 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus I ... 106 Tabel 4.26 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 ... 106 Tabel 4.27 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Kedua Siklus 1 ... 108 Tabel 4.28 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 109 Tabel 4.29 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 110 Tabel 4.30 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 111 Tabel 4.31 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 112 Tabel 4.32 Persentase Indikator Komunikasi Belajar Siswa Per Pertemuan .. 113


(28)

xxiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus ……… 23 Gambar 2.2 Balok ……… 25


(29)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing……… 120 Grafik 4.2 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Belajar Siswa

Tiap Siklus ………. 122 Grafik 4.3 Persentase Perolehan Skor Data Hasil Belajar Siswa Tiap

Siklus……….. 123


(30)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran matematika. Dalam memunculkan ide secara lisan dibutuhkan komunikasi yang baik agar ide-ide tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan idenya. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa matematika memiliki perbedaan dengan bahasa yang lainnya artinya dalam matematika terdapat berbagai macam simbol, notasi dan juga rumus-rumus.

Saat pembelajaran di sekolah guru berkomunikasi untuk menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa berkomunikasi dengan mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman, 2001).

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang di dalamnya terlibat guru dan siswa. Pembelajaran bertujuan untuk mengubah


(31)

siswa ke arah yang lebih baik, baik dari segi ilmu, mental, sikap, dan spiritual setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan dalam diri siswa inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila berhasil menguasai materi yang diajarkan dengan perolehan rata-rata pada evaluasi mencapai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Data rata-rata nilai ulangan harian siswa angkatan 2014/2015, pada materi kubus dan balok hanya mencapai 66,6 dan belum mencapai KKM sebesar 74. Siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM hanya sebesar 56%. Rata-rata ulangan harian tersebut belum mencapai KKM karena materi balok sulit dipahami terutama pada unsur-unsurnya. Unsur-unsur balok terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi dengan ukuran yang berbeda-beda. Materi kubus dan balok merupakan materi yang abstrak sehingga membutuhkan alat peraga agar siswa lebih mudah memahami sifat-sifat dan unsur-unsurnya secara lebih konkret.

Berdasarkan observasi tanggal 9 April 2015 dan tanggal 17 April 2015, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa dan juga siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Hal ini dilihat saat siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), masih banyak siswa yang


(32)

pergi ke kelompok lain, mengobrol dengan teman kelompoknya, belum berani bertanya atau menyampaikan gagasan, tidak ambil bagian dalam mengerjakan LKS, serta dalam mempresentasikan hasil kerjanya. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, kemauan belajar siswa cukup tinggi tetapi tidak didukung dengan kemampuan komunikasi yang cukup tinggi kecuali diberikan rangsangan yang bisa memancing siswa untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran juga mempengaruhi komunikasi dan juga hasil belajar siswa. Ada berbagai macam model pembelajaran tetapi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan terbimbing karena model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran (Markhaban, 2008). Pada model penemuan terbimbing, guru memiliki peran sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan agar mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh. Siswa dibimbing untuk berpikir aktif, menganalisis sendiri untuk menemukan ide ataupun cara mengomunikasikannya berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru (Markhaban, 2008).

Gumawang (2013), melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran


(33)

dengan model penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional. Wardani (2013) melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dan diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar kelas yang menerapkan model penemuan terbimbing dalam pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengambil judul ’’UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Kurangnya komunikasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

2. Siswa belum fokus dengan tugas yang dikerjakan dan juga kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.

3. Rata-rata hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok belum mencapai KKM.


(34)

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka perlu adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Materi kubus dan balok dibatasi pada Kompetensi Dasar (KD): 8.1 Memahami sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika?

2. Apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa?


(35)

E. BATASAN ISTILAH

1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) adalah suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan penalaran dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.

2. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses interaksi sejumlah komponen dalam menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

4. Materi kubus dan balok yang digunakan dalam penelitian ini dikhususkan pada sifat-sifat dan unsur-unsur kubus dan balok serta bagian-bagiannya.

F. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam upaya meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika.

2. Mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.


(36)

G. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, guru dan siswa. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing saat menjadi guru. Selain itu peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang baru mengenai pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat membantu guru di sekolah yang bersangkutan dalam menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

3. Bagi siswa

Dengan menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, siswa dapat lebih bebas mengkomunikasikan idenya khususnya dalam pembelajaran matematika.

H. SISTEMATIKA PENULISAN 1. Bab I

Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan istilah, dan sistematika penulisan.


(37)

2. Bab II

Bab II memaparkan teori komunikasi, belajar, hasil belajar, model pembelajaran penemuan terbimbing dan materi kubus dan balok yang menjadi landasan dalam penelitian.

3. Bab III

Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, desain penelitian tindakan kelas, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, keabsahan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

4. Bab IV

Bab IV berisi tentang deskripsi penelitian, hasil penelitian, analisis penelitian, pembahasan, dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam penelitian. 5. Bab V


(38)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KOMUNIKASI

1. Pengertian

Menurut Tommy Suprapto (2009), kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication yang berarti „pemberitahuan‟ atau „pertukaran pikiran‟. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).

Adapun beberapa definisi komunikasi dari para ahli dalam Tommy Suprapto (2009) sebagai berikut :

a. Menurut Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.

b. Menurut A. Winnet, komunikasi adalah proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut. c. Menurut Karlfried Knapp, komunikasi adalah interaksi antar pribadi yang


(39)

(kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual).

Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan pengertian komunikasi yaitu proses interaksi sejumlah komponen dalam menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Pembelajaran sebagai proses komunikasi

Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012) komunikasi melibatkan dua komponen yang terdiri atas pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Pengajar pada tingkatan bawah dan menengah disebut guru dan pelajar dinamakan siswa sedangkan pada tingkatan tinggi, pengajar disebut dosen dan pelajar disebut mahasiswa tetapi pada hakekatnya proses komunikasi sama. Perbedaannya hanya terletak pada tujuan yang diharapkan.

Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012), tujuan pendidikan adalah khas atau khusus, yaitu meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga dapat dikuasai dengan baik. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Komunikasi di dalam kelas adalah komunikasi kelompok tetapi pelajar bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal. Komunikasi di dalam kelas merupakan komunikasi dua arah dimana pelajar menjadi komunikan dan komunikator, demikian pula sang


(40)

pengajar. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Sedangkan komunikasi satu arah terjadi apabila pelajar pasif artinya hanya mendengarkan tanpa mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan.

Menurut M. Miftah (2012), komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung efektif apabila:

a. Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas,

b. Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.

Menurut M. Miftah (2012), intracommunication atau intrakomunikasi adalah komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri sebagai persiapan untuk melalukan intercommunication dengan orang lain. Secara teoritis pada waktu seorang pelajar melakukan intracommunication terjadilah proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

a. Persepsi (perception)

Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara pelajar satu dengan pelajar yang lain tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama.


(41)

b. Ideasi (ideation)

Ideasi adalah tahap kedua dalam proses intracommunication. Seorang pelajar dalam benaknya mengonsepsi apa yang dipersepsinya. Siswa mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan dengan yang relevan dari hasil persepsinya dan siap untuk ditransfer kepada lawan diskusinya. c. Transmisi (tranmission)

Transmisi adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang dilontarkan adalah pernyataan yang mantap, meyakinkan, sistematis dan logis. Dengan demikian dalam proses intercommunication berikutnya siswa akan mengalami keberhasilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa suatu pembelajaran disebut sebagai proses komunikasi apabila terjadi respon dari pihak-pihak yang mendapatkan pembelajaran tertentu. Respon-respon tersebut bisa berupa pertanyaan, mengemukakan pendapat, kesimpulan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembelajaran. 3. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran

Menurut M. Miftah (2012), komunikasi yang efektif dalam pembelajaran bisa berlangsung dengan baik apabila:

a. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam kondisi ideal/baik:


(42)

1) Pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur secara jelas, menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 2) Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang

digunakan, mampu menyampaikan tanpa pembiasan dan menarik perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa dalam proses interaksi dan transaksi komunikasi.

3) Penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk tercapainya prasyarat pembelajaran yang baik.

4) Materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan isi/pesan).

5) Alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti (audiovisual). Media yang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan memudahkan siswa dalam retensi dan pengingatan kembali pesan yang pernah didapat.

Menurut M. Miftah (2012), agar komunikasi menjadi efektif, maka setiap individu yang berkomunikasi baik sebagai komunikator atau sebagai komunikan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sebagai Pengirim:

a. Menggunakan bahasa yang tepat dan menarik serta dapat dimengerti oleh penerima


(43)

b. Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri di tempat penerima

c. Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan diterima, dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima

d. Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau lambang yang tepat dan sesuai

e. Bersedia menerirna umpan balik yang positif maupun negatif f. Mengembangkan kredibilitas diri, sehingga dapat dipercaya karena

kualitas pribadi, mutu hidup dan keahlian profesional g. Mempertahankan hubungan baik dengan penerima 2. Sebagai Penerima

Penerima adalah rekan komunikasi yang mempunyai peran menentukan dalam menerima, membuat persepsi, menafsirkan suatu pesan yang diterimanya, apakah untuk dirinya sendiri atau untuk disampaikan kepada orang lain. Agar komunikasi menjadi efektif maka penerima harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan, sampai mampu mendengarkan dengan empatik

b. Waspada terhadap prasangka, dan sikap tidak terbuka c. Mengembangkan kecakapan bertanya


(44)

d. Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara konstruktif

e. Berusaha berpikir kreatif terhadap pesan yang diterimanya f. Bersikap terbuka tetapi kritis.

Menurut Ahmad Sutanto (2012), kemampuan komunikasi dinyatakan berhasil ketika diskusi antarsiswa dilakukan, di mana siswa di harapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi yang efektif dalam pembelajaran terjadi apabila semua komponen pada komunikasi pembelajaran dalam kondisi baik/ideal dan juga memperhatikan berbagai aspek baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.

B. BELAJAR

Belajar memberi definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Berikut pendapat belajar menurut beberapa ahli dalam Suyono dan Harianto (2011) adalah sebagai berikut:


(45)

1. Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.

2. Menurut Marquis dan Hilgard, belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri.

3. Menurut Gagne dalam Dahar (1993), belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkata kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.

Berbagai definisi diatas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan menuju ke arah yang positif. Konsep belajar ini menekankan bahwa belajar tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga tentang nilai dan norma.

C. HASIL BELAJAR SISWA

Menurut Subino (1987) dalam Purwanto (2009), pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukkan kedalam salah satu dari 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar.


(46)

Menurut Purwanto (2009), hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan. Mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2009), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan agar individu yang belajar mengalami perilaku. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Menurut Nawawi dalam K. Ibrahim (2007) dalam Ahmad Sutanto (2012) mengemukakan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Sunal (1993) dalam Ahmad Sutanto (2012), hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses untuk mengetahui seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa.


(47)

Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang diadakan setelah program pengajaran. Hasil belajar dinyatakan berhasil apabila telah mencapai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Dalam penelitian ini, rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas VIII yang digunakan oleh SMP Kanisisus Gayam adalah sebagai berikut: Siswa dinyatakan tuntas belajar bila telah mencapai skor 74.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

D. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

1. Pengertian

Pandangan Bruner dalam Markaban (2008), belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan


(48)

suatu masalah atau suatu situasi yang belum sesuai atau belum benar sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.

Menurut Ruseffendi (2006), metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan melainkan harus menemukan sendiri.

Hudojo (2005) menyatakan belajar “menemukan” (discovery learning) merupakan proses belajar dimana siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman-pengalaman yang konkret. Pada pembelajaran dengan penemuan terbimbing, guru memberika pengarahan tentang materi pelajaran. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa mampu menyimpulkan sesuai dengan rancangan guru.

Menggunakan model penemuan terbimbing, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya (Krismanto, 2003).

Menurut Markaban (2008), penemuan terbimbing (Guided Discovery) adalah model pembelajaran dimana guru memiliki peran sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh serta siswa dibimbing untuk


(49)

berpikir aktif serta menganalisis sendiri materi pembelajaran yang diberikan oleh guru

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan penalaran dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.

2. Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing

Agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika dalam Markaban (2008) adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas

diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.


(50)

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Sedangkan menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009 : 78), langkah-langkah penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari

d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik

e. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan

f. Mempersiapkan setting kelas

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan

i. Menganalisis sendiri atas dasar temuan


(51)

k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan

l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuan.

Dari langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing yang telah dijelaskan diatas, peneliti menyimpulkan langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing menurut Markaban (2008) adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing 1. Mengecek pemahaman peserta didik terlebih dahulu

sebelum melakukan penemuan 2. Mempersiapkan setting kelas

3. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam penemuan 4. Memberikan kesempatan serta membimbing peserta didik

dalam melakukan penemuan

5. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelompok 6. Mengecek hasil penemuan peserta didik

7. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelas

8. Memberikan umpan balik untuk mengukur sejauh mana 9. kemampuan siswa

10.Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

11.Menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk mengasah kemampuan siswa


(52)

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan) c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Sementara itu kekurangannya menurut Markaban (2008) adalah sebagai berikut : a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini

E. POKOK BAHASAN

1. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam persegi (Shamsudin Baharin, 2007 : 73).


(53)

Gambar di atas dinamakan kubus ABCD.EFGH. Menurut Shamsudin Baharin (2007), kubus memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

a. Sisi/Bidang kubus merupakan bangun datar yang membatasi kubus. Kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu sisi bawah = ABCD, sisi atas = EFGH, sisi depan ABFE,

sisi belakang = CDHG, sisi kanan = ADHE, dan sisi kiri = BCGF.

b. Rusuk merupakan garis potong antara dua sisi bidang kubus. Kubus memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.

c. Titik sudut merupakan titik potong antara tiga rusuk. Kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

d. Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam satu ruas garis.

e. Diagonal ruang merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam satu bidang. Terdapat empat diagonal ruang yang sama panjangnya dan saling berpotongan di tengah-tengah yaitu AG = BH = CE = DF.

f. Bidang diagonal merupakan bidang yang dibentuk oleh dua diagonal bidang dan dua rusuk yang saling sejajar. Terdapat 6 buah bidang diagonal yaitu : ACGE, BDHF, ABGH, CDEF, ADGF, BCHE.


(54)

Menurut Shamsudin Baharin (2007), kubus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Semua sisi merupakan persegi 2) Semua rusuk sama panjang

3) Semua diagonal bidang sama panjang 4) Semua diagonal ruang sama panjang

5) Semua bidang diagonal berbentuk persegi panjang. 2. Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibentuk dari enam buah persegi panjang (Shamsudin Baharin, 2007 : 73).

Berikut adalah gambar balok ABCD.EFGH.

Gambar 2.2 Balok

Menurut Shamsudin Baharin (2007), balok memiliki unsur-unsur sebagai berikut:


(55)

a. Sisi/Bidang

Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi berbentuk persegi panjang yaitu sisi bawah = ABCD, sisi atas = EFGH, sisi depan = ABFE,

sisi belakang = DCGH, sisi samping kanan = ADHE , dan sisi samping kiri = BCGF. Keenam sisi balok diatas saling berpasangan sehingga membentuk 3 pasang sisi yang saling berhadapan yang sama bentuk dan besarnya yaitu ABFE berpasangan dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF dengan ADHE.

b. Rusuk

Garis potong sisi-sisi pada blok dinamakan rusuk. Balok ABCD.EFGH memiliki 12 rusuk yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD.

c. Titik Sudut

Titik temu antara tiga buah rusuk pada balok disebut titik sudut balok. Balok ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

d. Diagonal sisi/bidang

Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam satu ruas garis. Terdapat 12 buah diagonal sisi pada balok ABCD.EFGH yaitu AC, BD, EG, HF, AF, BE, CH, DG, AH, DE, BG, CF.


(56)

e. Diagonal Ruang

Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam satu bidang. Terdapat 4 buah diagonal ruang pada balok ABCD.EFGH yaitu AG, BH, CE,dan AF. Keempat diagonal ruang ini saling berpotongan ditengah-tengah.

f. Bidang Diagonal

Bidang yang dibentuk oleh dua buah diagonal bidang yang sejajar dan dua buah rusuk balok yang saling sejajar disebut bidang diagonal. Terdapat 6 buah bidang diagonal pada balok ABCD.EFGH yaitu ACGE, BDHF, ABGH, CDEF, ADGF, BCHE.

Menurut Shamsudin Baharin (2007), sifat-sifat balok sebagai berikut: 1) Setiap sisi balok berbentuk persegi panjang.

Setiap sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang

2) Setiap rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang. 3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran

sama panjang.

4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang. 5) Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk persegipanjang.


(57)

F. KERANGKA BERPIKIR

Tujuan dari pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan berpikir siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Saat pembelajaran matematika, siswa diharapkan untuk dapat berkomunikasi aktif sehingga mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar. Komunikasi siswa di kelas dapat dilihat dari kemauan siswa saat diskusi, bertanya, memberikan tanggapan, serta memberikan solusi sedangkan hasil belajar dilihat dari evaluasi setelah diterapkan pembelajaran dengan suatu model tertentu.

Berdasarkan observasi, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Oleh karena itu, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan sebuah tindakan yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing sebagai upaya untuk meminimalisir berbagai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas. Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan suatu model yang dapat menciptakan pembelajaran dengan suasana baru di kelas. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan menyenangkan dengan adanya suatu kerjasama dan persaingan positif dalam belajar. Model pembelajaran penemuan terbimbing dapat menjadikan siswa aktif dalam


(58)

pembelajaran karena siswa menemukan sendiri materi yang dipelajari dan lebih bebas dalam mengemukakan pendapatnya.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai karena siswa lebih aktif sehingga komunikasi dan hasil belajar yang diperoleh pun akan lebih maksimal.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan komunikasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam pada materi kubus dan balok. Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto,dkk (2007), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN DATA

1. Waktu Pengambilan data


(60)

2. Tempat pengambilan data

Pengambilan data dilakukan di Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang berlokasi di Jalan Dr. Sutomo 16, Demangan, Gondokusuman, Yogyakarta.

C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam melalui pembelajaran dengan model penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok.

D. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu membuat rancangan penelitian tindakan kelas agar proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart. Penelitian ini dirancang berdasarkan siklus dengan mengikuti tahap-tahap dengan komponen tindakan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kemmis dan McTaggart menjadikan komponen tindakan dan pengamatan menjadi satu kesatuan (Zainal Aqib, 2006).


(61)

Diagram 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Stephen Kemmis dan Robbin Mc. Taggart

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran penemuan terbimbing.

2) Membagikan lembar observasi kepada pengamat untuk melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan 2 kali dalam setiap siklus.

SIKLUS II

SIKLUS I

Tindakan dan observasi

Tindakan dan observasi

Refleksi

Refleksi

Perencanaan


(62)

3) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa. Pedoman ini digunakan peneliti untuk mempermudah peneliti dalam bertanya sehingga tidak melenceng dari garis besar apa yang ditanyakan, dan bisa memperoleh data yang diinginkan.

4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal tes awal (pre-test) dan soal tes akhir (post-test).

5) Menyiapkan alat peraga berupa kubus dan balok

6) Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali untuk setiap siklus. b. Tindakan dan Pengamatan (acting and observing)

Melaksanakan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer sesuai dengan pedoman observasi yang telah direncanakan.

c. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi berdasarkan apa yang telah diperoleh dari hasil observasi dan hasil tes akhir (post-test) pada siklus I. Dari hasil observasi yang diperoleh peneliti dapat mengidentifikasi apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Selain itu juga, hasil observasi digunakan sebagai pertimbangan untuk siklus berikutnya.


(63)

2. Siklus II

Kegiatan pembelajaran pada siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus pertama yang telah dilaksanakan. Tahapan pada siklus kedua sama seperti siklus pertama yang diawali dengan perencanaan (Planning), tindakan dan pengamatan (acting and observing) dan refleksi (reflecting). Jika pada tahap refleksi siklus kedua belum mengalami peningkatan hasil penelitian maka bisa dilanjutkan ke siklus yang berikutnya.

E. DATA PENELITIAN

Pada penelitian ini, data yang harus diperoleh adalah data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, data komunikasi belajar siswa, dan data hasil belajar siswa.

1. Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari observasi saat proses pembelajaran pada materi kubus dan balok. Observasi dilakukan oleh 3 observer dengan perolehan data yang berbeda-beda. Data-data tersebut kemudian akan dirangkum pada hasil penelitian di bab IV.

2. Data komunikasi siswa

Data komunikasi belajar diperoleh melalui observasi terhadap seluruh siswa kelas VIII B saat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran


(64)

penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok dan juga data hasil wawancara yang diperoleh dari 10 orang siswa yang dipilih secara random berdasarkan hasil observasi komunikasi siswa. Data observasi berupa data kuantitatif sedangkan data wawancara berupa data kualitatif. Hasil observasi pada setiap siklus digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan komunikasi belajar siswa dan juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke siklus yang berikutnya sedangkan hasil wawancara digunakan untuk mengetahui apa saja pendapat siswa saat menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing dan sebelum diterapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

3. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil evaluasi pada setiap siklus digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa dan juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke siklus yang berikutnya.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Observasi

Mengamati berarti menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena hasilnya harus sama meskipun dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. Oleh karena itu, pengamat harus obyektif (Arikunto, 2010 : 273). Dalam menggunakan metode observasi, cara


(65)

yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen (Arikunto, 2010 : 272). Dalam penelitian ini, observer akan mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing dan komunikasi siswa saat pembelajaran, pada setiap pertemuan dan menilainya.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewi) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan untuk memperjelas informasi tentang komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Pemilihan subjek dilakukan secara random berdasarkan kemampuan masing-masing siswa pada hasil observasi komunikasi. Wawancara dilaksanakan setelah diterapkannya model pembelajaran penemuan terbimbing.

3. Tes

Tes merupakan serentetan pernyataan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010 : 193). Dalam penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa berupa tes awal (pre-test), dan tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) diberikan pada awal pembelajaran sebelum menggunakan model penemuan terbimbing untuk mengecek


(66)

kemampuan dan pengetahuan siswa. Tes akhir (post-test) diberikan saat akhir pembelajaran pada setiap siklus untuk mengevaluasi dan mengetahui pemahaman siswa setelah tindakan. Hasil evaluasi setiap siklus digunakan sebagai bahan refleksi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Soal-soal yang diberikan pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) berupa tes esai. Tes esai berbentuk pertanyaan dengan jawaban bebas (Suparno & Moh.Yunus, 2007).

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Ada dua macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa media pembelajaran yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rencana pelaksanaan Pembelajaran

RPP ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajara penemuan terbimbing. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk memudahkan peneliti dalam pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan.


(67)

Lembar RPP dapat dilihat pada lampiran B.1 b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) ini disusun oleh peneliti sebagai bahan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Lembar LKS dapat dilihat pada lampiran B.2

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman wawancara, lembar observasi, dan lembar tes. Kisi-kisi dari instrumen pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Wawancara

No Kisi-kisi Nomor

butir

Banyaknya item 1. Kesulitan siswa dalam

mengikuti pelajaran 1

1 2. Sikap siswa dalam

mengikuti pelajaran 2,3

2

3.

Bentuk komunikasi siswa dalam pembelajaran

4,5,6,7 4 Lembar wawancara dilihat pada lampiran C.1


(68)

b. Lembar observasi

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.2 Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Observasi Komunikasi

No Indikator Nomor

butir

Banyaknya item 1. Siswa dapat menyampaikan

gagasan secara logis dan jelas kepada teman dan juga guru.

1,2,5,6,7 5 2. Siswa mampu mengajukan

pertanyaan secara lisan 3,4

2

Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.3

No Kisi-kisi Butir Banyaknya

item 1 Guru mampu merumuskan

masalah 1 1

2

Guru mampu mengajak siswa untuk berinteraksi berkaitan dengan materi pembelajaran

2,3,5,6,7 5

3 Guru membimbing siswa


(69)

c. Lembar Tes 1. Pre-test

Standar Kompetensi 6 : Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya

Kompetensi dasar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakan dalam pemecahan masalah

Tabel 3.4

Kisi- Kisi Soal Pre-Test

Materi

pembelajaran Indikator

Penilaian Jenis ujian Bentuk soal Jumlah soal Sifat-sifat persegi

dan persegi panjang

a. Menentukan sifat-sifat persegi dan

persegi panjang Tes Uraian 1

Keliling dan luas persegi dan persegi panjang

a. Menentukan keliling persegi b. Menentukan

keliling persegi panjang

c. Menentukan luas persegi dan luas persegi panjang d. Menentukan luas

persegi

Tes Uraian

1 1 1

1


(70)

2. Post-test

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar :

5.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat kubus dan balok serta bagian- bagiannya

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 1

Materi Indikator Nomor

soal

Jumlah soal Mengenal kubus

dan balok

Membedakan kubus dan balok

1 1

Unsur-unsur pada kubus dan balok

Menyebutkan unsur-unsur pada kubus dan balok

2,3 2 Menentukan model kerangka kubus

dan balok

4,5 2 Menentukan diagonal bidang,

jumlah diagonal bidang, dan panjang diagonal bidang dari kubus dan balok

6,7 2


(71)

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar :

5.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya Tabel 3.6

Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 2

Lembar tes dapat dilihat pada lampiran D.3

H. KEABSAHAN DATA

Data dalam instrumen baik instrumen pembelajaran maupun instrumen penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru matematika SMP Kanisius Gayam sebagai pakar dalam penelitian ini. Konsultasi yang dilakukan ini akan memberi perbaikan-perbaikan agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini, peneliti mengujikan instrumen (pre- test, post-test siklus 1 dan post-test siklus 2) pada kelas VIII A SMP Kanisius

Materi Indikator Nomor

soal

Jumlah soal

Unsur-unsur pada kubus dan balok

1. Menentukan panjang diagonal ruang pada kubus dan balok 2. Menentukan luas

bidang diagonal pada kubus dan balok

1,2,3,4 4


(72)

Gayam sebagai kelas uji coba, karena telah memperoleh materi sifat-sifat kubus dan balok serta unsur-unsurnya. Data hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis validitas dan reliabilitas. Instrumen yang baik akan memenuhi dua syarat penting yakni validitas dan reliabilitas ( Suharsimi Arikunto 1991, 135).

1. Validitas

Validitas merupakan ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 1999, 144). Dalam menentukan validitas suatu instrumen digunakan rumus product Moment yaitu:

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ]

Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variable X dengan variable Y Y = skor total item

X = skor item

n = jumlah responden

dengan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:

Tes dikatakan valid apabila hasilnya dapat diinterpretasikan sesuai dengan tujuan diselenggarakannya tes itu. Oleh Karena itu, peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan juga


(73)

dengan guru matematika kelas VIII B, kemudian tes diberikan kepada siswa kelas VIII A SMP Kanisisus Gayam. Peneliti menggunakan taraf signifikan (alpha) 0,05 atau 5 %. Setiap item di dalam uji validitas dikatakan valid jika rhitung > atau sama dengan rtabel dan jika rhitung < rtabel maka uji validitas dikatakan tidak valid (Arikunto, 1991). Berikut merupakan interpretasi nilai koefisien korelasi rxy menggunakan kriteria Nugraha (Ruseffendi, 1994 dalam

Jihad, Asep dan Abdul Haris, 2013 : 180): Tabel 3.7

Kriteria Validitas Nilai Kriteria 0.80 < rxy ≤ 1.00 Sangat tinggi

0.60 < rxy ≤ 0.80 Tinggi

0.40 < rxy ≤ 0.60 Cukup

0.20 < rxy ≤ 0.40 Rendah

rxy ≤ 0.20 Sangat rendah

2. Reliabilitas

Tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg). Reliabilitas diartikan sebagai ciri tes yang hanya memiliki kemampuan untuk menghasilkan pengukuran yang ajeg, tidak berubah-ubah seandainya digunakan berulang-ulang pada sasaran yang sama (Djiwandono : 2008).


(74)

Menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan pengujian reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha dari Cronbach (Jihad, Asep dan Abdul Haris 2013 : 180-181):

Keterangan

r11 = koefisien reliabilitas instrumen tes n ` = banyaknya soal

= jumlah varians skor tiap butir

= varians total butir

Nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach, dikonsultasikan dengan harga rtabel dengan ɑ = 0,05 dan dk =

N-2. Bila rhitung > atau sama dengan rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Selanjutnya dalam pemberian interprestasi terhadap koefisien reliabilitas tes ( ) mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi, 1991b:191 dalam Jihad, Asep; Abdul Haris : 2013 :181):


(75)

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas

Nilai Kriteria

0,80 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < 0,40 Reliabilitas rendah

0,20 Reliabilitas sangat rendah

a. Uji coba pre-test

Uji coba pre-test dilaksanakan di kelas VIII A SMP Kanisisus Gayam dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Namun, yang mengikuti pre-test hanya 28 siswa karena 4 orang siswa berhalangan hadir. Jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 6 soal dan merupakan soal-soal mengenai persegi dan persegi panjang yang merupakan prasyarat untuk mempelajari bangun ruang sisi datar kubus dan balok.

1) Hasil uji coba instrumen pre-test

Setelah peneliti melakukan uji coba soal pre-test, maka peneliti mengoreksi hasil pekerjaan siswa sehingga memperoleh data hasil belajar siswa. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas berdasarkan data yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan agar instrumen yang akan


(1)

(2)

E.5


(3)

(4)

FOTO-FOTO PENELITIAN


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA BRIGJEND KATAMSO MEDAN T.A 2014/2015.

0 2 24

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA YPAK PTPN 3 SEI KARANG T.A. 2012/2013.

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MELALUI COOPERATIVE LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW KELAS V SDN 03 JATISOBO KECAMATAN JA

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT (Education Entertainment)( PTK pada Siswa kelas IV SD N

0 2 17

Penerapan model pembelajaran arias (assurance, relevance, interest, assessment, satisfaction) ditinjau dari minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada materi kubus dan balok.

0 1 254

Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan Sleman Yogyakarta pada materi ``Sistem Pencernaan Manusia`` melalui metode PQ4R.

2 2 181

Penerapan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing dengan Memanfaatkan Multimedia pada Peserta Didik Kelas VIII Materi Pokok Kubus dan Balok.

0 0 1

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KALASAN.

0 1 102

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 SIGI Debi Susilawati

0 0 14

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PALU

0 0 11