Individu tidak mampu menerima atau mempersepsi dukungan sosial sebagai bantuan apabila ia tidak pernah bersosialisasi, tidak membantu orang
lain dan tidak membiarkan orang lain tahu ketika ia membutuhkan bantuan Sarafino, 2008.
Dari penjelasan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa suatu tindakan yang dilakukan seseorang bisa dipersepsi sebagai hal yang berbeda-beda. Persepsi
sosial ini ditentukan oleh beberapa hal, yaitu interpretasi, kuantitas dan kualitas dukungan sosial serta tingkat pemahaman seseorang terhadap
kebutuhannya.
F. PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL PADA HOMOSEKSUAL
Sama seperti masyarakat pada umumnya, dukungan sosial yang diberikan kepada kaum homoseksual hanya dapat bermanfaat jika dipersepsi dengan
tepat sesuai dengan maksud pemberi dukungan sosial. Ketika terjadi kesalahan dalam mempersepsi dukungan sosial yang diberikan, maka
dukungan sosial itu tidak akan bermanfaat atau bahkan bisa menjadi sebuah tekanan bagi kaum homoseksual. Kesalahan dalam mempersepsi dukungan
sosial yang diberikan juga bisa membuat kaum homoseksual menganggap bahwa dirinya tidak diterima atau didukung secara sosial.
Mercier dan Berger 1989, dalam Munoz-Plaza, Quinn, Rounds, 2002 menyatakan bahwa anak muda dengan orientasi seksual LGBT Lesbian, Gay,
Bisexual, Transgender , memiliki dukungan yang terbatas di rumah, di
komunitas dan di dalam sistem pendidikan yang disebabkan oleh isolasi
sosial yang banyak dialami oleh LGBT. Isolasi sosial yang dialami oleh LGBT bisa menyebabkan mereka tidak mampu menerima atau mempersepsi
dukungan sosial sebagai bantuan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyataakan bahwa individu tidak mampu menerima atau mempersepsi
dukungan sosial sebagai bantuan apabila ia tidak pernah bersosialisasi, tidak membantu orang lain dan tidak membiarkan orang lain tahu ketika ia
membutuhkan bantuan Sarafino, 2008. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Mayock, Bryan, Carr, dan
Kitching 2008, ditemukan bahwa empat sumber dukungan sosial yang paling berpengaruh bagi kaum homoseksual adalah teman, keluarga,
komunitas LGBT dan lingkungan sosial lain seperti sekolah dan tempat kerja. Dari keempat sumber dukungan sosial tersebut, dukungan dari teman
merupakan dukungan sosial yang paling kuat karena membantu responden melalui pengalaman yang menyedihkan, menakutkan dan menekan.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Munoz Plaza, Quinn dan Rounds 2002 terhadap murid SMA yang memiliki orientasi seksual LGBT
menemukan bahwa orang yang bukan merupakan anggota keluarga seperti teman sebaya dan orang dewasa lain lebih suportif dibandingkan dengan
anggota keluarganya. Selain itu, persepsi dukungan pada homoseksual bisa dikaitkan dengan
jenis dukungan sosial yang diterima. Terdapat empat jenis dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan infromasi dan
dukungan pertemanan Sarafino, 2008. Dari hasil penelitian juga dinyatakan
bahwa murid dengan orientasi seksual LGBT mendapatkan dukungan emosional paling banyak dari teman dekatnya Munoz-Plaza, Quinn, Rounds,
2002. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ellis, Kitzinger dan Wilkinson
bahwa sumber dukungan sosial yang diterima oleh kaum homoseksual dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status anggota keagamaan dan usia 2003.
Masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki lebih tidak suportif terhadap hak- hak homoseksual dibandingkan dengan masyarakat yang berjenis kelamin
perempuan. Bisa disimpulkan bahwa persepsi dukungan sosial pada homoseksual
meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan pertemanan. Keempat jenis dukungan ini, bisa dipersepsi
secara berbeda-beda tergantung dari sumber pemberi dukungan sosial yang bisa dibagi menjadi empat sumber, yaitu teman, keluarga, komunitas dan
lingkungan sosial lain. Karena ada banyaknya variasi dan kemungkinan terjadi salah persepsi
dukungan sosial yang diberikan oleh masyarakat, maka peneliti menjadi tertarik untuk melihat bagaimana kaum homoseksual mempersepsi dukungan
sosial.