banyak terdapat dalam tumbuhan dan tersebar luas dalam pigmen tanaman. Rutin juga telah terbukti mempunyai aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas
Mu’awwanah dan Ulfah, 2015. Kontrol negatif yang digunakan adalah DPPH.
Gambar 7. Hasil uji kualitatif aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol buah buni [A = kontrol negatif larutan DPPH ; B = kontrol positif larutan DPPH +
rutin ; C = sampel larutan DPPH + larutan uji ekstrak etanol buah buni Hasil dari uji kualitatif ekstrak etanol buah buni Gambar 7 menunjukkan
perubahan warna menjadi ungu menjadi kuning, sama seperti kontrol positif. Hal ini berarti dalam ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa
– senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan.
E. Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 96 Buah Buni
Tujuan utama skrining fitokimia adalah untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif atau senyawa yang mempunyai aktivitas yang menguntungkan, yaitu
sebagai antioksidan. Skrining fitokimia ini menggunakan uji tabung yaitu dengan mereaksikan bahan tanaman dengan larutan atau pereaksi tertentu menggunakan
tabung reaksi, sehingga diperoleh hasil yang mengarah ke kandungan senyawa aktif dari bahan tanaman tersebut.
Tabel I. Hasil pengamatan uji tabung terhadap ekstrak etanol buah buni
No Uji Tabung
Pereaksi Hasil
Keterangan 1.
Uji saponin Akuades
- Tidak terbentuk
buih 2.
Uji flavonoid Mg dan HCl
+ Merah
3. Uji triterpenoid
dan steroid Liebermann-
Burchard +
Terbentuk cincin coklat, positif
mengandung triterpenoid
4. Uji minyak atsiri
- +
Berbau khas
5. Uji alkaloid
Dragendroff -
Tidak terdapat endapan berwarna
coklat muda sampai kuning
Mayer -
Tidak terdapat endapan berwarna
putih 6.
Uji tannin dan polifenol
Gelatin 1 +
Hijau kehitaman, ada endapan
FeCl
3
+ Hijau kehitaman
7. Uji antosianin
HCl +
Hijau NaOH
+ Merah
8. Uji antrakuinon
Brontrager -
Tidak berwarna merah
Brontrager termodifikasi
- Tidak berwarna
merah Keterangan : - = negatif ; + = positif
Uji tabung meliputi uji alkaloid, antrakuinon, saponin, flavonoid, triterpenoid dan steroid, antosianin, minyak atsiri, tanin dan polifenol. Salah satu
indikator terjadinya reaksi pada uji tabung adalah perubahan warna. Berdasarkan hasil penelitian diduga bahwa ekstrak etanol buah buni mengandung minyak
atsiri, tanin dan polifenol, flavonoid, antosianin, fenolik, dan triterpenoid sebagaimana dalam tabel I.
a. Uji saponin
Uji saponin dilakukan dengan menggojog kuat ekstrak dengan akuades selama 30 detik hingga terbentuk buih setinggi 10 cm. Buih yang terbentuk ini
akan tahan dalam jangka waktu yang lama, tidak akan hilang selama 30 detik. Saponin pada umumnya berada dalam bentuk glikosida, sehingga mempunyai
kemampuan membentuk buih dalam air Marliana et al., 2005. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dapat menimbulkan busa jika dikocok
dengan air. Hal ini karena saponin memiliki gugus polar dan non polar yang akan membentuk misel. Apabila misel terbentuk maka gugus polar akan menghadap
keluar yang akan berikatan dengan air dan gugus non polar akan menghadap kedalam menjauhi air yang tampak seperti busa Padmasari et al., 2013,
akibatnya terjadi penurunan tegangan permukaan air yang dapat menimbulkan buih. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rakasiwi dan Soegihardjo 2014, yaitu ekstrak etanol buah buni tidak mengandung saponin karena tidak terbentuk buih pada saat pengocokan.
b. Uji flavonoid
Untuk mengetahui kandungan flavonoid pada ekstrak uji digunakan uji Shinoda test, yaitu menggunakan larutan HCl pekat dan serbuk Mg yang
menghasilkan warna kuning, oranye, atau merah jika dinyatakan positif. Mg
s
+ 2HCl
l
MgCl
2aq
+ H
2g
MgCl
2aq
+ 6ArOH
s
[MgOAr
6
]
-4 aq
+ 6H
+
+ 2Cl
-
Gambar 8. Reaksi flavonoid pada ekstrak etanol buah buni berdasarkan uji ShinodaNafisah et al., 2014
Menurut Rakasiwi dan Soegihardjo 2014, ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa flavonoid. Hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan
penelitian sebelumnya yaitu timbul warna merah pada ekstrak etanol buah buni yang direaksikan dengan HCl dan Mg, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak positif
mengandung flavonoid. c.
Uji triterpenoid dan steroid Pada pengujian steroid dan triterpenoid, analisis senyawa didasarkan pada
kemampuan senyawa tersebut membentuk warna dengan H
2
SO
4
pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat Sangi et al., 2008. Pereaksi Lieberman-Burchard
yang terdiri dari campuran asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat dan kloroform. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya cincin coklat atau violet untuk
triterpenoid, sedangkan untuk hasil positif steroid ditunjukkan dengan adanya cincin biru kehijauan.
Gambar 9. Mekanisme umum reaksi Liebermann-Burchard Nafisah, et al., 2014.
Menurut Rakasiwi dan Soegihardjo 2014, ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa triterpenoid. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
sebelumnya yaitu ekstrak etanol buah buni positif mengandung triterpenoid ditandai dengan terbentuknya cicin berwarna coklat.
d. Uji minyak atsiri
Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai tanaman Kardinan, 2005. Telah diketahui bahwa bunga, buah batang, dan akar rempah
– rempah mengandung bahan yang mudah menguap serta berbau khas yang dikenal dengan
minyak atsiri Fachriyah dan Sumardi, 2007. Minyak atsiri didefinisikan sebagai sebagai campuran kimiawi yang terdapat pada berbagai tumbuhan dan
mempunyai sifat mudah menguap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah buni mengandung minyak atsiri karena menimbulkan bau khas setelah
larutan ekstrak uji diuapkan. Hasil positif ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rakasiwi dan Soegihardjo 2014 bahwa ekstrak
etanol buah buni mengandung senyawa triterpenoid, sedangkan triterpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri.
e. Uji alkaloid
Pada uji ini larutan ekstrak uji yang telah diuapkan kemudian ditambahkan asam klorida. Penambahan asam klorida bertujuan untuk mengubah alkaloid yang
bersifat basa menjadi garam alkaloid, agar bisa larut dalam air. Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom N dan sebagian besar bersifat basa.
Tujuan dari pemanasan adalah mempercepat pembentukan garam alkaloid. Setelah dingin, larutan kemudian dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi dan
direaksikan dengan pereaksi Dragendroff dan Mayer masing – masing sebanyak 3
tetes. Reaksi positif jika terbentuk endapan berwarna coklat muda sampai kuning pada penambahan Dragendroff dan endapan berwarna putih pada penambahan
Mayer Marliana et al., 2005. Menurut Rakasiwi dan Soegihardjo 2014, ekstrak etanol buah buni tidak mengandung alkaloid. Hasil penelitian yang didapatkan
sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu negatif dengan ditandai tidak adanya endapan dari kedua tabung sampel.
f. Uji tanin dan polifenol
Pada uji tanin diperoleh hasil positif yaitu berwarna hijau dan terbentuk endapan, adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin. Tanin akan
bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air Marliana et al., 2005.
Uji tanin juga dilakukan dengan menggunakan pereaksi besi III klorida untuk menentukan apakah sampel mengandung gugus polifenol atau tidak. Salah
satu senyawa polifenol adalah tanin. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan perubahan warna sampel menjadi hijau kehitaman atau biru tua setelah
penambahan besi III klorida. Terjadinya pembentukan warna ini karena terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin.
FeCl
3aq
+ 6ArOH
s
6H
+
+ 3Cl
-
+ [FeOAr
6
]
3- aq
Gambar 10. Reaksi antara flavonoid dengan FeCl
3
Nafisah et al., 2014.
Menurut Rakasiwi dan Soegihardjo 2014, ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa tanin. Hasil positif ditunjukkan pada penelitian ini adalah
adanya perubahan warna ekstrak menjadi hijau kehitaman, hal ini sesuai dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian sebelumnya bahwa ekstrak etanol buah buni mengandung senyawa tanin yang tergolong sebagai tanin kondensasi Sangi et al., 2008.
g. Uji antosianin
Salah satu faktor yang mempengaruhi warna dari antosianin adalah perubahan pH. Sifat asam akan menyebabkan warna antosinin menjadi merah,
sedangkan sifat basa menyebabkan antosianin menjadi biru. Dalam penelitian ini digunakan asam kuat HCl dan basa kuat NaOH.
Penambahan asam kuat akan mengubah pH antosinin menjadi lebih asam, sedangkan penambahan basa akan mengubah pH antosinin menjadi basa Putri et
al., 2015. Menurut Maulida dan Guntarti 2015, pada pH asam antosianin akan berada pada bentuk ion flavilium yang berwarna merah dan berganti warna biru-
hijau pada keadaan basa. Warna biru-hijau disebabkan karena antosianin banyak berada dalam bentuk ion anhidro basa.
Gambar 11. Perubahan struktur antosianin pada pH yang berbeda Maulida dan Guntarti 2015.
Saat larutan sampel ditambahkan dengan HCl terjadi perubahan warna menjadi merah, dan ketika larutan sampel ditambahkan NaOH terjadi perubahan
warna menjadi biru sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung antosianin.
h. Uji antrakuinon
Uji Brontrager dan uji Brontrager termodifikasi bisa mendeteksi adanya antrakuinon, antrakuinon akan memberikan karakteristik warna merah, violet,
hijau atau ungu dengan basa Marliana et al., 2005. Uji Brontrager bisa mendeteksi senyawa antrakuinon, namun uji ini akan menunjukkan negatif untuk
glikosida antrakuinon yang sangat stabil atau turunan tereduksi dari tipe antranol. Oleh karena itu uji Brontrager dimodifikasi dengan melakukan uji Brontrager
sebelumnya untuk menghidrolisis dan mengoksidasi senyawa antrakuinon. Tidak terjadinya perubahan warna pada uji Brontrager menunjukkan tidak adanya
antrakuinon pada ekstrak antrakuinon karena antrakuinon yang terdapat dalam ekstrak kemungkinan sangat stabil atau turunan tereduksi dari tipe antranol
sehingga menyebabkan hasil negatif.
F. Hasil Optimasi Metode Uji Fenolik Total