LAMPIRAN
A. Hasil Wawancara Subjek B. Hasil Observasi Subjek
C. Analis Data D. Triangulasi Data
E. Koding Data F. Surat Pernyataan Subjek
A . HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA SUBJEK 1 Wawancara I SSC.BS1.WwI.26Juli’07
Hari tanggal : Kamis, 26 Juli 2007 Waktu
: Pukul 19.30 – 20.10 WIB Tempat
: Tempat tinggal subjek Keterangan:
P : Peneliti S : Subjek
P : Selamat malam Mbak. S : Iya, selamat malam.
P : Gini Mbak… Seperti yang udah Mbak Cahya bilang mungkin ke Mbak, ee…
kalau saya memerlukan subjek untuk penelitian untuk skripsi saya. Penelitian saya ‘tu tentang strategi coping bidan waktu bertugas, ee… maksudnya sih,
mm… cara Mbak dalam mengatasi stres saat bekerja gitu, tekanan waktu bekerjalah intinya. Apalagi masih muda gitu ‘kan, ee… ada permasalahan
mungkin dengan keluarga, pacar atau lingkungan Mbak. Gitu sih Mbak intinya, gimana?
S : Iya… terus? P : Karena penelitian saya itu wawancara, jadi apa ya… hanya tanya jawab gitu
sih Mbak. Mungkin kalau bisa ee… saya juga melakukan observasi besok- besok di sini klinik juga ee… sehari-harinya Mbak.
S : Hm, boleh. P : Oke. Bisa kita mulai Mbak? Saya rekam tapi ya?
S : Direkam? Aduh… tapi suara saya kayak gini tertawa. P : Nggak apa-apa kali Mbak.
S : Iya, ayolah. P : Oke, kita mulai ya.
P : Mbak, ee… menjalani pendidikan kebidanan selama ee… berapa tahun? S : Selama 3 tahun.
P : Itu di Akbid ini…? S : Akbid Depkes Soedarso.
P : Ee… sama seperti ini ya, Mbak Linda kemarin ya? S : Iya sama.
P : Kalau misalnya, pendidikan dan keterampilan yang Mbak peroleh dari Akbid,
selain ini… selain maksudnya tentang persalinan… mungkin apalagi? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S : Persalinan… persalinan, asuhan bayi baru lahir, asuhan ibu post partum
1
… ibu nifasnya, terus keluarga berencana sama mm… banyak sih, pokoknya
yang seputar kebidanan gitu. P : Oke. Kalau misalnya yang apa… apa sih yang diberikan Akbid kepada bidan
agar siap bekerja? Ada nggak seperti pelatihan-pelatihan dari Akbid? S : Pelatihan? Pelatihan kita sih jarang ya, cuma itu biasanya dari ada tenaga
obgin
2
, tenaga dokter-dokter dari obgin, itu yang memberikan kita masukan-
masukan, terus apa… ilmu yang sekarang sedang, sedang nge-trend gitu, apa… jadi kita jarang pelatihan, cuma dari obgin aja gitu.
P : Oke. Kalau misalnya dari kayak magang gitu ada nggak Mbak? S : Magang? Magang kita ada juga, magang di paling rumah sakit, puskesmas,
klinik. Itu kitanya, mahasiswanya, kita yang pendidikannya. P : Itu tapi memang… memang apa ya…
S : Memang wajib, memang program dari kampus. P : Oke. Kalau misalnya, yang tadi itu ‘kan memang dari Akbid gitu Mbak, kalau
misalnya yang di luar dari Akbid seperti apa ya kursus, atau apa ya, kayak workshop
atau seminar di luar Akbid, tapi yang memang seputar kebidanan, pernah ikut nggak?
S : Pernah. P : Bisa kasih contoh mungkin apa gitu Mbak?
S : Seminar… Biasanya sih seminar memang termasuk dari, bukan program dari
kampus, cuma kita ‘kan ada kayak ada dies natalis gitu. Itu kita di situ ada seminar dari biasanya dokter obgin, biasa dari juga dari kepala kampus kita
itu. Apa ya, kemarin ya? Tentang kebidanan jugalah, apa misalnya… saya udah lupa nih.
P : Tapi… S : Tapi yang masih menyangkut kebidanan juga tapi… menunjang itulah,
menunjang ilmu kita gitulah. P : Itu juga istilahnya untuk seminar, misalnya untuk kesiapan untuk bekerja
selanjutnya gitu? S : Iya.
P : Oke. Sekarang Mbak bekerja di mana? S : Saya bekerja di klinik Kharitas Bakti di jalan Siam, Gajah Mada.
P : Berapa lama udah bekerja di situ Mbak? S : Saya sih baru. Masuknya bulan Januari, awal Januari.
P : Januari 2007? S : Iya… sampai sekarang.
P : Itu, sebelum di situ udah pernah apa… S : Sebelum di situ pernah kerja juga di klinik Bidan Mariana, rumah bersalin. Itu
cuma 3 bulan. P : Hm. Oke, terus baru pindah ke situ?
S : Iya, baru pindah ke Kharitas.
1
Masa setelah melahirkan persalinan www.merck.com
2
Dokter obstetri ginekologi dokter ahli dalam tata laksana kehamilan dan persalinan serta ilmu kandungan, termasuk gangguan haid, pendarahan, mioma, menopause, dll
www.geocities.comklinikobgin
P : Oke. Kalau misalnya saya tanya tentang tugas-tugas bidan yang dijalani, apa aja sih Mbak?
S : Hm… P : Kayak yang saya tahu ‘kan ada yang mengawasi ibu-ibu hamil, atau terus apa
ya… membantu persalinan atau mengawasi ibu dan bayi dalam masa nifas. Kalau misalnya selain itu ada nggak Mbak?
S : Ini selama kuliah atau kerja? P : Ya dari kuliah sampai kerja, terutama kerja, selama kerja ini.
S : Hm… Selama kerja ini, kita di sini ‘kan kalau selama kuliah ‘kan kita cuma
diberi dasar aja ‘kan. Kalau selama kerja ini kita jadi apa, ada yang kita ndak tahu ‘tu kita jadi tahu. Misalnya ini, bayi-bayi yang sakit itu selama kuliah
atau kita praktik di lapangan itu ‘kan kurang… kurang mendapat ilmunya. Terus di sini ‘ni kita memang ada perawatan juga bayi sakit, tapi bayi baru
lahir juga. Ee… terus yang, intinya sih memang ibu- ibu post partum, terus ibu yang kita ‘kan ada operasi caesarea baca: cesar juga di sana.
P : Oh ada? S : Iya, perawatan setelah itu, post SC
3
, perawatan ibu ‘kan. Selanjutnya ada juga
kita perawatan nifas, nifas ke rumah, seperti biasa itulah. P : Oh kayak gitu? Itu jadi sistemnya sekalian jalan sekalian belajar ini ya Mbak.
S : Iya, kita juga, biasanya apa, ada… P : Di sana ada dilatih dengan bidan senior juga?
S : Ada. Bidan seniornya ada. Kemarin pas kita juga ada, kita bikin surat izin
praktik itu ada diorientasi dari bidan-bidan senior untuk… ha’a, bidan-bidan senior supaya itu apa melatih lagi apa… merekap ulang ilmu yang didapat dari
kampus ‘tu, terus sama yang sekarang sedang berkembang gitu ‘kan. Jadi ilmu ‘kan berkembang terus, kemarin kuliah ndak dapat ini sekarang berubah jadi
nambah, gitu.
P : Pembaharuan juga ya? S : Hm. Pembaharuan.
P : Kalau peran, peran yang Mbak jalani ‘tu apa? Kalau misalnya peran bidan? S : Peran bidan, perannya…
P : Sebagai pelaksana atau mungkin juga yang lain… S : Sekarang sih masih sebagai pelaksana saja, iya tertawa.
P : Oke, kita masuk ke ini ya Mbak, ke kondisi stres. S : Hm...
P : Pasti pernah dong, kalau misalnya ini apa, mungkin dalam bekerja Mbak
merasakan kondisi tertekan? Mungkin pada saat ini ya, membantu persalinan atau kayak gimana?
S : Tertekan sih sering. Sering, kayak apa deg-degan gitu. Kalau misalnya pas lagi nolong partus
4
pas lagi pasiennya ada masalah itu kita deg-degan. Cuma kita ‘kan selalu harus konsultasi sama dokter, jadi kita ndak terlalu beban ke
kita benar gitu ‘kan. P : Contohnya Mbak, misalnya…
3
Masa setelah operasi pada proses persalinan sectio caesarea www.medterms.com
4
Persalinan www.medterms.com
S : Misalnya pasiennya ee… partus letak sunsang. Letak sunsang itu ‘kan pasti kita harus konsultasi dokter ‘kan, ndak hanya kita sendiri yang nanganin.
Kalau dia bisa lahir normal ya kita tanganin sendiri. P : Kalau dalam keadaan mendesak gitu Mbak gimana?
S : Mendesak? P : Dia datang sunsang gitu ‘kan, memang udah harus brojol gitulah istilahnya…
S : Kalau memang misalnya dia bisa normal kita tunggu sampai partus spontan.
Hm, tapi kita juga tetap harus konsultasi sama dokter, konsultasi terus. P : Oke. Kalau misalnya pada saat awal-awal Mbak ini, ee… praktik kebidanan.
Misalnya udah tamat terus ee… kerja, itu ‘tu ada nggak sih… istilahnya tanggung jawab, tanggung jawab otomatis besar ‘kan Mbak kalau misalnya
kayak gitu, misalnya udah nggak ada dosen, nggak ada bidan senior, itu pernah nggak sih pada awal-awal gitu stres?
S : Hm. Awal-awalnya sih dulu, pertama-tama kali kerja, apa pas turun setelah dari pendidikan itu rasanya, aduh rasanya kok nol sekali, rasanya kurang
sekali gitu. Apa… kita praktiknya… P : Down gitu ya?
S : Ha’a. Praktiknya ‘kan biasanya cuma ke panthom
5
, tapi ini langsung benar-
benar harus ke manusia. Kita sebagai bidan turun sendiri gitu, jadi benar-benar ada itulah, perasaan gimana.
P : Yang pernah Mbak alami contohnya kayak gimana Mbak? Pada saat-saat apa ya… awal memang harus kerja…
S : Awal-awal kerja itu misalnya, kita ‘kan kalau di klinik rumah bersalin ‘tu ‘kan biasa terima kasus ndak hanya kebidanan ‘kan. Bayi yang sakit itu ‘kan, kita
‘kan, apa… kita ilmu kita ‘kan dikit dari itu ‘kan dari pendidikan harus cari sendiri ‘kan. Itu kalau bayi sakit, misalnya kita udah sakitnya parah, kita ‘kan
jadi bingung gitu, mau apa pengobatannya. Kita paling ngasih pengobatan awal itu ‘kan. Itu aja itu rasanya udah membingungkan. Kita ‘kan ngertinya
cuma kebidanan. Itu ‘tu udah njelimetlah itu, jadi kepikiran sampai ke rumah kadang-kadang.
P : Jadi apa, malah nambah-nambah beban? S : Hm… Malah beban, benar nggak sih obat yang dikasih, apa…
P : Pernah ngerasa seperti itu Mbak? S : Pernah, sering.
P : Takut salah ngasih obat gitu? S : Hm. Takut salah dosis atau salah apa, jenis obatnya gitu.
P : Apalagi bagi yang apa istilahnya, bagi yang… ilmu yang kurang juga ya? S : Pasien-pasien umum gitu ‘kan, kita ‘kan lebih fokusnya ‘kan kebidanan.
P : Kalau misalnya, pernah nggak sih menghadapi kondisi sulit saat persalinan
itu? Apa ya, yang memang Mbak alami sendiri. Misalnya kadang-kadang ‘kan ibu darah tinggi atau gimana, itu ‘kan benar-benar…
S : Pre-eklamsi
6
gitu ya? Hm… P : Hm, atau apa ya, misalnya bayi, posisi bayi yang nggak normal.
5
Boneka tiruan manusia www.medterms.com
6
Suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan dalam masa kehamilan 20 minggu
www.indonesianmedical.blogspot.com
S : Itu udah panik, udah saya itu… tertawa. P : Itu, kalau kayak gitu konsultasi gitu nggak?
S : Konsultasi, kita langsung telepon dokter atau kita langsung apa suruh
dokternya cepat segera datang gitu. P : Kalau misalnya memang harus ditangani send iri?
S : Ditangani sendiri kayaknya kita nggak bisa, kita langsung rujuk. ‘Kan pasti resikonya lebih besar kalau kita tangani sendiri, itu ‘kan bukan dari wewenang
kita lagi, kalau misalnya pasiennya lebih bermasalah lebih banyak ‘kan? P : Jadi otomatis harus rujuk?
S : Iya harus rujuk, jadi kita ndak bisa ngambil keputusan sendiri memang. P : Terus kalau misalnya, pernah nggak Mbak mengalami gagal, apa, menangani
gagal persalinan atau mungkin ibu atau bayi yang mungkin nggak selamat atau gimana?
S : Selama ini sih belum pernah sih. Moga- moga ke depannya ndaklah. P : Kalau misalnya, kalau misalnya dalam kondisi gini, apa ya terkait dengan isu
etik, sosial gitu. Ee… di satu sisi Mbak sebagai bidan ‘kan harus apa ya, nyelamatin nyawa ibu dan bayi gitu ‘kan, misalnya keselamatan yang
diutamakan. Tapi di satu sisi ‘tu, ee… bertentangan dengan nilai agama dengan moral. Misalnya seperti inilah aborsi, itu pernah nggak dialami?
S : Aborsi… P : Mungkin, mungkin bukan hanya aborsi aja ya. Memang apa ya…
S : Yang melanggar etik gitu ya, kode etik. Misalnya sih selama menjalani tugas
ini belum pernah mendapat kasus gitu ‘kan. Ah kalau misalnya pasien minta aborsi sama kita, kita ‘tu pokoknya anjurkan kita pokoknya, memberi dia
pengarahan kalau aborsi itu nggak benar, pokoknya itu bertentangan sama ini agama atau sama hukum, terus kita harus ini apa anjurkan dia untuk konsul ke
dokter, terutama ke dokter obginnya itu ya. Aa… jadi biar dokter obgin itu yang menjelaskan sendiri, aa… mengapa ini harus, apa mengapa dia minta
aborsi, apakah ada misalnya indikasi ‘kan, kalau misalnya dia minta aborsi karena kriminalis gitu ‘kan, provokatus misalnya, minta sendiri gitu ‘kan, aa…
itu sebenarnya ndak boleh ‘kan. Itu tergantung lagi dari dia ‘kan misalnya takut dia, kondisi dia yang nanti lebih gimana, lebih parah kalau dia ndak
aborsi gitu ‘kan. Nah, jadi kita harus konsulkan sama dokter gitu.
P : Tapi sampai saat ini belum ya? S : Belum. Belum pernah sih nerima kasus-kasus kayak gitu.
P : Kalau misalnya, Mbak ‘kan jadi bidan, bidan praktik di sini ‘kan mungkin
harus stand by juga. Istilahnya kalau misalnya ada mendadak perlu, yang Mbak dipanggil harus siap. Kadang-kadang ‘kan apa ya, membebani Mbak
nggak sih untuk hal yang kayak gitu? Misalnya pada saat itu Mbak juga mungk in perlu refreshing atau ada keperluan pribadi seperti itu?
S : Hm. Selama saya kerja sih, mm… pas disuruh stand by ‘tu belum pernah pas ada juga kegiatan. Jadi pas lagi kosong, lagi lowong gitu, jadi selalu pergi gitu
kalau disuruh. Misalnya on call, panggilan gitu, mau ada operasi terus stand by,
kita pergi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
P : Kadang kerasa nggak sih Mbak, maksudnya apa ya, mungkin pada saat itu memang pas lagi kosong. Tapi kadang dalam hati, kadang-kadang kenapa
sih… S : Ya kadang sih kepikiran. Aduh, ngapa sih jadi kok misalnya jadi kayak gini,
gitu. Sering dipanggil ‘kan capek juga, nanti jadi kebiasaan dipanggil terus gitu tertawa. Nggak sih, apa jadi tapi ah ndak apa-apalah daripada kita nanti
ndak enak juga sama teman-teman gitu.
P : Kalau misalnya apa ya… Kalau misalnya menghadapi, menghadapi stres gitu ‘kan pernah nggak sih Mbak sampai merasa, apa ya kalau misalnya kayak
tadilah yang menghadapi bayi-bayi sunsang atau apa gitu dalam kondisi stres pada saat bekerja. Reaksi fisik yang Mbak alami ‘tu kayak gimana?
S : Biasa ‘tu langsung cepat capek, benar-benar… lemas, rasanya pengen marah terus, ee… pokoknya nggak enak gitulah. Terus mau ngerjakan apa-apa ‘tu
jadinya malas gitu. P : Kalau misalnya mual- mual gitu? Apa ya kalau misalnya stres ‘kan kadang ada
juga orang yang mual apa deg-degan. S : Kadang langsung pusing. Nggak sih mual, pusing. Pasti pusing itu.
P : Oke. Kayak gitu ya. Mm… misalnya pada saat apa ya, menghadapi peristiwa yang menekan seperti itu gimana perasaan Mbak? Ada nggak sih rasa, aduh
sedih, kadang-kadang ada juga orang yang sedih kenapa sih aku nggak bisa ngelakuin gitu atau gimana?
S : Kalau misalnya gagal gitu? P : Hm.
S : Kadang itu benar-benar rasa bersalah sekali, rasanya takut sekali. Pokoknya
takut dimarahin, takut ada apa-apa sama pasiennya. P : Itu yang dalam kondisi seperti apa? Maksudnya peristiwanya kayak gimana?
S : Misalnya kita salah… salah melakukan tindakanlah pokoknya. Salah misalnya, salah pemberian obat, salah dosis. Itu pasti kepikiran sampai
sekarang masih ingat ‘tu. Kejadian itu pasti masih diingat. P : Oke, jadi membekas?
S : Ha’a. Jadi tapi berusaha supaya ndak diulangi lagi. Jadi sekarang ‘tu dikontrol lagi, misalnya suntikannya, misalnya berapa dosisnya. Jadi kita benar-benar
nanyain lebih akurat lagi. P : Itu jadi istilahnya membawa perubahan dalam diri Mbak jugalah ya?
S : Iya. P : Oke. Kalau misalnya pada saat menghadapi masalah- masalah seperti itu, ada
nggak sih apa ya, pemikiran apa sih ya Mbak, mm… pikiran yang Mbak muncul, sorry, pikiran Mbak yang muncul, misalnya ‘kan ada juga orang yang
ya udah dihadapin aja tapi ada juga orang menghindari atau gimana?
S : Yang misalnya hadapin masalah yang gimana? P : Yang masalah tadi misalnya dalam kerja ya terutama mengenai pasien gitu.
Ee… muncul nggak sih pemikiran apakah memang harus menghadapi atau misalnya ya mau nggak mau kadang-kadang kita harus menghadapi tapi ada
juga ada mungkin lebih baik menghindarilah.
S : Sebenarnya sih memang mau nggak mau harus dihadapi. Jadi itu ‘kan memang apa, tugas kita. Daripada kita nanti dapat kasus kayak gini lagi ‘kan,
lebih baik kita dapat sekarang. Misalnya pas memang ada kasusnya. Jadi selanjutnya kita jadi bisa ngerti, jadi kita bisa ambil tindakan yang seperti apa
untuk kasus itu, gitu.
P : Oke. Kalau misalnya seperti Mbak bilang membawa rujukan ke dokter, itu menurut Mbak, ee… itu menurut Mbak itu menghindari atau ee… secara
prosedural gitu? S : Itu sebenarnya ndak menghindari cuma itu ‘kan ada prosedurnya. Tindakan
bidan itu ‘kan ada wewenangnya, wewenang dan batas-batasannya ‘kan. Batasannya itu sampai di mana. Kalau misalnya kita ndak bisa tangani sampai
batas itu, batas kerja bidan, baru kita rujuk. Itu bukan menghindari.
P : Jadi memang, memang apa ya… udah memang model prosedurnya ya. S : Iya, kotaknya itu istilahnya.
P : Kalau misalnya secara psikologis, kalau misalnya ee… ada nggak sih pada
saat stres dalam bekerja gitu kognitif Mbak terganggu? Maksudnya kognitif di sini, misalnya Mbak jadi mudah lupa atau apa ya…
S : Itu sering itu… tertawa. P : Sering ya? Apalagi selain itu Mbak? Pernah nggak?
S : Sering mudah lupa, kadang kita banyak pasien gitu ‘kan, jadi banyak pesan-
pesannya, ee… banyak tindakan-tindakan yang dilakukan. Itu kadang ‘tu ada satu yang kelewat gitu.
P : Berarti nggak konsen ya? S : Tertawa. Udah dicoba konsenkan tapi kok bisa kelupaan gitu.
P : Udah kacau bangetlah ya? Kalau misalnya sampai memunculkan emosi-emosi
negatif, misalnya Mbak marah, atau apa ya mungkin kecewa, kesal, sedih, gimana gitu?
S : Biasanya sih nggaklah. Cuma paling apa rasanya, merasa bersalah aja. P : Oo… lebih sering merasa bersalah ya?
S : Iya tertawa. Merasa bersalah kayak tadi. P : Kalau ini, tadi itu ‘kan udah di ee… ini ya reaksinya. Kalau misalnya cara
Mbak untuk mengatasi sumber stres dalam bekerja itu biasanya gimana? S : Maksudnya gimana?
P : Misalnya, coba misalnya kasus yang tadi deh, Mbak menghadapinya seperti apa? Mungkin Mbak, Mbak bisa kasih contoh, kasih beberapa contoh kasus
gimana selama ini Mbak menanggulangi masalah itu? S : Gimana ya? Menanggulangi masalah? Misalnya kasusnya gimana gitu?
P : Misalnya apa ya, kasus Mbak yang pernah Mbak hadapi, misalnya kasus yang menekan Mbak, yang sampai Mbak tertekan pada saat bekerja gitu.
S : Kita sih biasanya kita sharing sama teman. Ha’a, jadi biar kita ndak terlalu terbebani sendiri, biar nggak stres sendiri. Jadi kita cerita sama teman,
misalnya masalah gini, jadi teman ‘tu bisa, oo… nenangkan kita. Misalnya gini jadi teman ‘tu bisa kasih jalan keluar juga ‘kan, nggak hanya kita merasa
terbebani sendiri gitu. Jadi kita ndak merasa bersalah sendiri. Jadi emang memang kesalahan kita ‘kan jadi… apa, kita supaya kita ndak nutupin
kesalahan itu, jadi kita cerita sama teman biar teman juga ngerti ‘kan. Jadi dia bisa…
P : Sama-sama ya… PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S : Ha’a. Bisa nenangin kita gitu. P : Jadi selain perilaku konkrit, Mbak lebih sering ini, apa curhat ke teman Mbak?
S : Hm. Sering itu. P : Kalau misalnya masalah pribadi, ‘kan kita juga punya masalah pribadi gitulah
ya Mbak. Kalau misalnya itu ee… pernah nggak sih masalah pribadi sampai mengganggu kerja?
S : Masalah pribadi? Oh itu kadang-kadang tertawa. P : Kadang-kadang?
S : Hm. tertawa. P : Bisa kasih contoh nggak Mbak seperti apa?
S : Masalah pribadi misalnya… ini sih kok kayaknya apa, nggak etislah
diceritain. Pokoknya dengan teman, dengan pacar ya gitulah. Sering itu kadang-kadang dibawa ke kerja gitu.
P : Oke. Jadi masalah pribadi sering kebawa-bawa… S : Hm. Jadi kerja ‘tu kadang cemberut, kadang apa wajahnya nggak enaklah.
P : Jadi bad mood gitu? S : Ha’a, udah bad mood-lah.
P : Oke. Jadi kadang-kadang aja ya kalau masalah pribadi mempengaruhi kerja. S : Tapi kalau sekali udah di tempat kerja ‘tu udah beda lagi suasananya. Jadi
udah yang itu udah dilupain. P : Ya udahlah, enjoy aja di pekerjaan?
S : Ha’a. Yang penting soalnya pekerjaan biasanya ‘kan kita nggak, nggak apa… ada terus gitu ‘kan. Jadi kita sering ngelupain yang itu, yang masalah pribadi.
P : Oke, kalau misalnya itu, juga kurang lebih sama ya reaksi-reaksinya, misalnya reaksi fisik pada saat masalah pribadi… apa ya stres akibat masalah pribadi ‘tu
reaksi fisiknya sama aja apa… pusing apa segala? S : Itu sih nggak pusinglah, cuma apa emosinya naik, panas rasanya tertawa.
P : Oke. Ee… secara fisik nggak terlalu tampak ya kalau misalnya untuk masalah ini?
S : Iya. Wajahnya aja yang tampak sangar tertawa. P : Oke. Kalau misalnya untuk cara Mbak mengatasi masalah pribadi, mungkin
lebih pada gimana sih mengatasi masalah pribadi itu agar tidak apa ya… kebawa-bawa dalam pekerjaan. Mungkin…
S : Itu tadi, kita berusaha ngelupakan sendiri. Aa… berusaha supaya kita fokus ke pekerjaan itu, jadi kita ‘kan nggak mikirkan yang pribadi kita.
P : Oke. Jadi lebih fokus kepada pekerjaan? S : Hm.
P : Oke, kalau saya nyoba ngasih beberapa pertanyaan tentang ini ya, strategi
Mbak. Mm… mungkin langkah- langkah apa sih yang Mbak ambil untuk keluar pada apa ya, saat-saat nggak enak? Misalnya apa ya, masalah baik itu
masalah pekerjaan, mungkin lebih pada masalah pekerjaan atau masalah pribadi gitu, langkah- langkah yang sering diambil gitu?
S : Yang diambil? Apa ya? Kadang kalau sampai ndak mampu ‘tu larilah dari ‘tu… dari masalah, itu kalau masalah pribadi sih.
P : Kalau masalah pekerjaan? S : Kalau pekerjaan sih, itu tadi konsultasi.
P : Lebih pada konsultasi ya atau sharing gitu? S : Iya.
P : Oke. Kalau misalnya ee… apa, Mbak punya rencana-rencana yang harus
dilakukan jika menghadapi masalah yang sama? S : Hm…
P : Misalnya Mbak punya masalah apa ya, menghadapi masalah ee… dalam pekerjaan ‘tu apa ya, tadi kayaknya bayi posisi, misalnya posisi bayi yang
nggak normal, letaknya nggak normal. Ee… itu, Mbak punya masalah itulah ya, apakah setiap masalah itu Mbak melakukan hal yang sama untuk
menanggulangi masalah tersebut? Apa pemecahannya hanya selalu dengan misalnya mungkin konsultasi atau rujukan gitu?
S : Karena prosedurnya seperti itu ya jadi seperti itu penanggulangannya. P : Kalau kasus-kasus yang lain misalnya yang mungkin secara prosedural nggak
perlu dokter tapi mungkin ada option lain untuk ini? S : Kita kalau di sana ‘tu ‘kan udah peraturan yayasan, jadi susah. Jadi memang
kita prosedural itu harus ke dokter. Misalnya yang normal kita tangani sendiri. P : Ada nggak sih, kalau misalnya Mbak punya rencana atau tindakan untuk
menghadapi suatu masalah, tapi rencana atau tindakan itu Mbak batalkan karena Mbak menganggap hal itu bukan waktu yang tepat?
S : Ada. P : Misalnya?
S : Misalnya waktu apa ya? Susah juga sih. Masalahnya beribet-beribet yang
dipikiran. Misalnya tindakan kita disuruh lakukan ini sebenarnya ‘kan kita kira itu belum tepat jadi kita tunda, tunda untuk waktu selanjutnya. Pernah sih
kayak gitu.
P : Itu lebih sering pada pekerjaan ya? S : Iya, pekerjaan.
P : Oke, kalau misalnya pada waktu Mbak mengalami stres, ee… Mbak mencari
seseorang yang apa ya… tempat ee… bercerita, mungkin meminta nasihat itu, pernah?
S : Pernah. P : Biasanya itu dengan siapa? Lebih sering ke siapa?
S : Dengan siapa ya? tertawa. Dengan teman kerja yang paling… paling
seringnya. P : Kalau dengan dokter-dokter ahli gitu?
S : Dokter ahli sih, kita lebih pada prosedur tindakan apa. P : Oke. Kalau misalnya ini, ada nggak sih hal- hal positif yang Mbak ambil dari
masa- masa apa ya, masa sulit, masa stres Mbak, masa tertekan? S : Hal positif… kadang jadi pelajaran supaya itu nggak diulangi lagi
kedepannya. P : Lebih pada ini ya, pada pengalaman?
S : Introspeksi. P : Hm. Kalau misalnya, kadang-kadang ada orang yang protes, ngeluh gitu ‘kan
saat menghadapi masalah. Pernah nggak Mbak seperti itu? S : Pernah. Waktu misalnya protes sama kita gitu?
P : Nggak, maksudnya Mbak yang protes. Apa ya, Mbak yang ngeluh, kenapa sih ini terjadi sama aku atau kayak gimana gitu?
S : Sering juga… tertawa. Karena saya juga ‘kan yunior di sana, jadi kayaknya masih kurang benar gitu. Jadi seringlah.
P : Protes-protes sendiri? S : Ha’a, protes sendiri. Ya diungkaplah kekesalan itu diceritakan sama teman,
disharingkan . Aa… gitu aja.
P : Kalau, tapi sering nggak juga menerima saat-saat sulit seperti itu? Soalnya kadang-kadang kita juga protes tapi juga menerima itu nggak kadang-kadang?
S : Iya, kadang-kadang tertawa. P : Kalau misalnya saat menghadapi masalah, ada nggak sih, pernah Mbak… ya
udahlah aku berdoa aja, tapi mungkin usahanya… S : Kadang usaha jugalah, lebih usaha. Berdoa itu pas mau melakukan tindakan,
kalau udah misalnya itu ah… harus usaha. P : Kalau misalnya, ee… Mbak tadi ‘kan ada bilang, ada perasaan bersalah
mungkin pada saat itu juga, pada saat stres itu juga ada sedikit marah atau gimana. Mbak, ada nggak cara Mbak untuk melepaskan perasaan… emosi-
emosi Mbak itu? Mungkin kadang-kadang ada orang yang lebih senang teriak- teriak gitu, atau gimana?
S : Perasaan emosinya? Gimana caranya? P : Atau mungkin hanya, ya udahlah cukup diam, udah selesai gitu.
S : Itu ajalah, cuma apa emosinya biar ndak tertekan, terlalu tertekan gitu. Itu
cerita aja sama teman. Saya begini-begini jadi biar lepas, ndak tertekan gitu. Nggak sampai marah- marah benar.
P : Kalau misalnya untuk melakukan aktivitas lain, misalnya untuk melupakan masalah yang sedang terjadi, pernah nggak? Apa ya, orang ‘kan kadang-
kadang ada yang model- model ya udahlah untuk melupakan masalah ini aku belanja atau gimana gitu?
S : Nggak bisa sih kadang-kadang dilupain. P : Tetap ya?
S : Pasti kepikiran. P : Tapi lama- lama hilang sendiri?
S : Hm. Akhirnya ada pemecahannya. Itu sih kalau ‘kan udah disharingkan gitu,
jadi pecahkan bersama. P : Oke, itu berarti bareng teman-teman ya?
S : Iya. P : Kalau misalnya, ada nggak sih hal-hal yang Mbak anggap bisa membantu
ketika menghadapi masalah? Mungkin lebih kepada apa ya, dukungan- dukungan mungkin, dukungan sosial gitu? Hal- hal yang Mbak anggap bisa
membantu Mbak memecahkan masalah?
S : Gimana ya, hal- hal… Kita sih, kalau misalnya kita udah terlalu gimana ‘tu dari dukungan-dukungan dari keluargalah. Pokoknya aduh bingung… dari
keluargalah gitu. P : Seringnya dari keluarga ya? Kalau misalnya, hal-hal yang malah menghambat
itu ada nggak Mbak untuk Mbak memecahkan masalah gitu? Pada masalah- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masalah di tempat kerja tapi ada hal-hal yang menghambat untuk menyelesaikan masalah itu?
S : Biasanya ‘tu yang menghambat dari diri sendiri. P : Maksudnya?
S : Karena masalahnya ‘tu dari diri sendiri. Mm… misalnya, oh ini maksudnya
dari tempat kerjanya? P : Ya bisa masalah pribadi atau masalah di tempat kerja. Ada nggak sih hal-
hal… Kita ‘kan punya masalah gitu, ada nggak sih situasi yang menghambat untuk kita untuk menyelesaikan masalah itu?
S : Untuk menyelesaikan masalah di tempat kerja ya? Biasanya sih masalah dari diri sendiri itulah. He’e dari diri sendiri ‘tu rasanya bersalah, jadi apa, malah…
P : Malah stag gitu? S : Ha’a. Iya. Kurang yakin jadinya.
P : Terus kalau misalnya ee… perasaan Mbak ada nggak sih, gimana perasaan
Mbak kalau misalnya udah, ya Mbak merasa udah menyelesaikan masalah Mbak gitu?
S : Perasaannya, perasaan lega pastinya. Lega terus nggak terbebani, nggak stres lagi, itu pasti.
P : Misalnya hubungan dengan orang lain mungkin? Pada saat kita bermasalah ‘tu kadang-kadang kita uring- uringan gitu ‘kan Mbak. Mungkin seperti yang
Mbak tadi bilang, cemberut atau gimana. Setelah itu gimana? Kalau misalnya udah, ya udah selesai gitu?
S : Setelah selesai ya, senang lagi, ceria lagi, udah bisa enjoy. P : Maksudnya, secara nggak langsung, otomatis, hubungan dengan orang lain
udah… S : Lega. Udah baik lagi.
P : Kalau misalnya saya nanya Mbak, apakah tindakan-tindakan yang Mbak lakukan untuk memecahkan masalah Mbak, baik ini masalah pekerjaan atau
masalah pribadi ya, selama ini Mbak anggap udah… udah apa ya, udah sesuai nggak dengan keinginan Mbak? Udah cocok nggak strategi yang Mbak
lakukan untuk menyelesaikan masalah A, masalah B, masalah C?
S : Udah sih, udah cukup. P : Kalau misalnya di pekerjaan?
S : Ya, karena kita ‘kan udah ada prosedurnya, jadi rasanya udah cocok kayak
gitu. Ee… udah sesuailah. P : Jadi memang udah ada aturan-aturan berlakunya seperti itu ya?
S : He’e. P : Kalau misalnya untuk yang ini, untuk masalah pribadi?
S : Masalah pribadi, biasanya ‘kan masalah pribadi ‘tu tergantung masalahnya.
Jadi kadang ada yang kurang cocok, ada yang cocok. Jadi bingung jugalah menentukannya.
P : Kembali kita melihat hal- hal positifnya itu? S : He’e.
P : Oke. Ya udah Mbak kalau gitu makasih atas segala bantuannya. S : Iya, sama-sama.
Wawancara II SSC.BS1.WwII.27-28Juli’07 Hari tanggal : Jumat - Sabtu, 27 - 28 Juli 2007
Waktu : Pada saat observasi berlangsung
Tempat : Klinik dan tempat tinggal subjek
Keterangan: P : Peneliti
S : Subjek
P : Kasus-kasus sehari- hari yang Mbak temui ‘tu apa aja sih Mbak? Bervariasi nggak sih?
S : Apa ya... kasus ‘tu ada yang harian ada juga yang tindakan gitu. Kalau yang harian macam imunisasi atau KB gitu, mm... tapi kalau tindakan ‘tu kayak pas
persalinan, orang melahirkan ‘tu, terus apa ya... kuret
7
rahim sama operasi gitu. Ada juga sih yang kespro kesehatan reproduksi gitu, kayak orang
keputihan, yang kayak-kayak gitulah. P : Kalau yang bikin panik Mbak ‘tu kasus-kasus yang seperti apa?
S : Yang bikin panik? Yang nggak bisa kita hadapin, bukan ndak bisa sih mm… hanya apa ya jarang kali ya, jadi bingung.
P : Contohnya Mbak? S : Kayak apa ya… Kasusnya macam- macam sih. Tapi panik kalau ada ibu yang
pendarahan, itu udah panik, udah panik itu. Pendarahan berat gitu ya, yang nggak berhenti-henti. Mana harus berhentiin darah, harus siap donor segala
‘kan, tapi kadang kalau udah nggak sanggup langsung rujuk ajalah. Resikonya besar juga ‘kan.
P : Kalau ada tekanan nggak Mbak saat panik gitu? S : Tekanan ya karena kita ‘tu ‘kan harus nolong ‘kan, takut juga kita pasien
entah gimana nanti ‘kan. P : Kalau dari keluarga pasien atau dokter?
S : Dari dokter ‘tu pasti, apalagi kalau kita rujuk ke rumah sakit, kadang diomelin juga. Kalau dari keluarga pasien kadang, ada yang ngerti tapi ada juga yang
ndak. Orang ‘kan beda-beda ‘kan tertawa. P : Capek nggak sih Mbak?
S : Tiap kerjaan pasti ada capeknya, tapi yang terima ajalah, udah tugas kita ‘kan. P : Kalau untuk ngumpul sama teman-teman terbatasi nggak sih Mbak?
S : Ya pastilah. Kita ‘kan udah capek kerja, berapa jam sehari. Nanti kalau ada
waktu ada aja tugas di rumah, atau dipanggil lagi ke klinik. Kalau libur, udah capek, paling tidur, di rumah. Kadang-kadang aja sih keluar sama teman,
paling SMS-an atau ndak telepon bentar gitu ‘kan. ‘Kan juga udah sibuk juga mereka.
P : Terus ngatasinnya gimana Mbak? S : Yang jarang ketemu itu? Ya itu tadi SMS atau telepon. Paling nanya kabar
atau curhat gitulah. Kalau sempat aja baru ketemuan.
7
Proses pengeluaran isi rongga rahim untuk membersihkan sisa kehamilan atau jaringan yang tidak normal
www.lib.unair.ac.id
P : Kalau sama pacar atau keluarga gitu Mbak? Mungkin protes sama kesibukan Mbak?
S : Udah ngerti sih mereka. Hanya kalau ada masalah suka salah paham aja sih, maksudku gini ‘kan mereka nangkapnya lain. Tapi kalau urusan sibuk sih
udah tahulah mereka. Jadi nggak masalah. P : Ngatasin masalah itu kayak gimana Mbak?
S : Ya diomongin aja sih. Tapi itu lihat-lihat waktu juga ‘kan, kadang pas lagi emosi bisa jadi besar masalahnya. Jadi kadang tunggu tenang dulu. Gitu aja
sih, kayak orang lain juga. P : Kalau kayak Mbak lagi jaga sendiri atau disuruh stand by gitulah ya, sering
bete nggak sih Mbak? Apa ya ngeluh gitu?
S : Kadang-kadang sih, pas kita lagi ada masalah atau baru mau tidur tiba-tiba dipanggil ‘kan jadi agak malas, tapi mau gimana lagi, itu kerjaan kita. Ya
pergilah kita ke klinik. P : Kalau jaga sendiri?
S : Mm... jarang sih. Tapi kalau harus ngambil keputusan gitu yang suka bingung. P : Pas gitu Mbak gimana?
S : Lakukan dulu yang penting, entah pasang infus atau apalah. Baru habis ‘tu
telepon dokter nanya gimana -gimana. Nah baru kita lakukan apa yang dibilang dokter. Bingung sih biasa, panik gitu.
P : Pas panik gitu apa yang Mbak lakuin? Nggak mungkin ‘kan… S : Nenangkan diri dululah, tarik nafas. Tapi ndak boleh lama- lama, kita ‘kan
harus ngasih tindakan tertawa. Habis itu barulah konsul ke dokter gitu. He’e. P : Pas panik gitu doa ndak Mbak biasanya? Atau udah buru-buru ya udahlah...
S : Doa pastilah. Entah hanya doa sebentar biar bisa ngerjakan dengan benar gitu. Seringnya paniknya berkurang, jadi enak kita pas mau ngasih tindakan.
P : Tapi... S : Sehari- hari sebelum jaga juga doa sih. Biar enak juga kita kerja ‘kan.
P : Hm. Kalau perencanaan tindakan gitu ada nggak Mbak lakukan? Misalnya
waktu menghadapi masalah ini, aku harus gini, gini, gini? S : Rencana? Mm…
P : Waktu Mbak ngadapin masalah di klinik atau masalah pribadi? S : Rencana nggak juga sih. Hadapin apa adanya. Kalau di klinik ya kalau
tindakan ‘kan udah ada prosedurnya, tapi itu tergantung kasus lagi, makanya konsultasi lagi ke dokter atau tanya ke senior biar jelas gitu ‘kan.
P : Oke. Kalau menghentikan usaha untuk mengatasi masalah? S : Hm... Maksudnya?
P : Gimana ya... Mbak punya masalah terus Mbak melakukan tindakan tertentu
tapi pada akhirnya Mbak hentikan gitu? S : Oh ada sih. Kalau kita misalnya ini, melakukan tindakan sesuai prosedur, tapi
kita harus lihat perkembangannya lagi ‘kan. Ya kalau misalnya prosedurnya udah nggak sesuai ya kita hentikan gitu.
P : Kalau dalam masalah pribadi? S : Apa ya? Kalau sama teman gitulah ya. Oh kalau kita ada masalah sama teman,
tapi kita negur dia gitu, tapi dia cuek, atau gimana gitulah, ya udah ndak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ditegur lagi. Kita ‘kan udah mau berbuat baik, gitu tertawa. Tapi dianya gitu, mau gimana lagi tertawa.
P : Oke. Kalau selain rasa pusing, deg-degan, lemas ada nggak yang Mbak rasakan waktu tertekan gitu? Hilangnya kapan?
S : Itu sih gemetaran aja, apa tremor, keringatan juga. Terus itu kalau udah parah sekali ya. Tapi kalau udah selesai ya hilang, lega juga ‘kan masalahnya
selesai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara III SSC.BS1.WwIII.5Nov’07 Hari tanggal : Senin, 5 November 2007
Waktu : Pukul 08.30 – 08.55 WIB
Tempat : Wawancara via telepon
Keterangan: P : Peneliti
S : Subjek
P : Mbak, tugas Mbak di klinik ‘tu apa aja sih? Tugas-tugas yang diatur yayasan gitu?
S : Tugas dari yayasan? Ya standar sih, pokoknya yang terkait dengan tindakan kebidanan gitu sih.
P : Bisa kasih contoh tugas-tugas khususnya ‘tu apa aja Mbak? S : Kalau memeriksa kehamilan, membantu persalinan termasuk operasi ya, terus
perawatan ibu nifas, post partum dan post SC, sama kuret, itu pasti ‘kan. Ada juga kalau untuk bayi ‘tu, perawatan bayi yang baru lahir, bayi sakit, balita,
imunisasi. Apalagi ya, kesehatan reproduksi gitu ada juga, misalnya kalau remaja puteri datang dia keputihan gitu ‘kan, konsul KB juga.
P : Selain itu Mbak? S : Pokoknya sih itu, tapi tindakan di dalamnya ‘kan macam- macam. Tergantung
kasusnya apa. Tapi penanganan kita itu tadi. P : Oke. Kalau kasus-kasus yang membuat Mbak tertekan apa aja? Mungkin
selain kasus pendarahan gitu? S : Umumnya sih yang parah kasus pendarahan, mau itu kelahiran normal atau
operasi tapi kalau udah pendarahan udah panik aja. Partus letak sunsang juga panik, apalagi yang posisinya bisa sangkut-sangkut ‘kan, kalau yang nggak
biasa ditemui gitu. Pas proses persalinan juga, kadang ibunya ‘kan susah disuruh, bingung kayaknya, jadi disuruh tarik nafas gitu malah nggak, malah
banyak gerak, padahal dia harus ngeden juga ‘kan. Bingung kadang mau kasih tahunya gimana tertawa.
P : Adalagi nggak Mbak? S : Ndak sih, paling seringnya pendarahan, partus letak sunsang. Kalau ibunya
pre-eklamsi itu juga bermasalah, terutama darah tinggi ya, panik ‘tu biasanya.
Bingung juga apa yang harus dilakuin gitu, ‘kan beda-beda tiap orang ‘kan. Tapi biasa langsung konsul dokter, kadang ibunya kesakitan kita lagi telepon
dokter ‘kan, ndak tega juga. Udahlah jadi satu, jadi bingung gitu.
P : Selain konsul apalagi Mbak yang Mbak lakukan untuk mengatasi masalah ini? S : Habis konsul lakukan apa yang dibilang dokter. Sebelumnya sih kita udah beri
tindakan dulu sebelum telepon dokter kadang ya, tindakan penting dululah, kita pasang infus, kita kasih obat apa dulu, baru kita hubungi dokter. Kalau
udah parah baru kita rujuk ke rumah sakit.
P : Ada yang langsung ditangani sendiri? S : Kalau kasus-kasus berat harus konsul dokter, kita nggak boleh sembarangan
‘kan, apalagi kita panik, kita nggak yakin, pokoknya pastikan sama dokter dulu.
P : Kalau saat bertugas sendiri pernah nggak Mbak? S : Pas lagi sendiri? Apa ya soalnya sering bareng sama teman ‘kan. Paling
nanganin pemeriksaan atau apa, kayaknya nggak ada kasus berat gitu. Bisa panik kalau harus sendiri. Sama teman aja udah bingung biasanya ‘kan apalagi
sendiri.
P : Kemarin ‘kan Mbak bilang kalau Mbak belum pernah menghadapi kasus aborsi. Kalau kasus lain yang terkait dengan isu etik gitu ada nggak?
S : Apa ya… P : Mungkin izin kelua rga untuk melakukan tindakan ke pasien gitu?
S : Oh pernah sih baru-baru ini. Waktu pasien harus dikuret gitu habis keguguran,
tapi pernah ‘tu keluarganya ndak bolehkan. Padahal kondisi rahim masih nggak baik, harus dibersihkan ‘kan darah-darah yang tertinggal itu. Nggak
bagus ‘kan bikin kista. Tapi keluarganya takut malah terjadi apa-apa pas dikuret.
P : Terus Mbak gimana waktu itu? S : Ya udah kalau keluarga nggak boleh mau apalagi. Saya langsung ngomong
sama dokter, akhirnya dokter yang kasih tahu keluarganya itu. Boleh akhirnya mungkin karena lebih percaya dokter ya. Ya udah langsung kita kuret.
P : Kalau nggak dapat izin keluarga berarti nggak dilakuin Mbak? S : Nggak, nanti ada apa-apa kita lagi yang kena. Ikut maunya mereka. Tapi kita
beri saran, kita kasih tahu gitu resiko-resikonya. P : Ke masalah pribadi ‘ni ya Mbak, apa masalah pribadi gitu mengganggu Mbak
dalam bekerja? S : Masalah pribadi? Kadang sih.
P : Bisa kasih contoh nggak Mbak? S : Kalau kita lagi marah atau kesal dari rumah ‘kan kadang udah bingung mau
ngapa- ngapa pas di klinik. Tapi harus usaha konsen soalnya nanti salah-salah nanganin pasien. Kalau misalnya ada masalah sama teman kerja ya kadang
juga kebawa malas, gimana mau kerja nyaman ‘kan, tapi kita pikirkanlah kerjaan kita juga.
P : Nambah- nambah tertekan nggak Mbak? S : Iya, kalau kita pas ngadapin kasus berat pas sama teman itu, ya kadang
udahlah yang penting nolong dulu aja. P : Kalau masalah yang paling nekan yang mana Mbak?
S : Masalah pekerjaan sih nekan, tapi kadang tambah lagi masalah pribadi gitu kadang jadi tambah berat aja.
P : Kalau pas lagi bermasalah gitu Mbak lakuin aktivitas lain nggak, ya untuk ngurangin tekanan?
S : Paling istirahat aja di rumah. Main juga kadang sama teman itu aja sih. Curhat biasa kalau ketemu teman.
P : Kemarin ‘kan Mbak bilang yang menghambat dalam menyelesaikan masalah ‘tu diri sendiri. Maksudnya gimana?
S : Gimana ya? Diri sendiri… Mm… kadang kita nggak yakin kita bisa nyelesaikan gitu ‘kan, jadi kadang nanganin pasien ragu padahal kadang kena
pasien yang harus dikasih tindakan cepat ‘kan. Kadang salah-salah yang udah pernah dibuat bikin nggak yakin juga untuk ngelakuin tindakan gitu.
P : Oke. Kalau hambatan dari segi keterbatasan pernah Mbak alami? Mungkin tenaga, obat atau pengetahuan gitu?
S : Jarang sih ya. Seringnya pengetahuan. Yang kita dalami ‘kan tentang kebidanan, lebih ke ibunya ‘kan, gimana ngasih pertolongan yang baik ke ibu,
pemeriksaan juga. Tapi kita juga harus nanganin bayi sakit kadang, itu yang bingung. Belum lagi kalau salah-salah nantinya ‘kan. Kasus-kasus yang belum
pernah dapat juga kadang bikin bingung, panik gitu.
P : Yang Mbak lakukan apa untuk mengatasinya? S : Banyak nanya sih, ke dokter atau senior, terus kalau pas ngadapin kasus rumit
‘tu ngelihat senior apa aja yang dikerjakan, jadi besok-besok udah tahu. Jadi nggak bingung ‘kan. Kadang juga baca-baca.
Hasil Wawancara Subjek 2 dan Subjek 3 selengkapnya dapat dilihat pada
naskah skripsi tercetak.
B. HASIL OBSERVASI