20
d. Upper Floor Sign
Sign jenis ini pada umumnya terletak di lobi dan mengacu ke tempat lain
dalam lingkup suatu unit atau departemen secara spesifik. Sign tersebut meliputi corridor directional, identification sign dan tenant.
Gambar. 2.17. Identification Sign Sumber: terasolo.com
2.4.2. Aspek-aspek Pembuatan Sign System
Ada beberapa aspek yang harus diperbaiki dalam pembuatan sign system yaitu Widyasari, 2011:19:
a. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui kegiatan utama institusi tersebut.
b. Mengidentifikasi fasilitas yang akan direpersentasikan. Sign harus dapat mengidentifikasikan fasilitas yang ada di institusi tersebut.
c. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat dan mudah di akses oleh semua orang.
d. Penerapan sign system. Selain desain, kita juga harus memperhatikan material dalam pembuatan sign. Sekarang ini, desain menarik dan informasi yang benar
tidaklah cukup. Menurut Follis dan Hemmer dalam buku Architectural Signing and
Graphic 1988:18 menjelaskan bahwa mendesain sign system tidak bisa hanya
dengan mengandalkan sisi estetiknya saja, tetapi masih banyak faktor lain yang harus diperhatikan agar sign system dapat berfungsi dengan baik meskipun sisi
estetik tetap menjadi poin penting dalam pembuatan sign system. Faktor tersebut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
ialah manusia, sebab manusia merupakan pengguna dari sign system. Berikut beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan sign system:
a. Pandangan mata manusia Penelitian mengindikasikan bahwa sudut pandang manusia normal berbentuk
kerucut dengan sudut 60°. Sehingga area yang berada diluar sudut tersebut relatif akan berkurang secara detail. Walaupun kelemahan ini diatasi dengan
menggerakkan kepala, tetapi tetap akan membutuhkan usaha lebih untuk dapat menangkap detail yang hilang tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah sign
system digantungkan dari atas langit-langit sehingga sudut antara mata
pengguna dengan horizontal lebih dari 30°, besar kemungkinan akan terlewatkan. Secara alami, pengguna tidak terbiasa menggerakkan kepala ke
atas untuk melihat tanda, atau sesuatu yang berada diluar jangkauan yang dapat terlihat.
b. Ketajaman penglihatan Ketajaman pandangan manusia berbeda-beda, sehingga akan diperlukan
ukuran dan jarak yang relatif mudah dijangkau penglihatan manusia. c. Kecepatan baca
Kecepatan manusia dalam membaca dipengaruhi pula oleh umur, kecerdasan, dan pendidikan. Rata-rata kecepatan baca manusia adalah 250 kata per menit.
Sehingga sign system jalan raya yang butuh kecepatan baca tinggi, tidak memuat banyak informasi. Dibatasi hingga maksimal enam informasi.
d. Legabilitas Studi mengenai jarak mengindikasi bahwa dengan penerangan normal siang
hari, seorang yang berdiri diam dengan penglihatan normal 2020 dapat membaca huruf setinggi 25 mm dengan diagram Snellen standar pada jarak 15
meter. Meski demikian, idealisme laboratorium semacam ini perlu dimodifikasi ulang untuk legabilitas desain sign system.
e. Ketinggian pandangan mata Ketinggian rata-rata dari pandangan mata manusia adalah sekitar 1,7 meter,
pada saat duduk menjadi 1,3 meter, dan pada saat mengendarai kendaraan adalah 1,4 meter. Ketinggian ini harus tetap sesuai dengan kondisi dilokasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
f. Tinggi huruf
Menentukan tinggi huruf yang dipakai di sign system memerlukan faktor tambahan yang mayoritas ditentukan oleh kecepatan gerak pembaca atau
waktu yang diperlukan untuk mengenali bentuk huruf. g. Kebutuhan khusus
Kebutuhan khusus untuk manula dan penyandang cacat juga perlu diperhatikan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, tinggi huruf 25 mm untuk jarak
pandang sejauh 7,5 meter, berdasar pada huruf kapital Helvetica, adalah panduan yang lebih praktikal untuk sign pejalan kaki dibanding dengan
diagram Snellen.
2.4.3. Ikon, Simbol, dan Indeks