PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR.

(1)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA

BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR

Dimas Arif Tirtana 1054010056

BIDANG STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(2)

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA

BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S – 1)

Dimas Arif Tirtana 1054010056

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

2014


(3)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA

BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR

Dipersiapkan dan disusun oleh : DIMAS ARIF TIRTANA

1054010056

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 19 Juni 2014

Pembimbing I

Aris Sutejo, S.Sn., M.Sn.

NPT. 3 8511 13 0353 1

Penguji I

Widyasari. ST

Pembimbing II

Aileena S.C.R.E.C., ST., M.Des

Penguji II

Aditya Rahman Y, ST., M.Med.Kom.

NPT. 3 8109 10 0303 1

Ketua Jurusan

Heru Subiyantoro, ST., MT,

NPT. 3 7102 96 0061 1

Koordinator

Aditya Rahman Y, ST., M.Med.Kom.

NPT. 3 8109 10 0303 1 Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Tanggal : ...

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni Juliardi AR, M.Kes. NIP. 19590729 198603 2 00 1


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan ini sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak ada karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam Naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang sudah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Surabaya, 29 Juni 2014


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu dipanjatkan pada kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga laporan tugas akhir dengan judul “Perancangan Grafis Lingkungan Desa Wisata Belanja Lamongan Jawa Timur” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Semoga isi dari tugas akhir yang membahas tentang proses merancang grafis lingkungan ini dapat menjadi pedoman bagi mahasiswa desain komunikasi visual. Penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil dalam proses penyusunan laporan ini yang tidak lepas dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, atas bantuan dan dukungan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Naniek Ratni Juliardi A.R., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “VETERAN” Jawa Timur.

2. Heru Subiyantoro, ST., MT., selaku Ketua Progdi Desain Komunikasi

Visual UPN “VETERAN” Jawa Timur.

3. Aris Sutejo, S.Sn., M.Sn., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan pengarahan dalam proses pengerjaan.

4. Untuk seluruh Dosen DKV UPN “VETERAN” Jawa Timur dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di UPN “VETERAN” Jawa Timur.

5. Orang tua serta saudara-saudar yang selalu member semangat dengan doa. 6. Aditya Rahman Yani selaku koordinator tugas akhir.

7. Pengrajin di Desa Wisata Belanja yang telah memberikan bantuan guna melancarkan proses perancangan.

8. Bapak Bahrur Rochim selaku Kepala Desa Sendang Dhuwur. 9. Bapak Supri selaku staf pengajar SMK 12 Surabaya.


(6)

Penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tidak pernah terhindar dari kesalahan baik berupa lisan maupun tulisan. Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan Praktek Profesi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabya, 29 Juni 2014


(7)

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA

BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR

Dimas Arif Tirtana 1054010056

ABSTRAK

Desa Wisata Belanja merupakan sebuah lokasi wisata baru yang terdapat di Desa Sendang Dhuwur dan terletak di Kabupaten Lamongan. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai pengrajin batik, pengrajin emas, dan pengrajin bordir sejak abad ke-XV hingga saat ini tetap mempertahankan unsur tradisionalnya. Namun dalam perkembangannya wilayah tersebut kurang diketahui oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya media informasi yang dapat memberi informasi tentang desa serta fasilitas apa saja yang terdapat di desa tersebut kepada masyarakat sekitar. Untuk menginformasikan lokasi maupun fasilitas yang tersedia diperlukan media informasi salah satunya grafis lingkungan. Grafis lingkungan merupakan salah satu ilmu desain yang mempelajari tentang segala bentuk desain grafis pada lingkungan serta dapat memberikan citra visual dalam suatu wilayah. Perancangan grafis lingkungan yang dilakukan dengan beberapa tahap secara terstruktur dan rapi dapat menjadikan media tersebut lebih efektif dan efisien. Penyisipan unsur visual yang baru dan berbeda sesuai dengan karakteristik desa maupun tempat-tempat lain berguna sebagai pembeda dari pada grafis lingkungan pada umumnya sehingga dapat mudah dikenali dan mempermudah masyarakat mendapatkan informasi tentang lokasi tersebut sehingga perjalanan berwisata menjadi lebih mudah dan nyaman. Perancangan grafis lingkungan ini menggunakan teknik gerak dan cahaya pada beberapa media seperti main gate yang memiliki fungsi untuk menarik perhatian kepada para pengunjung. Selain itu, untuk menjaga konsistensi visualnya maka warna serta elemen visual antara media satu dengan lainnya saling berkaitan berfungsi untuk membangun citra visual bagi Desa Wisata Belanja.


(8)

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN DESA WISATA

BELANJA LAMONGAN JAWA TIMUR

Dimas Arif Tirtana 1054010056

ABSTRACT

The village shopping tour is a new tourist location in the village of Sendang Dhuwur located in Lamongan. The majority of the population made their living as artisans, craftsmen gold batik, embroidery and craftsmen since the XV century to this day retains its traditional elements. But in its development the region is less known by the public. it is caused by the lack of media information that can give information about the village and facilities are there in the village to surrounding communities. To inform the location and available facilities required information media of environment graphics design . The environment graphical design is one of the design science learn about all forms of environment graphic design visual imagery can provide in a given region. Graphical design environment that is done with several the structured stages and tidy can make the media more effectively and efficiently. The insertion of the new visual elements and differ according to the characteristics of the village as well as other useful places as a differentiator from the graphics environment in General so that it can be easily recognized and makes it easier for people to get information about that location so that travel easier and more comfortable. Graphic design of this environment uses the technique of motion and action of light on some media as main gate that having the function of to draw attention to the visitors.In addition, to keep the consistency of visualnya then color as well as elements visual between the media to each other are intertwined serves to build the visual images for tourist village shopping. Keyword: sign system, environmental graphics, village shopping tour, traditional.


(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Rumusan Masalah ... 4

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Tujuan ... 4

1.6. Manfaat ... 5

1.7. Skema Perancangan ... 6

BAB II : STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA ... 7

2.1. Profil Desa Wisata Belanja Lamongan, Jawa Timur ... 7

2.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ... 7

2.1.2. Lokasi dan Karakteristik Desa Wisata Belanja Lamongan, Jawa Timur ... 7

2.1.3. Kondisi Sign System Desa Wisata Belanja ... 11

2.2. Landmark ... 13


(10)

2.4. Sign System ... 14

2.4.1. Klasifikasi Sign System ... 18

2.4.2. Aspek - aspek Pembuatan Sign System ... 20

2.4.3. Ikon, Simbol, dan Indeks ... 22

2.5. Teori Desain Komunikasi Visual ... 24

2.5.1. Ilustrasi ... 24

2.5.2. Tipografi ... 27

2.5.3. Warna ... 30

2.5.4. Layout ... 37

2.6. Studi Ergonomi ... 39

2.6.1. Ketinggian Sign System ... 39

2.6.2. Standardisasi Sign System ... 40

2.6.3. Bahan atau Material ... 42

2.7. Teori Gestalt ... 43

2.8. Pictogram ... 46

2.9. Komparator ... 47

2.9.1. Kota Decatur, Alabama ... 47

2.9.2. Wisata Bahari Lamongan ... 49

BAB III : METODE PERANCANGAN ... 52

3.1. Definisi Operasional Judul ... 52

3.1.1. Grafis Lingkungan ... 52

3.1.2. Desa Wisata Belanja ... 52

3.1.3. Lamongan Jawa Timur ... 52

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.2.1. Data Primer ... 53

3.2.2. Data Sekunder ... 54

3.3. Analisis Data ... 54

3.3.1. Analisis TOWS Matriks ... 54


(11)

3.4. Consumer Insight ... 59

3.5. Consumer Journey ... 60

3.6. Point of Contact ... 62

3.7. Sintesa Data ... 63

3.8. Skema Pola Pikir ... 64

BAB IV : KONSEP DESAIN ... 65

4.1. Perumusan Konsep (Keyvisual) ... 65

4.2. Pesan Komunikasi ... 66

4.3. Konsep Visual ... 67

4.3.1. Ilustrasi ... 67

4.3.2. Tipografi ... 68

4.3.3. Warna ... 68

4.4. Konsep Teknis Media ... 68

4.4.1. Landmark ... 68

4.4.2. Sign System ... 69

4.5. Layout Desain ... 75

4.5.1. Landmark ... 75

4.5.2. Piktogram ... 83

4.5.3. Sign system ... 89

BAB V : IMPLEMENTASI DESAIN ... 98

5.1. Landmark ... 98

5.2. Sign System ... 100

5.2.1. Information Sign ... 100

5.2.2. Direction Sign ... 103

5.2.3. Identification Sign ... 107

5.2.4. Sign Jarak ... 110

5.2.5. Advice Sign ... 112


(12)

BAB VI : PENUTUP ... 117 6.1. Kesimpulan ... 117 6.2. Saran ... 118

KEPUSTAKAAN LAMPIRAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan ... 6

Gambar 2.1 Peta Indonesia ... 7

Gambar 2.2 Peta Jawa Timur ... 8

Gambar 2.3 Peta Kabupaten Lamongan ... 8

Gambar 2.4 Gaya Arsitektur Joglo ... 9

Gambar 2.5 Masjid Sunan Sendang ... 10

Gambar 2.6 Bukit Kapur ... 10

Gambar 2.7 Kondisi billboard sebagai media signage ... 12

Gambar 2.8 Kondisi papan salah satu tempat pengrajin ... 12

Gambar 2.9 Jalur menuju lokasi Desa Wisata Belanja ... 13

Gambar 2.10 Traffic sign ... 15

Gambar 2.11 Commercial sign ... 16

Gambar 2.12 Wayfinding ... 16

Gambar 2.13 Safety Sign ... 17

Gambar 2.14 Wayfinding Sign ... 18

Gambar 2.15 Main Gate ... 19

Gambar 2.16 Direction Sign ... 19

Gambar 2.17 Identification Sign ... 20

Gambar 2.18 Foto Bapak Proklamator Soekarno ... 22

Gambar 2.19 Tanda Tangan Presiden Soekarno ... 23

Gambar 2.20 Garuda ... 23

Gambar 2.21 Ilustrasi Digital ... 25

Gambar 2.22 Ilustrasi Fotografi ... 26

Gambar 2.23 Ilistrasi Teknik Gabungan ... 26

Gambar 2.24 Anatomi huruf ... 27

Gambar 2.25 Font Asmat ... 30

Gambar 2.26 Font Batik Garuda ... 30

Gambar 2.27 Lingkaran Warna ... 31


(14)

Gambar 2.29 Wayfinding Signage Family ... 39

Gambar 2.30 Logo Families ... 44

Gambar 2.31 Logo 40 tahun Aqua ... 44

Gambar 2.32 Logo Carrefour ... 45

Gambar 2.33 Logo Visteon ... 45

Gambar 2.34 Logo Formula 1 ... 46

Gambar 2.35 Piktogram ... 47

Gambar 2.36 Pintu Masuk Decatur ... 48

Gambar 2.37 Signage Jalan ... 48

Gamabr 2.38 Signage Penunjuk Arah ... 49

Gambar 2.39 Pintu Masuk Wisata Bahari Lamongan ... 50

Gambar 2.40 Penunjuk Arah Lokasi Wisata Bahari Lamongan ... 50

Gambar 2.41 Sign Wahana Wisata Bahari Lamongan ... 51

Gambar. 3.1. Skema Consumer Insight ... 60

Gambar 3.2. Skema Pola Pikir ... 64

Gambar. 4.1. Tabel Perumusan Konsep Desain ... 65

Gambar. 4.2. Piktogram ... 67

Gambar. 4.3. Studi Gaya Ilustrasi ... 67

Gambar. 4.4. Sign Outdoor ... 69

Gambar. 4.5. Bagan Struktur Peletakan Sign System ... 74

Gambar. 4.6. Studi Tipogrfi Lettermark ... 75

Gambar. 4.7. Tipografi Perancangan Lettermark ... 76

Gambar. 4.8. Studi Landmark ... 76

Gambar. 4.9. Sketsa Desain Landmark ... 78

Gambar. 4.10. Studi Warna Landmark ... 79

Gambar. 4.11. Alternatif Landmark ... 80

Gambar. 4.12. Alternatif Landmark Terpilih ... 81

Gambar. 4.13. Komparasi Landmark ... 81

Gambar. 4.14. Final Desain Landmark ... 82

Gambar. 4.15. Acuan Visual Piktogram Pengrajin dan Fasilitas ... 83

Gambar. 4.16. Sketsa Desain Piktogram Pengrajin dan Fasilitas ... 84


(15)

Gambar. 4.18. Sketsa Desain Piktogram Himbauan ... 86

Gambar. 4.19. Alternatif Piktogram Pengrajin dan Fasilitas ... 87

Gambar. 4.20. Alternatif Piktogram Himbauan ... 88

Gambar. 4.21. Final Piktogram Pengrajin dan Fasilitas ... 88

Gambar. 4.22. Final Piktogram Himbauan ... 89

Gambar. 4.23. Font Fontastique ... 89

Gambar. 4.24. Studi Main Gate ... 90

Gambar. 4.25. Studi Sign Board ... 90

Gambar. 4.26. Studi Tiang Penyanggah ... 91

Gambar. 4.27. Sketsa Main Gate ... 91

Gambar. 4.28 Sketsa Sign Board ... 92

Gambar. 4.29. Sketsa Sign Board Direction Sign ... 92

Gambar. 4.30. Studi Warna Sign System ... 93

Gambar. 4.31. Studi Warna Rambu ... 94

Gambar. 4.32. Alternatif Desain Main Gate ... 94

Gambar. 4.33. Alternatif Desain Sign Board ... 95

Gambar. 4.34. Alternatif Desain Sign Board Direction Sign ... 95

Gambar. 4.35. Final Desain Main Gate ... 96

Gambar. 4.36. Final Desain Sign Board ... 96

Gambar. 4.37. Final Desain Sign Board Direction Sign ... 96

Gambar. 4.38. Final Desain Alat penopang ... 97

Gambar. 5.1. Landmark ... 98

Gambar. 5.2. Logo Primer ... 98

Gambar. 5.3. Logo Sekunder ... 99

Gambar. 5.4. Supergrafis Landmark ... 100

Gambar. 5.5. Main Gate ... 100

Gambar. 5.6. Gambar Teknik Main Gate ... 101

Gambar. 5.7. Perbandingan Ketinggian Main Gate ... 101

Gambar. 5.8. Implementasi Desain Main Gate ... 102

Gambar. 5.9. Welcome Sign ... 102

Gambar. 5.10. Implementasi Welcome Sign pada Area ... 103


(16)

Gambar. 5.12. Implementasi Direction Sign Desa Wisata Belanja ... 104

Gambar. 5.13. Variasi Desain Direction Sign Board Pengrajin dan Fasilitas Umum ... 105

Gambar. 5.14. Direction Sign Pengrajin dan Fasilitas Umum Berpenyanggah ... 105

Gambar. 5.15. Implementasi Direction Sign Berpenyanggah ... 106

Gambar. 5.16. Direction Sign Pengrajin dan Fasilitas Umum Tanpa Penyanggah ... 106

Gambar. 5.17. Implementasi Direction Sign Tanpa Penyanggah ... 107

Gambar. 5.18. Sign Board Identification Sign Pengrajin dan Fasilitas Umum ... 108

Gambar. 5.19. Identification Sign Pengrajin dan Fasilitas Umum Berpenyanggah ... 108

Gambar. 5.20. Implementasi Identification Sign Berpenyanggah ... 109

Gambar. 5.21. Identification Sign Pengrajin dan Fasilitas Umum Tanpa Berpenyanggah ... 109

Gambar. 5.22. Implementasi Identification Sign Tanpa Berpenyanggah ... 110

Gambar. 5.23. Desain Sign Jarak ... 111

Gambar. 5.24. Implementation Desain Sign Jarak ... 111

Gambar. 5.25. Desain Signboard Advice Sign ... 112

Gambar. 5.26. Advice Sign ... 113


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Psikologi Warna Primer ... 32

Tabel 2.2 Psikologi Warna Sekunder ... 34

Tabel 2.3 Psikologi Warna Netral ... 36

Tabel 2.4 Standart penentuan simbol ... 40

Tabel 2.5 Standart penentuan tinggi huruf ... 41

Tabel 3.1 TOWS Matriks ... 54

Tabel 3.2 Consumer Journey ... 61

Tabel. 4.1. Evaluasi Landmark ... 82


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan dihuni oleh berbagai macam suku, rasa, agama dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah mempunyai karakteristik yang beragam mulai dari alam, kultur budaya, dan adat istiadat. Hal tersebut turut mempengaruhi perkembangan suatu daerah dalam bidang kepariwisataan sehingga terciptalah sebuah alternatif tempat berwisata bagi masyarakat pada umumnya. Tentunya dengan menonjolkan potensi-potensi unggulan yang terdapat pada daerah tersebut diharapkan dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung dan akan memberikan keuntungan tersendiri bagi daerah tersebut.

Seiring berkembangnya bidang kepariwisataan di Indonesia, turut melatarbelakangi munculnya sebuah alternatif tempat berwisata baru yang tidak hanya sekedar menyajikan keindahan alam maupun permainan saja.Tetapi lebih kepada interaksi masyarakat dalam pengenalan kebudayaan sebagai peninggalan bersejarah dan potensi unggulan di daerah tersebut yang disebut dengan desa wisata.

Desa menurut UU No.5 tahun 1979 merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan mempunyai hak otonomi dalam ikatan Negara kesatuan Republik Indonesia. Perbedaan desa wisata dengan desa lainnya terdapat pada karakteristik khusus yang dapat dikembangkan dan layak untuk dijadikan tempat tujuan wisata seperti kerajinan, kesenian, hasil kekayaan alam laut maupun pegunungan, dan kuliner. Salah satunya seperti Desa Wisata Belanja di Kabupaten Lamongan.

Desa Wisata Belanja terletak di Desa Sendang Dhuwur Kabupaten Lamongan Jawa Timur dengan potensi unggulan berupa kerajinan batik tulis, kerajinan emas perak, dan kerajinan bordir. Mayoritas masyarakat Desa Sendang Dhuwur berprofesi sebagai pengrajin batik, emas, perak, dan bordir.


(19)

Menurut Ibu Sri sebagai salah satu pengrajin batik di Desa Sendang Dhuwur mengatakan bahwa kerajinan batik di desa tersebut diperkenalkan oleh istri seorang Sunan Sendang Raden Nur Rahmad bernama Dewi Tilarsih, sedangkan kerajinan emas perak diperkenalkan oleh Sunan Sendang Raden Nur Rahmad sejak abad ke XV. Sebagian besar pengrajin batik dan emas di Desa Sendang Dhuwur masih mempertahankan unsur tradisionalnya dalam setiap pengerjaan karya-karya kerajinannya.

Desa Sendang Dhuwur diresmikan sebagai Desa Wisata Belanja oleh Bupati Lamongan pada Desember 2011. Meskipun bersebelahan dengan Wisata Realigi Sunan Sendang, nama Desa Wisata Belanja kurang dikenal oleh masyarakat sekitar Kabupaten Lamongan. Hal ini terjadi dikarenakan lokasi Desa Sendang Dhuwur terletak di perbukitan jauh dari jalur utama yang menghubungkan Kabupaten Lamongan dan Tuban. Fenomena tersebut diperkuat oleh keadaan lingkungan dimana setiap perjalanan menuju lokasi Desa Wisata Belanja tidak ditemukan elemen-elemen visual berupa logo identitas dan signage sebagai media informasi penunjuk arah lokasi dan potensi yang terdapat pada desa tersebut.

Sign dalam Bahasa Indonesia berarti tanda, menurut Pierce dalam buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009:13) menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, oleh pierce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan.Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.

Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati menurut Zoes dalam buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009:12) dapat disebut tanda. Sementara menurut Saussure dalam buku semiotika komunikasi visual, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (penanda) dan signified (petanda) merupakan konsep atau makna apa yang direpresentasikan oleh aspek pertama yaitu penanda.


(20)

Sign system yaitu suatu simbol yang bertujuan sebagai media dalam melakukan interaksi manusia dalam ruang publik. Dalam pengertian lain, sign system dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur tentang keberadaan suatu tanda (sign). Keberadaan tanda menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam mencari informasi akan suatu lokasi. Sign system berguna untuk mengatur penciptaan suatu tanda (sign) yang berkaitan dengan bentuk, penempatan, penyampaian pesan atau suatu makna agar dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.

Setelah melakukan studi eksisting secara mendalam, ditemukan beberapa faktor pendukung antara lain tidak ada logo identitas wilayah dan minimnya jumlah sign system, serta unsur-unsur visual tidak dapat menginformasikan potensi di Desa Sendang. Oleh karena itu perlu dilakukan perancangan sebuah media visual berupa logo dan sign sytem sebagai salah satu penerapan grafis lingkungan yang berfungsi sebagai citra visual dan penunjuk lokasi menuju Desa Wisata Belanja di Desa Sendang Dhuwur, Kabupaten Lamongan dan sekaligus diangkat sebagai objek tugas akhir dengan judul Perancangan Grafis Lingkungan Desa Wisata Belanja Lamongan Jawa Timur. Sign system akan dirancang secara komunikatif agar audience tidak kesulitan dalam mencari informasi terkait dengan lokasi Desa Wisata Belanja di Desa Sendang Duwur, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1. Belum ada identitas visual seperti logo yang dapat memberikan citra visual serta dapat mengkomunikasikan ciri khas Desa Wisata Belanja, sehingga suasana sebagai desa wisata dengan potensi kerajinannya tidak nampak.

1.2.2. Keberadaan signage di desa tersebut masih kurang optimal sehingga kurang memberikan informasi bagi wisatawan yang ingin mengetahui lokasi yang akan dituju.

1.2.3. Belum ada sistem yang mengatur penempatan signage di jalur menuju lokasi DesaWisata Belanja di Desa Sendang Dhuwur.


(21)

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang grafis lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dari Desa Sendang Dhuwur sebagai Desa Wisata Belanja di Kabupaten Lamongan?

1.4. Batasan Masalah

Berbagai masalah dapat ditemukan di Desa Wisata Belanja berkaitan dengan masalah tentang grafis lingkungan yang kurang komunikatif. Banyak sekali media-media yang dapat digunakan dalam merancang grafis lingkungan. Namun ruang lingkup pengerjaan dibatasi pada perancangan logo identitas dan sign system yang informatif, komunikatif, serta penempatan yang lebih terorganisir dengan baik sehingga dapat merepresentasikan potensi pada Desa Wisata Belanja.

1.5. Tujuan

1.5.1. Membuat sebuah sign system yang memiliki manfaat untuk memberikan informasi kepada wisatawan.

1.5.2. Meciptakan sebuah sign system sebagai salah satu penerapan grafis lingkungan yang dapat merepresentasikan potensi Desa Wisata Belanja.

1.5.3. Memberikan tuntunan arah perjalanan menuju lokasi Desa Wisata Belanja. 1.5.4. Memberikan informasi secara efektif dan komunikatif tentang lokasi dan


(22)

1.6. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dari Tugas Akhir Perancangan sebagai berikut: 1.6.1. Manfaat Akademis

Secara akademis diharapkan berguna untuk pedoman ilmu pengetahuan tentang perancangan sign system dilingkungan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya Program Studi Desain Komunikasi Visual.

1.6.2. Manfaat Praktis

Secara praktis dapat memberikan masukan solusi pemecahan masalah bagi Disperindag Kab.Lamongan dalam proses pembangunan Desa Wisata Belanja, khususnya dalam perancangan sign system dan manfaat bagi penyusun adalah menambah pengetahuan, pengalaman, serta wawasan tentang perancangan sebuah sign sytem sebagain penerapan grafis lingkungan.


(23)

1.7. Skema Perancangan


(24)

BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1. Profil Desa Wisata Belanja Lamongan, Jawa Timur 2.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Nama Lamongan berasal dari nama seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dulu, ada seorang pemuda bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia disebut Ranggahadi.Ranggahadi kemudian bernama Mbah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini. Karena Ranggahadi pandai Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan mahir menyebarkan ajaran agama Islamserta dicintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal kata Mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut Lamongan.

Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen merupakan seorang tokoh ulama yang menobatkan Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

2.1.2. Lokasi dan Karakteristik Desa Wisata Belanja Lamongan, Jawa Timur

Gambar. 2.1. Peta Indonesia


(25)

Gambar. 2.2. Peta Jawa Timur

Sumber: www.google.co.id, diakses tanggal 07 Januari 2014

Gambar. 2.3. Peta Kabupaten Lamongan

Sumber: www.google.co.id, diakses tanggal 07 Januari 2014

Desa Wisata Belanja terletak di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia. Desa Sendang Dhuwur berada di wilayah Kecamatan Paciran berbatasan dengan Laut Jawa di Utara, Kecamatan Solokuro di selatan, Kecamatan Brondong di barat, dan Kecamatan Panceng di sebelah timur. Secara geografis Desa Sendang Dhuwur terletak di atas bukit kaapur utara kendeng, serta berbatasan langsung dengan laut jawa. Keadaan di lingkungan sekitar wilayah desa sendang


(26)

berbentuk jalan sempit yang menghubungkan sisi-sisi lain di desa tersebut. Warga di Desa Sendang Dhuwur tetap mempertahankan kebudayaan adat istiadat peninggalan leluhur masyarakat di Desa Sendang Dhuwur, ini terbukti dengan berdirinya rumah-rumah warga yang tetap mempertahankan elemen-elemen arsitektur zaman dahulu seperti arsitektur berbentuk joglo.

Gambar. 2.4. Gaya Arsitektur Joglo

Selain bentuk arsitektur berupa joglo pada atap rumah, terdapat sebuah peninggalan bersejarah berupa komplek makan Sunan Sendang Nur Rahmat dan masjid peninggalan Sunan Sendang berfungsi sebagai objek lokasi wisata realigi di Desa Sendang Dhuwur. Tiap sudut pada komplek makam Sunan Sendang sarat akan makna, cerita keagungan seorang Sunan Sendang pada masa lalu. Perpaduan gaya arsitektur hindu dan islam berkolaborasi dengan baik pada bangunan masjid peninggalan Sunan Sendang.


(27)

Gambar. 2.5. Masjid Sunan Sendang

Selain gaya arsitektur yang unik, Desa Sendang Dhuwur menyuguhkan panorama pemandangan berupa bukitan kapur serta pesona alam asri disetiap perjalanan menuju lokasi Desa Wisata Belanja di desa tersebut.. Keunikan lain pada Desa Sendang Dhuwur adalah sebagian besar warga di desa tersebut berprofesi sebagai pengrajin batik tulis.

Gambar. 2.6. Bukit Kapur

Desa Sendang Dhuwur merupakan sentra kerajinan di Kabupaten lamongan dikarenakan mayoritas masyarakat di Desa Sendang Dhuwur berprofesi sebagai pengrajin diantaranya yaitu pengrajin batik tulis, pengrajin emas perak, dan pengrajin bordir. Sebagai warisan budaya peninggalan nenek moyang sejak abad


(28)

ke-XV hingga saat ini masih terjaga keasliannya oleh masyarakat Desa Sendang Dhuwur dengan mempertahankan teknik pembuatan kerajinan secara tradisional. Menurut penuturan Bahrur Rochim Kepala Desa di Desa Sendang Dhuwur, sejarah munculnya kerajinan di Desa Sendang Dhuwur bermula dari kedatangan seorang Sunan bernama Raden Nur Rahmad yang lebih dikenal dengan nama Sunan Sendang beserta istri bernama Dewi tilarsih pada abad ke XV, melalui beliau masyarakat Desa Sendang Dhuwur mulai belajar ilmu pengetahuan tentang kerajinan.

Hasil produksi dari kerajinan di desa tersebut dijual disekitar Kabupaten Lamongan hingga mancanegara seperti Belanda, dan Singapur.Pembeli pada umumnya berasal dari sebuah lembaga pemerintahan, sekolah dan masyarakat sekitarnya.Selain kerajinan Desa Sendang Dhuwur memiliki beberapa situs peninggalan bersejarah lainnya seperti makan Sunan Sendang yang terdiri dari makam dan masjid peninggalan Sunan Sendang.Karena potensi itulah Desa Sendang Dhuwur diresmikan sebagai Desa Wisata Belanja di Kabupaten Lamongan.

Sebagai salah satu desa penunjang perkembangan perekonomian Kabupaten Lamongan, dalam perkembangannya Desa Wisata Belanja memiliki beberapa hambatan diantaranya dikarenakan lokasi Desa Wisata Belanja jauh dari akses utama yang menghubungkan Kabupaten Lamongan dan Tuban mengakibatkan desa wisata tersebut kurang dikenal oleh masyarakat Kabupaten Lamongan dan sekitarnya. Hal ini diperkuat oleh kurangnya media informasi berupa penunjuk arah atau signage di Desa Sendang Dhuwur maupun jalur menuju desa tersebut.

2.1.3. Kondisi Sign System Desa Wisata Belanja

Letak Desa Sendang Dhuwur yang berada jauh dari akses utama jalan raya Paciran membuat banyak masyarakat yang tidak tahu lokasi desa tersebut. Berikut beberapa insfrastruktur seperti sign system dibangun oleh pemerintah Kabupaten Lamongan setelah diresmikannya desa tersebut menjadi Desa Wisata Belanja di Desa Sendang Dhuwur Lamongan:


(29)

a. Signage Pintu Masuk dan Petunjuk Arah

Gambar. 2.7. Kondisi billboard sebagai media signage.

b. Papan Nama

Gambar. 2.8. Kondisi papan salah satu tempat pengrajin.

Beberapa signage dibangun tanpa memperhatikan aturan-aturan mengatur tentang tata cara pembuatan dan penempatan suatu signage yang baik dan benar. Beberapa lokasi menuju kawasan Desa Wisata Belanja juga tidak diberi sign penunjuk arah lokasi Desa Wisata Belanja di Desa Sendang Dhuwur.


(30)

c. Jalur Menuju Desa Wisata Belanja Sendang

Gambar. 2.9. Jalur menuju lokasi Desa Wisata Belanja.

2.2. Landmark

Sebuah citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya (Zahnd, 1999: 156). Lynch dalam buku The Image of the City menjelaskan bahwa dalam membuaty suatu citra pada kota memerlukan beberapa elemen pendukung yaitu path, edge, district, node, dan landmark. Landmark merupakan elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengenali suatu daerah, elemen eksternal yang merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota misalnya gunung, bukit, gedung tinggi, menara, tanah tinggi, tempat ibadah, pohon tinggi dan lain-lain (Lynch, 1982: 6-8).


(31)

2.3. Grafis Lingkungan

Grafis lingkungan atau dengan istilah lain yaitu Environmental Graphic Design (EGD) adalah Segala bentuk grafis yang ada di lingkungan mencakup signage, wayfinding system, information design, pictogram, ornamen grafis pada sebuah bangun serta tulisan pada objek dua dimensi atau tiga dimensi (Concept, 2008:12). Kesemua itu berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau wisatawan atau pengunjung lainnya sehingga mereka mendapatkan kemudahan dalam menemukan suatu lokasi tujuan. Grafis lingkungan berkembang pertama kali pada zaman romawi ketika seorang desainer menggunakan sebuah bangunan sebagai media untuk memberikan informasi terkait identitas tempat atau pembuat bangunan tersebut dengan cara mengukir huruf pada bangunan.

Pada tahun 1950 dan 1960-an merupakan zaman dimana biro-biro desain mulai bermunculan dan berkembang. Sebagian besar biro desain pada masa itu mengerjakan sebuah projek visual identity, packaging, signage, company profile, dan buku. Sekitar tahun 1947-1984, grafis lingkungan semakin berkembang dan identik dengan pengerjaan sebuah architectural signing untuk transportasi, corporate dan sarana pendidikan. Tahun 1984 merupakan tahun dimana sign system dan wayfinding semakin populer dengan ruang lingkup yang semakin luas. Tahun 1985-1995, grafis lingkungan mulai merambah ke tempat perbelanjaan, museum, dan tempat exhibition

2.4. Sign System

Sign system merupakan salah satu penerapan dari grafis lingkungan, berfungsi untuk menunjukan, mengidentifikasi, mengarahkan dan menginformasikan sehingga dapat memandu masyarakat untuk menemukan suatu lokasi, berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sign dalam bahasa indonesia berarti tanda, Pierce dalam buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009:13), menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, oleh pierce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Selanjutnya dikatakan, tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.


(32)

Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati menurut Zoes dalam buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009:12) dapat disebut tanda. Sementara menurut Saussure dalam buku semiotika komunikasi visual, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (penanda) dan signified (petanda) merupakan konsep atau makna apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama yaitu penanda. Terdapat 4 bagian dari sign system antara lain (Galuh, 2013:16):

a. Traffic Sign

Yaitu sign system yang berada di jalan yang berguna untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan seperti penunjuk arah, peringatan, dan larangan.

Gambar. 2.10. Traffic sign Sumber: depositphotos.com


(33)

b. Commercial Sign

Yaitu sign system yang berfungsi komersil.

Gambar. 2.11. Commercial sign Sumber: abudgetsign.com

c. Wayfinding Sign

Yaitu sign system yang bersifat mengarahkan dan menjadi penunjuk jalan.

Gambar. 2.12. Wayfinding Sumber : cityofmandison.com


(34)

d. Safety Sign

Yaitu sign system yang berfungsi untuk menginformasikan pesan yang bersifat peringatan, larangan maupun himbauan guna mengingatkan pengguna mengenai suatu sistem keamanan.

Gambar. 2.13. Safety Sign Sumber: www.alatk3.com

Menurut Sihombing (2001:22), desain juga harus melewati tahapan-tahapan tertentu untuk mencapai proses kreatif tersebut. Pembuatan Sign yang baik harus memenuhi empat kriteria berikut:

a. Mudah Dilihat

Penempatan sign system harus diperhitungkan secara tepat sehingga mudah dilihat oleh orang lain.

b. Mudah Dibaca

Bentuk huruf yang akan digunakan dalam sign system juga harus dipikirkan, sebisa mungkin huruf yang akan digunakan mudah dibaca oleh orang lain sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain.


(35)

c. Mudah Dimengerti

Bentuk penulisan pada sign system harus mudah untuk dipahami. Oleh semua kalangan dari semua usia. Bentuk tulisan juga sebisa mungkin singkat dan padat.

d. Dapat Dipercaya

Selain memperhitungkan penempatan, bentuk penulisan, bentuk huruf, isi pesan yang ada padasign system harus terbukti kebenarannya dan dapat dipercaya. Sehingga mempermudah orang lain dalam mencari informasi suatu lokasi yang dituju.

2.4.1. Klasifikasi Sign System

Graphic Sign Association (Widyasari, 2011:20) berdasarkan peletakannya dan tingkat kekhususan informasinya, sign system diklasifikasikan atas 4 kategori: a. Temporary atau Urgent Need Sign

Signage yang terletak di lingkungan paling luar sangat penting keberadaannya guna mengatur arus kendaraan dan pejalan kaki seperti wayfinding sign, welcome sign dan security sign.

Gambar. 2.14. Wayfinding Sign Sumber: www.coroflot.com


(36)

b. Exterior Approach Sign

Sign yang terletak di lingkungan luar berfungsi sebagai identifikasi gedung guna mengarahkan manusia baik pejalan kaki maupun pengendara menuju ke pintu gerbang masuk yang bersangkutan. Sign tersebut seperti building dan entry identification sign.

Gambar. 2.15. Main Gate

c. Main Lobby Sign

Sign yang terletak di daerah penghubung atau tempat awal percabangan menuju ke tempat lain. Sign tersebut seperti direction sign.

Gambar. 2.16. Direction Sign Sumber: katalogkota.com


(37)

d. Upper Floor Sign

Sign jenis ini pada umumnya terletak di lobi dan mengacu ke tempat lain dalam lingkup suatu unit atau departemen secara spesifik. Sign tersebut meliputi corridor directional, identification sign dan tenant.

Gambar. 2.17. Identification Sign Sumber: terasolo.com

2.4.2. Aspek-aspek Pembuatan Sign System

Ada beberapa aspek yang harus diperbaiki dalam pembuatan sign system yaitu (Widyasari, 2011:19):

a. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui kegiatan utama institusi tersebut.

b. Mengidentifikasi fasilitas yang akan direpersentasikan. Sign harus dapat mengidentifikasikan fasilitas yang ada di institusi tersebut.

c. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat dan mudah di akses oleh semua orang.

d. Penerapan sign system. Selain desain, kita juga harus memperhatikan material dalam pembuatan sign. Sekarang ini, desain menarik dan informasi yang benar tidaklah cukup.

Menurut Follis dan Hemmer dalam buku Architectural Signing and Graphic (1988:18) menjelaskan bahwa mendesain sign system tidak bisa hanya dengan mengandalkan sisi estetiknya saja, tetapi masih banyak faktor lain yang harus diperhatikan agar sign system dapat berfungsi dengan baik meskipun sisi estetik tetap menjadi poin penting dalam pembuatan sign system. Faktor tersebut


(38)

ialah manusia, sebab manusia merupakan pengguna dari sign system. Berikut beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan sign system:

a. Pandangan mata manusia

Penelitian mengindikasikan bahwa sudut pandang manusia normal berbentuk kerucut dengan sudut 60°. Sehingga area yang berada diluar sudut tersebut relatif akan berkurang secara detail. Walaupun kelemahan ini diatasi dengan menggerakkan kepala, tetapi tetap akan membutuhkan usaha lebih untuk dapat menangkap detail yang hilang tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah sign system digantungkan dari atas langit-langit sehingga sudut antara mata pengguna dengan horizontal lebih dari 30°, besar kemungkinan akan terlewatkan. Secara alami, pengguna tidak terbiasa menggerakkan kepala ke atas untuk melihat tanda, atau sesuatu yang berada diluar jangkauan yang dapat terlihat.

b. Ketajaman penglihatan

Ketajaman pandangan manusia berbeda-beda, sehingga akan diperlukan ukuran dan jarak yang relatif mudah dijangkau penglihatan manusia.

c. Kecepatan baca

Kecepatan manusia dalam membaca dipengaruhi pula oleh umur, kecerdasan, dan pendidikan. Rata-rata kecepatan baca manusia adalah 250 kata per menit. Sehingga sign system jalan raya yang butuh kecepatan baca tinggi, tidak memuat banyak informasi. Dibatasi hingga maksimal enam informasi.

d. Legabilitas

Studi mengenai jarak mengindikasi bahwa dengan penerangan normal siang hari, seorang yang berdiri diam dengan penglihatan normal 20/20 dapat membaca huruf setinggi 25 mm dengan diagram Snellen standar pada jarak 15 meter. Meski demikian, idealisme laboratorium semacam ini perlu dimodifikasi ulang untuk legabilitas desain sign system.

e. Ketinggian pandangan mata

Ketinggian rata-rata dari pandangan mata manusia adalah sekitar 1,7 meter, pada saat duduk menjadi 1,3 meter, dan pada saat mengendarai kendaraan adalah 1,4 meter. Ketinggian ini harus tetap sesuai dengan kondisi dilokasi.


(39)

f. Tinggi huruf

Menentukan tinggi huruf yang dipakai di sign system memerlukan faktor tambahan yang mayoritas ditentukan oleh kecepatan gerak pembaca atau waktu yang diperlukan untuk mengenali bentuk huruf.

g. Kebutuhan khusus

Kebutuhan khusus untuk manula dan penyandang cacat juga perlu diperhatikan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, tinggi huruf 25 mm untuk jarak pandang sejauh 7,5 meter, berdasar pada huruf kapital Helvetica, adalah panduan yang lebih praktikal untuk sign pejalan kaki dibanding dengan diagram Snellen.

2.4.3. Ikon, Simbol, dan Indeks

Menurut Charles Sander Pierce dalam buku Semiotika Komunikasi Visual (Tinarbuko, 2009:14), tanda-tanda dalam gambar dibagi menjadi 3 golongan yaitu: ikon, indeks, dan simbol.

a. Ikon

Ikon berasal dari bahasa Yunani “eikon” yang berarti gambar.Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki cirri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan. Bisa berupa bangunan, foto, lukisan, atau ilustrasi. Contoh: foto soekarno.

Gambar. 2.18. Foto Bapak Proklamator Soekarno Sumber: fototokoh.com


(40)

b. Indeks

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya ialah tanda tangan adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan tersebut.

Gambar. 2.19. Tanda Tangan Presiden Soekarno Sumber: www.kaskus.co.id

c. Simbol

Simbol berasal dari bahasa Yunani “simbolon” yang berarti tanda. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Conto: Garuda simbol Negara Indonesia.

Gambar. 2.20. Garuda Sumber: independen.com


(41)

2.5. Teori Desain Komunikasi Visual

Menurut Widagdo dalam buku Semiotika Komunikasi Visual (Tinarbuko, 2009:23), desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas, dilandasi pengetahuan, bersifat rasional dan pragmatis. Berbeda dengan Sumbo Tinarbuko dalam buku Semiotika Komunikasi Visual (2009:24) menyatakan bahwa desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, layout, dan komposisi. Berikut penerapan dari teori desain komunikasi visual:

2.5.1. Ilustrasi

Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu tujuan yang disampaikan secara visual. Menurut Vinsensius Sitepu (2007:44) ilustrasi mampu memberikan sentuhan yang unik dan jelas terhadap penyampaian sebuah informasi. Ilustrasi yang baik adalah ilustrasi yang benar-benar mewakili substansi tulisan. Keefektifan sebuah ilustrasi dalam penyampaian suatu pesan kepada pembaca harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai daya tarik b. Jelas

c. Sederhana

d. Mudah Dimengerti

e. Representatif (mewakili pesan yang terkandung dalam ilustrasi)

Menurut Kusmiarti (1994:45) berdasarkan sifatnya ilustrasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Ilustrasi Gambar Tangan (Hand Drawing)

Ilustrasi gambar tangan dibuat secara keseluruhan menggunakan tangan, dengan memberikan ekspresi dan karakter tertentu untuk mendukung media komunikasi grafis (Pujiriyanto, 2005:42). Biasanya menggunakan kuas, pensil,


(42)

pena, krayon, spidol, arang (dikenal dengan pensil konte), air brush dan alat-alat yang dipakai menggambar lainnya. Termasuk didalamnya yaitu ilustrasi digital.

Gambar. 2.21. Ilustrasi Digital

2. Ilustrasi Fotografi

Teknik membuat gambar ilustrasi berupa foto dengan bantuan kamera baik itu manual maupun digital. Obyek fotografi menjadi lebih realistis, ekslusif dan persuasif (Pujiriyanto, 2005:42). Menurut Suyanto (2004:89) ilustrasi fotografi memiliki beberapa kegunaan yaitu menggambarkan perbandingan menunjukkan berita, mengabadikan sesuatu, mencritakan suasana hati, menggambarkan sesuatu yang membangkitkan rasa kemanusiaan.

Adapun keunggulan menggunakan ilustrasi fotografi yaitu: gambar yang dihasilkan nyata/realistis, waktu pembuatannya relatif singkat dan dapat dibuat secara spontan, teknik fotografi dapat dibuat berwarna ataupun hitam putih. Lebih lanjut keunggulan menggunakan ilustrasi fotografi sebagai berikut:

a. Gambar yang dihasilkan nyata/realistis.

b. Waktu pembuatannya relatif singkat dan dapat secara spontan c. Teknik fotografi dapat dibuat bewarna ataupun hitam putih.


(43)

Gambar. 2.22. Ilustrasi Fotografi Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Ilustrasi Teknik Gabungan

Ilustrasi teknik gabungan adalah ilustrasi dalam bentuk komunikasi dengan struktur visual atau rupa yang terwujud dari perpaduan antara teknik fotografi dengan teknik digital komputer (Pujiriyanto, 2005:41). Teknik ini memiliki kelebihan yaitu dengan aplikasi komputer menggunakan fotografi dan digital dapat lebih disempurnakan.

Gambar. 2.23. Ilistrasi Teknik Gabungan Sumber : Dokumen Pribadi


(44)

Ilustrasi terkait perancangan grafis lingkungan Desa Wisata Belanja terletak pada pembuatan logo sebagai landmark desa wisata tersebut, serta elemen visual lain yang digunakan dalam pembuatan sign system tersebut seperti elemen visual berupa pattern.

2.5.2. Tipografi

Menurut Surianto Rustan (2010:16) kini tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Tipografi memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan sebuah karya desain yang efektif. Hal ini dikarenakan tipografi merupakan unsur pendukung sebuah visual agar dapat dikomunikasikan dengan tepat. Huruf sangat berperan aktif dalam setiap kehidupan manusia. Selain gambar, Huruf memudahkan seseorang berkomunikasi secara visual dengan orang lain. Dalam merancang sebuah tipografi, seorang desainer harus memahami dasar-dasar dari huruf diantaranya sebagai berikut: 1. Anatomi Huruf

Langkah awal mempelajari tipografi adalah dengan mengenali anatomi huruf. Selayaknya tubuh manusia, huruf juga mempunyai anggota tubuh yaitu: Capline, Ascender, Meanline, x-Height, Baseline, dan Descender.

Gambar. 2.24. Anatomi huruf

Capline : Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf besar.

Ascender : Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada diantara meanline dan capline.

Meanline : Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf kecil.


(45)

x-Height : Jarak ketinggian dari baseline sampai ke meanline atau dapat diartikan sebagai tinggi dari badan huruf kecil.

Baseline : Sebuah garis maya horisontal yang menjadi batas dari bagian terbawah dari setiap huruf besar.

Descender : Bagian dari huruf kecil yang posisinya tepat berada dibawah baseline.

2. Klasifikasi Umum

Banyak sekali jenis-jenis huruf yang sering dijumpai. Beberapa font memliki bentuk yang unik dan rumit, sementara banyak sekali huruf-huruf lain yang sekilas nampak sama atau mirip. Berdasarkan bentuknya, huruf dibagi menjadi 2 jenis yaitu serif dan sans serif. Lalu seiring berkembangnya zaman muncul jenis huruf baru yaitu script dan dekoratif. Suryanto Rustan dalam bukunya yang berjudul Font Tipografi (2010: 48) menjabarkan klasifikasi typefont sebagai berikut:

a. Serif

Serif adalah jenis huruf yang memiliki semacam tambahan khusus yang berbentuk “kait” (stem) berada tepat mendekati ujung kaki huruf baik yang berada di bagian atas maupun bawah yang berguna untuk mempermudah membaca suatu tulisan.

b. Sans Serif

Berbeda dengan huruf serif, huruf sans serif tidak memiliki tambahan khusus berbentuk “kait” pada ujung kaki-kakinya.

c. Script dan Dekoratif

Huruf script bentuknya didesain menyerupai tulisan tangan yang saling menyambung, dan ada juga yang menyerupai goresan kuas atau pena kaligrafi. Sedangkan huruf jenis dekoratif adalah huruf yang didesain bergaya bebas memadukan antara seni tipografi dengan seni dekoratif.

Selanjutnya dikatakan bahwa yang harus diperhatikan dalam merancang suatu rancangan yang berhubungan dengan sistem tipografi yaitu legibility dan readabelity. Pada kajian literatur lain berjudul Tipografi Dalam Desain Komunikasi Visual karya penulis Priscilia Yunita Wijaya (1999:53) bahwa terdapat 2


(46)

prinsip pokok lain yang mempengaruhi keberhasilan desain tipografi yaitu visibility

dan clarity.

a. Legibility

Legibility berhubungan dengan kemudahan mengenali dan membedakan masing huruf. Sebuah teks bisa dikatakan legibility apabila masing-masing huruf atau karakternya mudah dikenali.

b. Readability

Readability berhubungan dengan keseluruhan teks yang disusuan kedalam suatu komposisi. Suatu teks bisa dikatakan readabelity apabila keseluruhan isi teks mudah dibaca oleh si pembaca. Teks yang legibility belum tentu readability dan teks yang readabelity tentu legibility.

c. Visibility

Visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca tertentu.

d. Clarity

Clarity adalah kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju.

Dalam buku Tipografi Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti (Maharsi, 2013:100) dijelaskan bahwa suatu huruf dapat dikembang atau eksplorasi huruf dengan me’lokal’kan huruf latin lebih dikatakan sebagai iluminasi atau menghias, membuat lebih menarik seperti layaknya ilustrasi yang membuat halaman kertas kosong menjadi berisi dan lebih indah karena gambar. Teknik iluminasi dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:


(47)

d. Iluminasi Huruf

Iluminasi dalam konteks huruf berarti membuat badan huruf yang semula kosong putih atau hitam menjadi lebih indah dengan hiasan ilustrasi atau gambar di dalam badan huruf tersebut.

ASMAT

Gambar. 2.25. Font Asmat

Sumber: Tipografi Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti, (2013:103)

e. Iluminasi Deformasi Huruf

Iluminasi dalam konteks ini lebih kepada menghias huruf dengan cara mengubah huruf tersebut secara sengaja namun tetap pada koridor estetis dan core huruf yang baku.

Gambar. 2.26. Font Batik Garuda

Sumber: Tipografi Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti, (2013:103)

Tipografi dalam perancangan ini lebih dititikberatkan pada pembuatan logo landmark serta sebagai media menyampaikan pesan melalui sign system agar dapat dimengerti dengan baik informasi yang terdapat pada signage tersebut. Tipografi dalam proses perancangannya disesuaikan dengan karakteristik yang ada di Desa Wisata Belanja Kabupaten Lamongan tersebut.


(48)

2.5.3. Warna

Warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan (Sanyoto, 2010:9). Menurut Pujiriyanto (2005:43) Warna adalah suatu hal yang penting dalam menentukan respons dari orang, warna adalah hal pertama yang dilihat oleh seseorang,setiap warna akan memberikan kesan dan identitas tertentu,walaupun hal ini tergantung dari latar belakang pengamatnya, sedangkan menurut Nugroho (2008:7) warna merupakan lingkaran yang dibuat dengan menghubungkan ujung merah dan ujung ungu dari sprektrum warna. Berikut gambar susunan warna-warna dalam lingkaran warna:

Gambar. 2.27. Lingkaran Warna Sumber: Pengenalan Teori Warna

Sanyoto (2010:17) mengklasifikasikan warna berdasarkan kejadiannya sebagai berikut:

a. Additive adalah warna-warna yang berasal dari cahaya yang disebut spektrum. Warna pokok additive ialah red, green, blue, dalam komputer disebut warna model RGB.

b. Subtractive adalah warna yang berasal dari pigmen. Warna pokok subtractive menurut teori adalah sian (cyan) magenta dan kuning (yellow), dalam komputer disebut warna model CMY

Keterangan:

1.

Primary (warna primer)

2.

Secondary

(warna


(49)

Gambar. 2.28. Kedudukan Warna

Sumber: Nirmana Dasar-Dasar Seni Rupa dan Desain

Menurut Pujiriyanto (2005:47-48) Umumnya warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Marioka Adams dan Terry Stone menyatakan dalam Color Design Workbook (2006:34) bahwa teori warna adalah seperangkat prinsip yang dapat digunakan untuk membuat kombinasi warna yang harmonis. Ide-ide ini direpresentasikan dalam berbagai diagram - roda warna, segitiga, dan grafik yang membantu desainer memahami interaksi warna, memilih dan menggabungkan warna, dan membuatnya dengan baik dan efektif. Berikut psikologi warna yang sesuai dengan jenis warna menurut Marioka Adams dan Terry Stone (2006:27):


(50)

1. Warna Primer


(51)

2. Warna Sekunder


(52)

(53)

3. Warna Netral


(54)

2.5.4. Layout

Menurut Surianto Rustan (2009:16) layout merupakan tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang dibawanya. Selanjutnya dikatakan bahwa layout memiliki banyak elemen yang mempunyai peran yang berbeda-beda dalam membangun keseluruhan layout. Menurut Surianto Rustan elemen layout terbagi menjadi 3 antara lain yaitu (2009:27):

a. Elemen Teks

Elemen teks merupakan suatu elemen berbentuk teks atau tulisan yang terdapat pada suatu layout berfungsi untuk menyampaikan informasi dengan lengkap dan tepat, serta mengatur tingkat kenyamanan dalam membaca dan mencari informasi yang dibutuhkan.

b. Elemen Visual

Yang termasuk dalam kelompok elemen visual ialah semua elemen bukan teks yang terdapat dalam suatu layout seperti foto, ilustrasi, infographic, garis, bentuk geometris, point/bullets.\


(55)

c. Invisible Elemen

Elemen-elemen yang tergolong sebagai invisible elemen ini merupakan fondasi atau kerang yang berfungsi sebagai acuan penempatan semua elemen layout lainnya seperti margin dan grid.

Layout memiliki prinsip yang merupakan formula dalam menyusun sebuah layout yang baik. Prinsip-prinsip layout antara lain sebagai berikut (Rustan, 2009:74):

a. Urutan (Sequence)

Sequence adalah urutan perhatian. Urutan dapat membantu pembaca untuk menerima informasi yang terkandung dalam suatu layout secara berurutan. Prinsip ini dapat membuat pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai dengan apa yang disampaikan.

b. Penekanan (Emphasis)

Emphasis adalah memberikan penekanan tertentu pada layout. Prinsip penekanan dapat dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca, sehingga pembaca dapat melihat dan membaca bagian desain yang dimaksud. Penekanan berfungsi sebagai alat bantu mengatur ukuran. Penekanan dapat diciptakan dengan berbagai cara:

1. Materi ukuran yang jauh lebih besar dibanding elemen-elemen lainnya pada halaman tersebut

2. Warna yang kontras/berbeda dengan latar belakang dan elemen lainnya 3. Peletakan di posisi strategis atau yang menarik perhatian

4. Menggunakan bentuk yang berbeda dengan elemen lainnya

c. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan elemen-elemen dalam suatu halaman memiliki efek seimbang. Keseimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau tidak simetris.


(56)

d. Kesatuan (Unity)

Unity menciptakan kesatuan secara keseluruhan pada layout. Kesatuan adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semua berdiri sendiri serta mewakili ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memiliki fungsi baru yang utuh.

2.6. Studi Ergonomi

2.6.1. Ketinggian Sign System

Banyak kota yang telah menetapkan batas ketinggian untuk signage adalah max 7 kaki atau sekitar 2m. Pada kenyataannya, banyak tanda-tanda yang dirancang dan dibangun lebih tinggi dari batas yang telah ditetapkan. Faktor tersebut bisa berpengaruh pada tingkat keterbacaan dalam ketinggian dan area tampilan (Widyasari, 2011:44). Berikut adalah gambar standart ketinggian sign system.

Gambar. 2.29. Wayfinding Signage Family. Sumber: provomayor.com


(57)

2.6.2. Standardisasi Sign System

Standart ukuran simbol dan tinggi huruf yang dipengaruhi oleh jarak pandang bisa dilihat pada tabel berikut (Aristantie, 2011:27):

Tabel. 2.4. Standart penentuan simbol

Jarak Pandang (m) Ukuran Simbol (mm)

Dibawah 7 7 – 18 Diatas 18

60 x 60 100 x 100 200 x 200-450 x 450

Sumber: Public Work Department, 1995 Keterangan:

Merancang sign system harus memperhatikan beberapa faktor terutama jarak pandang yang dapat mempengaruhi tingkat keterbacaan signage tersebut. Menurut tabel diatas di sebutkan bahwa dalam jarak kurang dari 7 meter ukuran terkecil suatu simbol pada signage yang dapat digunakan ialah 60 x 60 mm, jika ukuran simbol diperkecil kurang dari ukuran tersebut maka kemungkinan simbol tidak dapat dikenali oleh audience. Sedangkan pada jarak pandang diatas 18 meter, maka ketentuan simbol yang digunakan ialah 200-450 mm dan jika kurang dari ukuran tersebut simbol tidak dapat dikenali oleh audience.

Selain ukuran simbol, beberapa aspek lain yang harus diperhatikan dalam merancang sign system ialah ukuran huruf sebagai salah satu elemen penting dalam sign system. Griffin menjelaskan dalam bukunya Building Type Basic for Transit facilities (2004:237) ilmu dalam menempatkan suatu sign system harus memperhatikan beberapa aspek yang ada, yaitu jarak Keterbacaan Manusia, Tinggi typeface, dan Kontras dan Warna. Tinggi typeface atau huruf juga berpengaruh pada jauh dekatnya pengguna sign system dalam membaca tanda, berikut ini adalah tabel hubungan tinggi huruf dengan jarak pandang


(58)

Tabel. 2.5. Standart penentuan tinggi huruf. Jarak sign dengan

mata manusia (m)

Tinggi Huruf Minimum untuk Mata Normal

(mm)

Tinggi Huruf Minimum untuk Mata bermasalah

(mm) 3,1 m 4,65 m 6,2 m 7,6 m 9,3 m 10,85 m 12,4 m 13,95 m 15,2 m 16,75 m 18,3 m 19,85 m 21,4 m 22,9 m 24,5 m 26,05 m 27,6 m 29,1 m 30,5 m 10 mm 12,5 mm 16 mm 16 mm 18,75 mm 18,75 mm 23 m 23 m 25 mm 25 mm 28 mm 31 mm 35 mm 38 mm 38 mm 41 mm 44 mm 47 mm 51 mm 16 mm 18,75 mm 23 mm 25 mm 28 mm 35 mm 42 mm 47 mm 50 mm 53 mm 60 mm 67 mm 72 mm 76 mm 79 mm 86 mm 92 mm 98 mm 102 mm Sumber: Public Tanspostation, 2004.

Keterangan:

Menurut tabel diatas dijelaskan bahwa ukuran minimum huruf pada jarak minimum 3,1 meter ialah 10 mm bagi mata normal dan 16 mm bagi mata bermasalah. Pada jarak 15,2 meter, huruf yang digunakan ialah 25 mm bagi mata normal dan 50 mm bagi mata bermasalah. Pada jarak maximum yaitu 30,5 meter, huruf yang digunakan ialah 51 mm bagi mata normal dan 102 mm bagi mata bermasalah. Jika ukuran huruf lebih kecil dari ukuran tersebut, maka kemungkinan huruf tersebut tidak dapat dikenali dengan baik.


(59)

2.6.3. Bahan atau Material

Apek lain tidak kalah penting yang dapat mempengaruhi kesempurnaan dalam hasil akhir perancangan sign system ialah menentukan penggunaan material atau bahan pada sign system. Bahan material akan berpengaruh pada daya tahan suatu signage terhadap iklim dan keadaan lingkungan sekitar. Berikut penjelasan tentang bahan material yang dapat digunakan (Galuh, 2013:12)

a. Batu

Batu adalah material pertama yang sering digunakan sejak zaman dahulu. Sign system pada bahan jenis ini menggunakan teknik ukir atau susun. Bahan jenis ini sering digunakan karena bahan batu lebih awet jika dibandingkan dengan bahan yang lainnya.

b. Besi

Besi adalah logam yang paling banyak dan beragam penggunaannya. Karena dalam pengolahannya bahan besi terbilang mudah dan murah dan sifat dari bahan besi itu sendiri sangat menguntungkan dan mudah dimodifikasi. Besi juga mempunyai kelemahan yaitu mudah mengalami korosi. Korosi bisa disebut perkaratan yang bisa terjadi dikarenakan faktor lingkungan dan cuaca. Korosi akan mengurangi umur pakai berbagai jenis barang atau bangunan yang menggunakan bahan besi. Untuk mencegah korosi bisa dilakukan pengecatan, pelumuran dengan oli, Tin Plating (pelapisan dengan timah), dan Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).

c. Kayu

Kayu termasuk material favorit untuk pembuatan sign system. Selain permukaannya yang bertekstur, kayu tidak memerlukan teknologi tinggi untuk pengerjaannya. Kayu juga dapat digunakan sebagai bahan dari sign structures yang mampu menopang dengan kuat meskipun bobot material kayu cukup ringan.


(60)

d. Akrilik

Bahan akrilik adalah bahan sejenis plastik yang bentuknya menyerupai kaca dan tahan terhadap sinar matahari sehingga cocok jika digunakan untuk pembuatan sign sytem luar ruang. Bahan jenis ini tidak mudah pecah dan mudah untuk dimodifikasi dengan cara dipotong, dikikir, dibor, dicat dan dibentuk dengan suhu tinggi.

e. Cat

Pengecatan adalah proses akhir pelapisan suatu bahan dasar dengan warna yang berfungsi sebagai penarik perhatian, mempercantik, serta sebagai pelindung terhadap pengaruh cuaca, gesekan, dan jamur.

f. Vinyl

Teks pada sign aluminium dapat memakai jenis huru berbahan enamel dan vinyl yang dibubuhkan dengan menggunakan teknik cetak panas. Huruf pada sign sebaiknya tidak meggunakan bahan scottlight karena menyilaukan disiang hari karena sign menjadi tidak terbaca. Penggunaan cat putih pada teks cukup efektif untuk dibaca disiang dan malam hari. Tapi saat cuaca mendung atau sore hari, teks pada sign berbahan scottlight pada rambu lalu lintas akan sangat bermanfaat untuk memperjelas petunjuk arah saat dibaca.

2.7. Teori Gestalt

Menurut Yongky Savanayong dalam buku Desain Komunikasi Visual Terpadu (2006:43), Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti “bentuk”, gerakan gestalt dimulai pada tahun 1920-an di Jerman. Tujuan utama penelitian gestalt ialah untuk menganalisis dan mendefinisikan cara-cara manusia mencerap (persepsi). Teori Gestalt melibatkan masalah atau isu tentang persepsi visual, memori dan asosiasi pikiran dan pengetahuan, psikologi sosial dan psikologi seni. Disebutkan pula bentuk aturan-aturan dasar mengenai kompisisi seni visual yaitu:


(61)

a. Kemiripan (Similarity)

Objek yang mirip satu sama lain cenderung dilihat sebagai kesatuan bentuk. Contoh: logo families dimana huruf “ili” pada kata tersebut direpresentasi sebagai suatu anggota keluarga pada umumnya.

Gambar. 2.30. Logo Families

Sumber: www.logodesignlove.com

b. Kedekatan (Proximity)

Objek yang ditetapkan secara berdekatan akan membentuk suatu bentuk. Contoh: angka 40 pada logo 40 tahun aqua yang tersusun oleh beberapa elemen visual sehingga menyerupai angka 40.

Gambar. 2.31. Logo 40 tahun Aqua Sumber: www.perempuan.com


(62)

c. Penutupan (Closure)

Suatu bentuk memperlihatkan closure apabila unsur-unsur yang terpisah ditempatkan sebagai suatu kesatuan daripada bagian-bagian yang berlainan. Contoh: Huruf C pada logogram Carrefour.

Gambar. 2.32 Logo Carrefour Sumber: rumahpengaduan.com

d. Kesinambungan Pola (Contiuity)

Objek visual yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan pandangan mata mengikuti arah tertentu. Contoh: Beberapa lingkaran pada logo visteon menciptakan ilusi yang dapat mengarahkan pandangan mata ke arah tertentu.

Gambar. 2.33. Logo Visteon Sumber: motoroids.com


(63)

e. Figure-latar (Figure-ground)

Ada kecenderungan untuk menginterpretasi dara visual sebagai obyek dengan latar belakang atau lebih tepat figure dengan latar.

Gambar. 2.34. Logo Formula 1 Sumber: www.designlessbetter.com

2.7.1. Piktogram

Menurut Rayan Abdullah dan Roger Hubner dalam buku Pictograms, Icon & Signs (2006: 13), piktogram adalah sebuah visual sign, sebuah gambar yang diciptakan oleh manusia dengan tujuan untuk mempercepat dan memperjelas komunikasi tanpa menggunakan bahasa atau kata-kata. Berdasarkan buku Pictogram Icons and Sign (a guide to information graphics), Rayan Abdullah dan Roger Hubner juga menyebutkan beberapa jenis pictogram diantaranya adalah: a. Iconogram : representasi ilustratif, sebuah tanda yang mencerminkan

representasi ilustratif, emphasis antara sang penanda dan yang ditandai. b. Phonogram : representasi bunyi. Sebuah tanda yang menjabarkan suatu bunyi

atau suara.

a. Cartogram : representasi topografi dengan fungsi yang kompleks dan fakta. b. Diagram : representasi fungsional. Sebuah tanda yang memiliki

bagian-bagian, tetapi lebih fungsional disbanding ilustrasi, sebagai contoh pencerminan fakta atau fungsi.

c. Ideogram : representasi dari konsep. Korespondensi tanda sebagai simbol yang berelasi kepada objek atau konsep yang memiliki identifikasi formal. d. Logogram : representasi konsepsual seperti tulisan. Sebuah visual, pemakaian


(64)

e. Typogram : representasi tipografikal. Sebuah tanda, yang juga terdiri dari huruf alphabet yang dapat terbaca.

f. Pictogram : representasi bergambar, Isotype. Sebuah tanda yang merepresentasikan fakta kompleks, tidak secara kata-kata atau suara tetapi secara visual yang memiliki arti.

g.

Gambar. 2.35. Piktogram sumber: www.iaprisonind.com

2.8. Komparator

2.8.1. Kota Decatur, Alabama

Decatur adalah sebuah kota di Negara Bagian Alabama. Kota, yang dikenal sebagai "The River City (Kota Sungai)", terletak di utara Alabama di tepi Danau Wheeler, di sepanjang Sungai Tennessee. Decatur adalah kota terbesar kedua yang didiami oleh sekitar 154.233 jiwa pada tahun 2012. Seperti banyak kota-kota di selatan pada awal abad ke-19, keberhasilan awal Decatur itu didasarkan pada lokasi di sepanjang sungai. Rute kereta api dan lalu lintas berperahu mendorong ekonomi kota ini lebih ke depan dari kota di Alabama Utara. Sepanjang abad ke-20, kota ini mengalami pertumbuhan yang stabil.


(65)

a. Sign System kota Decatur

Sign System selain berfungsi untuk menyampaikan suatu informasi berupa penunjuk arah lokasi juga dapat digunakan sebagai media untuk memperindah suatu tempat atau wilayah jika dalam proses perancangan dan pembangunannya diperhitungkan secara cermat seperti pada kawasan kota Decatur di Alabama.

1. Pintu Masuk Decatur

Gambar. 2.36. Pintu Masuk Decatur. Sumber : mccommgroup.com

2. Signage di jalanan Kota Decatur

Gambar. 2.37. Signage Jalan. Sumber: mccommgroup.com


(66)

3. Signage Penunjuk Arah

Gambar. 2.38. Signage Penunjuk Arah. Sumber: mccommgroup.com

Kelebihan:

Warna tidak mencolok sehingga memudahkan wisatawan dalam membaca dan mencari informasi pada saat berkunjung. Font Bold Sans Serif memudahkan wisatawan dalam membaca pada jarak tertentu. Bentuk signage sangat sederhana namun dapat merepresentasikan keunikan di lingkungan tersebut.

2.8.2. Wisata Bahari Lamongan

Terletak di pesisir utara Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Paciran. Kabupaten Lamongan – Jawa Tiumr. Wisata Bahari Lamongan (WBL) menawarkan oase tersendiri bagi wisatawan. Berdiri sejak 2004 sebagai hasil dari pengembangan objek wisata yang telah ada sebelumnya yaitu Pantai Tanjung Kodok. Wisata Bahari Lamongan (WBL) memanjakan para wisatawan dengan wahana-wahana permainan yang terdapat pada areal seluas 11 hektare. Beberapa wahana yang ditawarkan mempunyai nilai edukasi bagi anak-anak seperti rumah kucing, anjungan walisongo, istana bonek dan goa insektarium sehingga anak-anak bisa belajar sembari bermain.


(67)

1. Sign System Wisata Bahari Lamongan (WBL) a. Sign system Pintu Masuk

Gambar. 2.39. Pintu Masuk Wisata Bahari Lamongan

b. Sign system Penunjuk Arah


(68)

c. Sign system Wahana Wisata Bahari Lamongan

Gambar. 2.41. Sign Wahana Wisata Bahari Lamongan

Kelebihan:

Bentuk signage dapat merepresentasikan karakteristik khusus yang dimiliki Wisata Bahari Lamongan. Font disesuaikan dengan karakteristik setiap lokasi di lokasi Wisata Bahari Lamongan. Warna tidak mencolok dan dapat merepresentasikan karakteristik Wisata Bahari Lamongan sebagai tempat wisata yang menyenangkan.


(69)

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Definisi Operasional Judul

Dalam perancangan ini judul yang diangkat adalah “Perancangan Grafis Lingkungan Desa Wisata Belanja Desa Sendang Lamongan Jawa Timur”. Aspek -aspek yang ditelusiru ialah media-media yang berfungsi sebagai penjuk arah lokasi untuk mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Sendang tempat dimana kesenian batik berada.

3.1.1. Grafis Lingkungan

Grafis Lingkungan merupakan segala bentuk grafis yang ada di lingkungan dan merangkul banyak disiplin ilmu lainnya seperti desain grafis, arsitektur, desain interior, landscape, maupun industrial desain. Termasuk di dalamnya signage, wayfinding system, information design, serta pictogram (Widyasari, 2011:15).

3.1.2. Desa Wisata Belanja

Desa Wisata Belanja merupakan suatu wilayah ditempati oleh sejumlah penduduk dimana pada daerah tersebut terdapat potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan diperjualbelikan, sehingga layak untuk dijadikan tempat tujuan wisata, diresmikan bulan Desember 2011 oleh Bupati Lamongan Bapak H. Fadeli.

3.1.3. Lamongan Jawa Timur

Pada situs www.lamonganpos.com dijelaskan bahwa Kabupaten Lamongan merupakan sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Timur, Indonesia dengan ibukotanya Lamongan. Kabupaten Lamongan berbatasan lansung dengan Laut Utara Jawa, Kabupaten Gresik di bagian timur, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang di bagian selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di bagian barat.


(70)

3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.2.1. Data Primer

Data primer adalah data atau keterangan yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya (Waluya, 2007:79). Data primer yang digunakan dalam perancangan ini sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Wawancara dilakukan kepada beberapa tokoh masyarakat seperti Kepala Desa di Desa Sendang Duwur guna mengetahui perkembangan dari desa tersebut setelah diresmikan sebagai Desa Wisata Belanja dan pengrajin didesa tersebut guna mengetahui secara detail sejarah dari kerajinan batik di desa tersebut serta mengetahui keunikan dari desa tersebut.

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat, meninjau, dan mengamati langsung ke lapangan untuk mendapatkan data untuk diteliti. Teknik observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena (Hadi, 1984:31). Observasi dilakukan di Desa Sendang Dhuwur untuk melihat secara langsung fenomena yang terkait dengan karakteristik dari desa tersebut.

c. Metode Kuisioner

Menurut Arikunto (2006: 151) kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuisioner disebarkan secara random kepada 100 pengunjung maupun masyarakat umum. Hasil kuisioner pertama yaitu AIO (Activity, Interest, opinion) sebagai penunjang permasalahan dan hasil kuisioner kedua digunakan sebagai acuan dalam merancang konsep grafis lingkungan.


(71)

d. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2007:231), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi dilakukan di Desa Sendang Dhuwur untuk melihat secara langsung fenomena yang terkait dengan karakteristik dari desa tersebut

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan seperti buku, laporan, bulletin, dan majalah yang sifatnya dokumentasi (Waluya, 2007:79).

a. Metode Kepustakaan

Metode ini menggunakan literatur untuk data komparatif dalam menunjang semua data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori dan mempelajari peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perancangan dan menunjang keabsahan data yang diperoleh dilapangan (Moeloeng, 2001:113). Metode ini didapat dengan cara mengunpulkan teori-teori erkait dengan grafis lingkungan yang bersumber dari buku, jurnal, laporan, dan majalah serta sesuai dengan disiplin ilmu sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

3.3. Analisa Data

3.3.1. Analisa TOWS Matriks

Tabel 3.1 TOWS Matriks Strenght (S)

Dekat dengan tempat wisata lain.

Lingkungan masih terjaga unsur tradisionalnya. Dekat dengan tempat penginapan.

Weakness (W)

Lokasi jauh dari akses jalur utama.

Belum ada media visual berupa sign system Belum dikenal masyarakat


(1)

116

No Jenis

Signage Bahan Harga Satuan Total

8 Lain-Lain  Jasa

Pemasangan  Pewarnaan Cat

Besi  Peralatan

Pertukangan

 Rp. 50.000  Rp. 200.000  Rp. 250.000

 Rp. 50.000  Rp. 200.000  Rp. 250.000

TOTAL Rp. 500.000 TOTAL KESELURUHAN Rp. 35.926.000


(2)

117

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Seni kerajinan batik, emas perak, dan bordir merupakan salah satu peninggalan budaya bersejarah Indonesia yang ada diseluruh pelosok nusantara, salah satunya terdapat di Desa Sendang Dhuwur Kabupaten Lamongan. Meskipun dalam perkembangannya mengalami beberapa kesulitan, keuletan dan kreatifitas para pengrajin diwilayah tersebut membuat seni kerajinan itupun tetap bertahan hingga sekarang. Tetapi bagi sebagian masyarakat sekitar Kabupaten Lamongan tidak mengetahui seni kerajinan serta lokasi sentra kerajinan tersebut berada. Hal tersebut disebabkan kurangnya media-media yang dapat memberikan informasi tentang lokasi dan potensi apa saja yang terdapat didaerah tersebut salah satunya grafis lingkungan.

Grafis lingkungan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari segala macam bentuk grafis yang terdapat dilingkungan. Salah satu fungsi dari grafis lingkungan ialah memberikan citra visual sebagai identitas suatu wilayah secara terstruktur. Sebuah wilayah dengan potensi tertentu yang dapat dinikmati oleh masyarakat harus mempunyai sebuah simbol identitas sebagai penunjang perkembangan suatu wilayah sehingga dapat lebih dikenal dan diingat oleh masyarakat luas.

Zaman semakin berkembang dimana dalam hal berwisata masyarakat umum menginginkan sebuah media informasi yang dapat memberikan informasi dengan mudah dan cepat pada saat perjalanan mengunjungi suatu daerah wisata maupun bagi masyarakat yang sedang berada di daerah tersebut. Perancangan grafis lingkungan yang melalui proses serta dengan konsep yang menarik dapat menjadi media penyampaian informasi yang efektif dan efisien. Selain itu, grafis lingkungan dapat memberikan citra visual sebagai ciri khas yang baru dan tentunya sesuai dengan karakteristik daerah tersebut sehingga dapat menarik perhatian masyarakat sekitar untuk berkunjung.


(3)

118

6.2. Saran

Media penerapan grafis lingkungan merupakan sarana penyampaian informasi yang sederhana dan efektif jika diterapkan dengan baik dan benar. Penggunaan elemen visual yang dapat mempengaruhi terciptanya media dengan bentuk baru dan berbeda dengan media-media informasi pada umumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi audience yang melihat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses perancangan hingga implementasi yang panjang. Terdapat beberapa saran untuk hasil perancangan ini untuk kedepannya diantaranya sebagai berikut:

1. Selalu menjaga konsistensi bentuk dan elemen visual antara media satu dengan yang lainnya akan secara otomatis menjadi citra visual atau ciri khas bagi suatu wilayah.

2. Selalu perhatikan komposisi tata letak, ukuran, dan isi materi informasi pada media penunjuk arah (sign system) maupun media informasi lainnya supaya media dapat dilihat dengan baik dan informasi yang terdapat didalamnya mudah dimengerti oleh target audience.


(4)

KEPUSTAKAAN

Abdullah, R., & Roger Hubner. 2006. Pictograms, Icon & Signs: A Guide to Information Graphics. Singapore: Tames and Hudson.

Alwi, Hasan, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: P.N. Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aristantie, Fiki. 2011. Perancangan Sign System Taman Satwa Taru Jurug. Tugas Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Follis, John & Dave Hammer. 1988. Architectural Signing and Graphics. New York: Whitney Library of Design.

Hadi, Sutrisno. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Kasilo, Djito. 2008. Komunikasi Cinta. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer

Gramedia)

Lynch, Kevin. 1982. The Image of The City. London : Massachusets Institute of Technology.

Majalah Concept. Vol 4 Edisi 23. 2008. Environmental Graphic Design. Jakarta: PT. Concept Media.

Marioka, Adams & Terry Stone. 2006. Color Design Workbook. USA: Published By Rockport Publishers, Inc.

Moelong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kreatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi.

Rustan, Surianto. 2010. Font Typografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. . 2013. Mendesain Logo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Safanayong, Yongky. 2006. Desain Komunikasi Visual Terpadu. Arte Intermedia. Sandi, Iwan. 2013. Perancangan Video Dokumenter Olahraga Ekstrim Skateboard

SurabayaSK8. Tugas Akhir. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2006. Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan. Yogyakarta: Dimensi press.


(5)

Sihombing, Danton. 2001. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tinarbuko, Sumbo (Ed.). 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi (Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat). Bandung: PT. Surya Purna Inves.

Widyasari. 2011. Perancangan Branding Fisik Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo Berupa Environmental Graphic Design. Tugas Akhir. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November

Wijaya, Pricilia Yunita. 1999. Tipografi Dalam Desain Komunikasi Visual. Jurnal Nirmana. Vol. 1 (No. 1): 47-54.

Webtografi

regional.kompasiana.com/2012/07/15/batik-tulis-desa-sendang-duwur-kecamatan- paciran-kabupaten-lamongan-sebagai-warisan-luhur-budaya-bangsa-471601.html

www.antarajatim.com/lihat/berita/107550/pemkab-lamongan-dorong-masyarakat-buat-batik-asli

www.antarajatim.com/lihat/berita/81912/lamongan-miliki-desa-wisata-belanja www.poskotanews.com/2012/02/10/lamongan-juga-punya-batik/

www.beritakota.net/index.php/2011/05/19/temuan-arkeologis-lamongan-ibu-kota-airlangga/

www.iaprisonind.com/store/c/238-ADA-Pictograms.aspx

provomayor.com/wp-content/uploads/2013/05/Sign-Family-Overview.jpeg mccommgroup.com/project/decatur-wayfinding-signage/

mccommgroup.com/project/decatur-wayfinding-signage/

www.citilinkstory.com/tugu-pahlawan-bukan-sekadar-tumpukan-batu/

www.kaskus.co.id/thread/50fb7928e674b45c36000007/mitos-arti-tanda-tangan/1 www.clker.com/clipart-2767.html

www.perempuan.com/read/40-tahun-aqua-luncurkan-logo-anyar www.designlessbetter.com/blogless/tags/figure-ground


(6)

www.logodesignlove.com/10-timeless-logo-designs

rumahpengaduan.com/wp-content/uploads/2013/02/carrefour-logo.jpg motoroids.com/wp-content/uploads/2013/08/VISTEON-logo.jpg

www.downloadpsds.com/wp-content/uploads/2013/11/Hand-drawn-line-drawing-pattern-vector-free-material-download-1.jpg

jessicacrabtree.com/journal1/wp-content/uploads/2009/10/wolfpack.jpg

Wawancara

Interview Ibu Sri Pembatik Desa Sendang – Lamongan

Interview Bapak Harsono Pembatik Desa Sendang – Lamongan Interview Bapak Barur Rochim Kepala Desa Sendang Dhuwur