1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan dalam memilih dan membina hidup yang baik yang sesuai dengan martabat manusia. Jadi,
pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.
Menurut Syah 1995:1, pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia SDM melalui
kegiatan pengajaran. Syah Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:232, pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Syah McLeod, 1989, dalam pengertian yang sempit education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan. Dalam pengertian yang luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan Syah, 1995:2 Syah Dictionary of Psychology, 1972 pendidikan diartikan sebagai
....the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. Jadi, pendidikan berarti
tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan seperti sekolah dan madrasah yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, ada beberapa jalur pendidikan yang dapat ditempuh yaitu melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Salah
satu contoh pendidikan formal dimulai dari tingkat SD , SMP, SMASMK sampai dengan perguruan tinggi. Pendidikan di SMA terbagi menjadi tiga
kelas X, XI dan XII dimana di kelas XI ada suatu proses penempatan dalam pemilihan jurusan baik IPA, IPS maupun BAHASA. Penjurusan merupakan
salah satu faktor untuk menentukan keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah. Sebagai contoh kekurangtepatan dalam memilih dan menentukan
jurusan, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang. Jadi, kegagalan dalam belajar atau tidak mampu melanjutkan studi di perguruan tinggi,
diantaranya bukan disebabkan siswa yang bersangkutan berinteligensi rendah melainkan kekurangtepatan dalam memilih jurusan. Penjurusan diadakan atas
dasar bahwa pada hakekatnya para siswa merupakan individu-individu yang mandiri dengan keanekaragamannya perbedaan individual dan memiliki
bakat dan minat masing-masing. Di Sekolah Menengah Atas SMA, mulai adanya penjurusan saat masuk
di kelas XI. Jurusan dibagi menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Alam IPA, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS dan BAHASA. Saat memilih salah satu
jurusan yang ditawarkan, para siswa terkadang masih merasa bingung. Kebingungan itu disebabkan karena semua siswa belum mengerti potensi
yang dimilikinya sehingga mereka belum bisa memantapkan pilihan pada
jurusan yang diminatinya. Dalam memilih jurusan terkadang siswa hanya ikut-ikutan teman atau karena persepsi tertentu terhadap jurusan yang
ditawarkan. Minat siswa dalam memilih jurusan salah satunya didasarkan pada
motivasi. Motivasi ini akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi cenderung akan rajin belajar dan dapat
memilih jurusan sesuai dengan minatnya. Namun siswa yang mempunyai motivasi yang rendah, dia cenderung akan bermalas-malasan dalam belajar
dan biasanya memilih jurusan “sekenanya” atau menurut pada sekolah. Persepsi siswa terhadap jurusan didasarkan pada pertimbangan bahwa
persepsi seseorang mampu mempengaruhi pembentukan minat siswa dalam memilih jurusan. Beberapa siswa senang masuk jurusan IPA karena lebih siap
masuk ke semua jurusan di perguruan tinggi dan dianggap memiliki derajat intelektualitas yang lebih tinggi. Sebagian besar yang masuk jurusan IPS
hanya untuk menghindar dari hitungan semata sedangkan yang masuk jurusan BAHASA agar mendapatkan beasiswa di luar negeri.
Pemilihan jurusan juga tidak terlepas dari pengaruh keluarga karena keluarga adalah tempat pertama kalinya pendidikan diberikan dan pendidikan
itu akan terus berlanjut. Dalam hal ini, pendidikan orang tua juga memengaruhi pola pikir anak dalam memilih jurusan. Pada umumnya, orang
tua yang berpendidikan rendah mempunyai pengetahuan yang sempit terhadap pendidikan. Jadi, orang tua tidak mampu untuk mengarahkan
anaknya dalam pemilihan jurusan. Sedangkan orang tua yang berpendidikan
tinggi mempunyai pengetahuan yang luas terhadap pendidikan. Jadi, orang tua mampu untuk mengarahkan anaknya dalam memilih jurusan sesuai
dengan minatnya. Hal ini tidak terlepas dari harapan orang tua yang ingin agar anaknya kelak menjadi orang yang sukses.
Tujuan penjurusan di SMA Gani, 1986:14 1.
Mengelompokkan para siswa yang mempunyai kecakapan, kemampuan, bakat dan minat yang relatif sama.
2. Membantu mempersiapkan para siswa dalam melanjutkan studi dan
memilih dunia kerjanya. 3.
Membantu meramalkan keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik dalam kelanjutan studi dan dunia kerjanya.
4. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas prestasi yang
akan dicapai di waktu mendatang. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan antara Motivasi Belajar, Persepsi Siswa terhadap Jurusan, Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Minat Siswa
SMA dalam Memilih Jurusan di SMA”.
B. Batasan Masalah