- Jika nilai signifikansinya 0,05 maka data tidak berdistribusi normal Priyatno, 2012:90
b. Uji linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan
hubungan linier atau tidak Priyatno, 2012:90
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Linieritas
Variabel 1 Variabel 2
Sig Kesimpulan
Motivasi belajar
Minat memilih jurusan di SMA
0,000 Linier
Persepsi siswa
terhadap jurusan
Minat memilih jurusan di SMA
0,000 Linier
Pengambilan keputusan untuk uji linieritas sebagai berikut Priyatno, 2012:95:
- Jika nilai signifikansi pada Linierity 0,05 maka hubungan antara dua variabel linier.
- Jika nilai signifikansi pada Linierity 0,05 maka hubungan antara dua variabel tidak linier.
2. Pengujian Hipotesis
Dari pengujian prasyarat di atas diketahui bahwa semua variabel berdistribusi
normal. Pengujian
hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji Pearson. Ada satu variabel yang tidak perlu melakukan
pengujian prasyarat karenanya datanya ordinal yaitu tingkat pendidikan orang tua.
a. Pengujian hipotesis I
1 Rumusan hipotesis
: tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
: ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
2 Hasil pengujian hipotesis
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan minat
siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA diuji dengan menggunakan statistik parametik korelasi Pearson.
Tabel 5.8 Korelasi Pearson
Hipotesis I Correlations
Motivasi Minat Motivasi Pearson
Correlation 1
.555
Sig. 2-tailed .000
N 174
174 Minat
Pearson Correlation
.555 1
Sig. 2-tailed .000
N 174
174 . Correlation is significant at the 0.01 level
2-tailed.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan dapat dilihat berdasarkan perbandingan r
hitung
dengan r
tabel
yaitu 0,555 lebih besar dari 0,1488 dan juga r menunjukkan positif yang berarti
ada hubungan positif artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula minat siswa SMA dalam
memilih jurusan di SMA dan sebaliknya semakin rendah motivasi belajar siswa maka semakin rendah pula minat siswa
SMA dalam memilih jurusan di SMA. Signifikannya terlihat dari nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan dapat
dilihat berdasarkan perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
dengan taraf signifikansi 5. Perhitungan t
hitung
adalah sebagai berikut: Rumus:
t =
2 1
2
t=
, ,
t=
, ,
t=
, ,
,
t= 8,7501
Berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
8,7501 lebih besar dari t
tabel
dengan df = n - 2, df = 174 – 2, 172 pada taraf signifikansi 5 sebesar 1,9739. Dari tabel dan pernyataan di
atas menunjukkan bahwa diterima yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan minat
siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA. Koefisien korelasi yang dihasilkan yaitu sebesar 0,555 yang berarti korelasi kedua
variabel menunjukkan hubungan yang sedang. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel interpretasi yang terletak dalam interval
antara 0,40-0,599. b.
Pengujian hipotesis II 1
Rumusan hipotesis : tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap jurusan dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
: ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap jurusan dan minat siswa SMA dalam memilih
jurusan di SMA. 2
Pengujian hipotesis Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap jurusan dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA diuji
dengan menggunakan statistik parametik korelasi Pearson.
Tabel 5.9 Korelasi Pearson
Hipotesis II Correlations
Persepsi Siswa
terhadap Jurusan
Minat Persepsi Pearson
Correlation 1
.446
Sig. 2-tailed .000
N 174
174 Minat
Pearson Correlation
.446 1
Sig. 2-tailed .000
N 174
174 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-
tailed.
Untuk melihat ada tidaknya hubungan dapat dilihat berdasarkan perbandingan r
hitung
dengan r
tabel
yaitu 0,446 lebih besar dari 0,1488 dan juga nilai r menunjukkan positif yang
berarti ada hubungan positif artinya semakin tinggi persepsi siswa terhadap jurusan maka semakin tinggi pula minat siswa
SMA dalam memilih jurusan di SMA dan sebaliknya semakin rendah persepsi siswa terhadap jurusan maka semakin rendah
pula minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA. Signifikannya terlihat dari nilai probabilitas 0,000 lebih kecil
dari 0,05 dan dapat dilihat berdasarkan perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
dengan taraf signifikansi 5. Perhitungan t
hitung
adalah sebagai berikut:
Rumus:
t =
2 1
2
t=
, ,
t=
, ,
t=
, ,
,
t= 6,5352
Berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
6,5352 lebih besar dari t
tabel
dengan df = n -2, df = 174 – 2, 172 pada taraf signifikansi 5 sebesar 1,9739. Dari tabel dan pernyataan di
atas menunjukkan bahwa diterima yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap jurusan dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
Koefisien korelasi yang dihasilkan yaitu sebesar 0,446 yang berarti korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan sedang.
Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel interpretasi yang terletak dalam interval antara 0,40-0,599.
c. Pengujian hipotesis III
1 Rumusan hipotesis
: tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan minat siswa SMA dalam memilih
jurusan di SMA.
: ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di
SMA. 2
Hasil pengujian hipotesis Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA diuji
dengan menggunakan statistik non parametik korelasi Spearman. Korelasi Spearman tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10 Korelasi Spearman
Hipotesis III Ayah Correlations
Tingkat_Pendi dikan Ayah
Minat Spear
mans rho
Tingkat_Pendi dikan_Ayah
Correlation Coefficient
1.000 .081
Sig. 2-tailed .
.291 N
174 174
Minat Correlation
Coefficient .081
1.000 Sig. 2-tailed
.291 .
N 174
174
Untuk melihat ada tidaknya hubungan dapat dilihat berdasarkan perbandingan r
hitung
dengan r
tabel
yaitu 0,081 lebih kecil dari 0,1488 yang berarti tidak ada hubungan.
Signifikannya terlihat dari nilai probabilitas 0,291 lebih besar
dari 0,05 dan dapat dilihat berdasarkan perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
dengan taraf signifikansi 5. Perhitungan t
hitung
adalah sebagai berikut: Rumus:
t =
2 1
2
t=
, ,
t=
, ,
t=
, ,
,
t= 1,0658
Berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
1,0658 lebih kecil dari t
tabel
dengan df = n – 2, df = 174 – 2, 172 pada taraf signifikansi 5 sebesar 1,9739. Dari tabel dan pernyataan di
atas menunjukkan bahwa ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan ayah dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
Tabel 5.11 Korelasi Spearman
Hipotesis III Ibu Correlations
Tingkat_Pendi dikan Ibu
Minat Spear
mans rho
Tingkat_Pendi dikan_ Ibu
Correlation Coefficient
1.000 -.058
Sig. 2-tailed .
.445 N
174 174
Minat Correlation
Coefficient
-.058
1.000 Sig. 2-tailed
.445 .
N 174
174
Untuk melihat ada tidaknya hubungan dapat dilihat berdasarkan perbandingan r
hitung
dengan r
tabel
yaitu -0,058 lebih kecil dari 0,1488 yang berarti tidak ada hubungan.
Signifikannya r terlihat dari nilai probabilitas 0,445 lebih besar dari 0,05 dan dapat dilihat berdasarkan perbandingan t
hitung
dengan t
tabel
dengan taraf signifikansi 5. Perhitungan t
hitung
adalah sebagai berikut: Rumus:
t =
2 1
2
t=
, ,
t=
, ,
t=
, ,
,
t= -0,7619
Berdasarkan perhitungan diperoleh t
hitung
-0,7619 lebih kecil dari t
tabel
dengan df = n - 2, df = 174 – 2, 172 pada taraf signifikansi 5 sebesar 1,9739. Dari tabel dan pernyataan di
atas menunjukkan bahwa ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan minat siswa SMA dalam memilih jurusan di SMA.
C. Pembahasan 1.