7
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA
Definisi jembatan menurut Bina Marga adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung atara dua ujung jalan yang terputus oleh
sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api. Brigde Management System BMS merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan dalam mempertahankan kondisi jembatan melalui proses investigasi berkala pasa suatu jembatan sehingga dapat menentukan tahap perawatan dan
perbaikan Ryall, 2001. Evaluasi kondisi jembatan pasca bencana alam seperti banjir sangat
diperlukan untuk memberikan informasi mengenai kerusakan pada komponen jembatan. Penilaian kondisi jembatan dapat dilakukan secara visual dan analisis
pembebanan sangat membantu dalam menentukan jenis perbaikan ataupun perkuatan yang diperlukan terhadap jembatan tersebut.
Manukoa 2006, dalam penelitiannya melakukan perhitungan pembebanan lalu lintas menurut BMS 1992 dan RSNI 2004 yang terdiri atas
beban lajur “D” dan Beban Truk “T” pada struktur jembatan sederhana bentang 6 m sampai 30 m. Dari hasil penelitiaannya diketahui bahwa momen yang terjadi
pada jembatan sederhana akibat beban truk “T” akan lebih berpengaruh pada kapasitas lentur batas dari pada beban lajur “D” untuk jembatan dengan bentang 6
m sampai 22 m, sedangkan untuk jembatan dengan bentang lebih dari 22 m kapasitas lentur batas lebih ditentukan oleh beban lajur “D”.
7
8
Desniar H.Y. 2007 melakukan evaluasi keamanan struktur Jembatan Panasan yang merupakan jembatan gelagar beton bertulang akibat bencana gempa
dengan bentang 22 m. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa akibat bencana gempa terjadi beda elevasi pada lantai perkerasannya dan local settlement
pada pilar jembatan yang menimbulkan gaya tambahan pada komponen struktur jembatan. Penambahan gaya tersebut kemudian dianalisa dengan membandingkan
kapasitas lentur dan kapasitas geser yang terjadi dan yang tersedia sesuai dengan RSNI 2004. Perkuatan yang dilakukan sebagai alternatif perbaikan jembatan
Panasan adalah dengan menambah kapasitas momen lentur gelagar jembatan dengan menggunakan 3 lapis CFRP produksi SIKA
®
. Perbaikan ini dapat menaikkan kapasitas lentur gelagar sebesar 82 .
Made Sukrawa dan L.G. Wahyu Widyarini 2006, meneliti pengaruh perkuatan lentur dengan pelat baja terhadap perilaku balok jembatan. Hasilnya
menunjukkan bahwa penambahan pelat baja dapat meningkatkan kekakuan balok. Lendutan yang terjadi pada balok perkuatan lebih kecil 71 dari balok kontrol
pada pembebanan 16,25 kN, lebih kecil 56,9 untuk pembebanan 32,5 kN dan lebih kecil 36,04 untuk pembebanan 65 kN. Pada pembebanan ultimit, lendutan
balok perkuatan lebih kecil 45,6 dari lendutan balok kontrol. Beban retak pertama pada balok perkuatan lebih besar 65,4 dari balok kontrol.
9
BAB III LANDASAN TEORI