Skema Kultivasi pada Reaktor Packed Bed

13,2 N total. Total penambahan N dalam medium adalah 0,116 sehingga pada medium nira sorgum nilai CN menjadi 13,75 dan pada tetes tebu menjadi 50,13.

4.1.2 Penggunaan Reaktor Packed Bed

Bioreaktor packed bed dirancang dengan dua lapisan kaca Gambar Lampiran 1. Lapisan dalam memiliki diameter 4 cm dan lapisan luar sebagai mantel air dengan diamater 6 cm. Tinggi reaktor keseluruhan 60 cm, sedang tinggi medium dalam reaktor adalah 30 cm dengan volume total 900 ml dan volume kerja 450 ml. Reaktor dilengkapi dengan lubang inlet di bagian bawah yang dihubungkan dengan selang bercabang dua, dimana satu cabang untuk memasukkan medium segar dan cabang yang lain sebagai pengeluaran sampel pada fase kultur curah. Reaktor ini memiliki lubang pengeluaran gas di atas yang dihubungkan dengan penangkap gas yang berupa larutan CaOH 2 dengan konsentrasi 5 yang berfungsi untuk memisahkan gas CO 2 dan gas H 2 . Gas H 2 yang dihasilkan akan masuk ke respirometer. Respirometer berupa dua buah gelas ukur 1000 ml dan 250 ml. Gelas ukur 1000 ml diisi dengan larutan NaCl jenuh dan gelas ukur 250 ml dipasang dengan posisi terbalik sebagaimana terlihat pada Gambar Lampiran 2. Larutan NaCl dalam respirometer ini ditera hingga batas 750 ml. Gas yang dihasilkan akan menekan larutan NaCl jenuh sehingga volume gas akan terukur melalui skala gelas ukur. Penggunaan larutan NaCl jenuh bertujuan agar gas H 2 yang akan diukur tidak terlarut dalam cairan. Reaktor dilengkapi dengan mantel air yang dihubungkan dengan pemanas yang suhunya konstan pada temperatur pertumbuhan sel optimum 37º±1ºC. Reaktor ini tidak dilengkapi dengan kontrol pH dan akibatnya selama kultivasi pH mengalami perubahan sesuai dengan kondisi lingkungan. Reaktor ini tidak dilengkapi dengan pengaduk sebagaimana pada stirred tank reactor akibatnya medium tidak tercampur homogen. Proses alir pada reaktor ini kontinyu tanpa pengadukan unmixed flow reactor, dengan pola aliran fluida searah dengan sumbu pipa yang berkecepatan sama di seluruh penampang pipa. Keuntungan reaktor ini adalah konstruksi yang sederhana, tidak ada pengaduk mekanis dan volume yang diperlukan untuk konversi kimiawi minimum sedikit. Pada kultivasi sistem kontinyu, aliran medium dari inlet dapat menekan medium yang sudah terfermentasi ke atas dan keluar melalui selang outlet, sedangkan biomassa sel tetap tinggal dalam reaktor akibat adanya gaya gravitasi. Namun reaktor ini hanya dapat digunakan untuk sel tertentu yang tidak mengalami hambatan dalam menghasilkan produk akibat tanpa pengadukan. 4.1.3. Kultivasi 4.1.3.1. Pertumbuhan Sel Metode evaluasi populasi sel pada penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menghitung berat kering sel. Metode ini digunakan untuk memantau dan mengkaji fenomena pertumbuhan. Laju pertumbuhan ditetapkan berdasarkan evolusi konsentrasi yang dapat dinyatakan dalam konsentrasi biomassa g massa sel kering per satuan volume. Pertumbuhan sel secara curah disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Kurva pertumbuhan E. aerogenes ADH43 pada medium nira sorgum selama 24 jam. Sumber karbon yang digunakan dalam kultivasi adalah nira sorgum yang mengandung gula kompleks. Gula sederhana yang berupa glukosa akan segera dikonsumsi oleh mikroba, sedangkan gula kompleks akan dipecah terlebih dahulu oleh enzim pemecah gula kompleks menjadi gula sederhana. Aktivitas ini digambarkan dengan kurva pertumbuhan yang berbentuk diauksik, dimana terdapat dua fase eksponensial. Menurut Yuwono 2007 jika jasad renik ditumbuhkan pada medium yang mengandung dua macam sumber karbon yang