PAJAK PENGHASILAN PPH Pasal 26

PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung- 2015 51

BAB VIII PAJAK PENGHASILAN PPH Pasal 26

1. Dasar Peraturan Mengenai Pemungutan PPh Pasal 26

 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 624KMK.041994;  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82PMK.032009;  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258PMK.032008;  Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-52PJ 2009.

2. Pajak Penghasilan Pasal 26

 Ketentuan pajak PPh pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri WPLN selain bentuk usaha tetap.  WPLN yang berarti orang pribadi yang tidak bertidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan Badan yang tidak berkedudukan di Indonesia.  Pemotong Pajak ◦ Badan pemerintah. ◦ Subjek pajak dalam negeri. ◦ Penyelenggara kegiatan. ◦ Bentuk usaha tetap. ◦ Perwakilan perusahaan asing. ◦ Pembeli yang di tunjuk sebagai pemotong PPh pasal 26.

3. Sifat Pemotongan pajak penghasilan pasal 26

 Sifat pemotongan pajak penghasilan pasal 26 bersifat final, kecuali; ◦ Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha, penjualan barang atau jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan badan usaha tetap di Indonesia. ◦ Pemotongan atas penghasilan kantor pusat dari usaha, penjualan barang atau jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan badan usaha tetap di Indonesia, sepanjang terdapat hubungan efektif antara badan usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan. ◦ Pemotongan atas penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan usaha yang berubah status menjadi Wajib Pajak dDalam Negeri atau badan usaha tetap di Indonesia.

4. Objek pajak penghasilan pasal 26

 Berupa; ◦ Deviden; ◦ Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehungan dengan pengembalian pinjaman; ◦ Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung- 2015 52 ◦ Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; ◦ hadiah dan penghargaan; ◦ Pensiun dan pembayaran berkala lainnya; ◦ Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; ◦ Keuntungan dari pembebasan hutang.  Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia  Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.  Penjualan atau pengalihan  PKP sesudah dikurangi  Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, berupa; ◦ Perhiasan mewah; ◦ Berlian; ◦ Emas; ◦ Intan; ◦ Jam tangan mewah; ◦ Barang antik; ◦ Lukisan; ◦ Mobil; ◦ Motor; ◦ Kapal pesiar; ◦ Pesawat terbang ringan.  Dengan nilai Rp 10.000.000,- untuk setiap jenis transaksi.  Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.  Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara conduit company atau special purpose company yang didirikan bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak tax haven country yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan berkedudukan di Indonesia.  PKP sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak 20 kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Tarif pajak penghasilan pasal 26

 Tarif pajak dibedakan atas kelompok sebagai berikut; ◦ Atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah, pensiun berkala, premi swap, dan keuntungan pembebasan hutang.  PPh pasal 26 = Penghasilan Bruto x 20 ◦ Atas penghasilan yang berupa, penghasilan dari penjualan harta di Indonesia dan premi asuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri.  PPh 26 =Peng. Bruto x Perkiraan peng. neto x 20  Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 25 dari harga jual  Tarif pajak dibedakan atas kelompok sebagai berikut; ◦ Atas penghasilan penjualan atau pengalihanan saham  PPh 26 =Peng. Bruto x Perkiraan peng. neto x 20 ◦ Atas PKP setelah dikurangi pajak dari BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut diinvetasiakn kembali di Indonesia.  PPh 26 = PKP x PPh Teutang x 20 PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung- 2015 53  Syarat penanaman kembali di Indonesia;  Atas seluruh PKP setelah dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan baru yang didirikan dan beroperasi efektif paling lama 1 tahun.  Penanaman tersebut dilakukan dalam tahun pajak berjalan dan tidak mengalihkan usaha sebelum 2 tahun. Contoh soal …atas pajak penghasilan pasal 26 1  Mr. Sam menikah, dan mempunyai 1 orang anak bekerja pada perusahaan asing PT First ltd dan tinggal kurang dari 183 hari. Pada bulan Mei 2014, penghasilan Mr. Sam sebesar US 1.000 perbulan dan kurs yang berlaku adalah 1 US = Rp 12.000,-. Hitung berapa PPh 26 Mr. Sam?  Jawaban Keterangan Rp Jumlah Penghasilan bruto 1.000 x 12.000,- Rp Rp 12.000.000 Pengenaan tarif: 20 x Rp 12.000.000,- Rp Rp 2.400.000 PPh pasal 26 pada bulan Mei 2014 Rp Rp 2.400.000 Penghasilan Kena Pajak Mr. Sam adalah sebesar = Rp 2.400.000,- Contoh soal …atas pajak penghasilan pasal 26 2  PT First Indonesia melakukan pembayaran atas royalty kepada PT First Amerika atas licensi yang diberikan kepada PT First Indonesia. Adapun besarnya royalti atas lisensi tersebut adalah US 10.000. Dan kurs yang berlaku sesuai ketetapan Menteri Keuangan adalah 1 US = Rp 12.000,-  Hitung berapa PPh 26 PT First Indonesia?  Jawaban Keterangan Rp Jumlah Penghasilan bruto 10.000 x 12.000,- Rp Rp 120.000.000 Pengenaan tarif: 20 x Rp 120.000.000,- Rp Rp 24.000.000 PPh pasal 26 PT First Indonesia Rp Rp 24.000.000 Penghasilan Kena Pajak PT First Indonesia adalah sebesar = Rp 24.000.000,- Contoh Soal Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri Way Co. perusahaan di Cina adalah salah satu pemegang saham PT Indo. Way Co. di bulan Januari 2013 menjual saham yang dimilikinya di PT Indo kepada PT Hold PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung- 2015 54 . perusahaan di Indonesia senilai Rp5.000.000.000,00 dan kepada Matek Co. perusahaan di Malaysia senilai Rp20.000.000.000,00. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut? Jawaban Penghasilan dari penjualan saham Perseroan Terbatas dalam negeri yang diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap BUT dipotong pajak sebesar 20 x 25 atau 5 lima persen dari harga jual. Perseroan Terbatas dalam negeri tersebut adalah Perseroan Terbatas yang: • sahamnya diperjualbelikan oleh pemegang saham yang berstatus Wajib Pajak luar negeri; dan • tidak berstatus sebagai Emiten atau Perusahaan Publik. Pemotong PPh Pasal 26 ini adalah pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak. Dalam hal pembelinya adalah WPLN, maka yang ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah Perseroan. Bagi pemegang saham Wajib Pajak luar negeri yang berkedudukan di negara- negara yang telah mempunyai P3B dengan Indonesia, maka pemotongan PPh Pasal 26 hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak pajaknya ada di Indonesia. Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 26 PT Hold adalah: PT Hold memotong PPh Pasal 26 sebesar Rp250.000.000,00  20 x 25 x Rp5.000.000.000,- atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayarkan kepada Way Co;  menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;  melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 2326 masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013. Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 26 oleh PT Indo adalah sebagai berikut: PT Indonat memungut PPh 26 sebesar Rp 1.000.000.000,- 20 x 25 x Rp 20.000.000.000,- atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayar oleh Matek Co. kepada Way Co;  menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipungut atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;  melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 2326 masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013. PERPAJAKAN-IwanSidharta STIE Pasundan Bandung- 2015 55

BAB IX Pajak Atas Impor Dan Kegiatan Lain