39
memecahkan masalah bersama. Untuk usia remaja 12 tahun keatas ikatan emosi bertambah kuat dan mereka saling membutuhkan.
E. Kerangka Berpikir
Kemandirian belajar adalah sebuah proses proaktif yang positif dalam belajar yang secara personal siswa mengarahkan kemampuannya sendiri tanpa
mengandalkan orang lain. Dalam kemandirian belajar terjadi proses dimana siswa menentukan tujuan, mengatur upaya, memantau diri, mengatur waktu,
lingkungan fisik dan sosial mereka. Proses tersebut terjadi ketika siswa berinisiatif untuk memperoleh informasi atau kemampuan. Dalam hal ini
penulis mengacu kepada pendapat dari Bandura yang menyatakan bahwa perkembangan kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh perkembangan
intelektual dan fungsi sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kemandirian belajar berkembang secara bertahap selama masa kanak-kanak
dan remaja. Dalam penelitian ini subyek yang akan diteliti masih dalam usia remaja sehingga masih terdapat kemungkinan bahwa kemandirian belajar siswa
masih dapat dipengaruhi oleh perkembangan intelektual dan fungsi sosial. Kemampuan kemandirian belajar yang berkembang selama masa
kanak-kanak dan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan sebab-
akibat. Faktor pribadi adalah bagaimana seseorang mengatur strategi perilaku dan lingkungan belajar. Faktor perilaku dapat mempengaruhi pribadi dengan
cara evaluasi diri apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan
40
awal. Kemudian
faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku
untuk memanipulasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan
Bandura yang menyebutkan bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa lingkungan sosial yang
mempengaruhi standar tingkah laku yang digunakan untuk menilai prestasi diri. Faktor internal berupa pengaturan diri sendiri yang berupa observasi diri,
penilaian atau evaluasi, dan reaksi diri. Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Untuk lingkungan sosial dapat berupa lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Untuk anak yang telah bersekolah,
lingkungan sekolah adalah tempat yang hampir setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah. Oleh karena itu sekolah dapat memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perkembangan remaja. Dalam hal ini penulis mengacu kepada pendapat Sarlito yang menyebutkan pengaruh lingkungan pada tahap
yang pertama diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan pertemanan merupakan hubungan yang terikat oleh minat yang
sama, kepentingan bersama dan saling membagi perasaan, saling tolong- menolong untuk memecahkan masalah bersama. Hal tersebut juga terjadi
ketika siswa usia remaja memasuki suatu komunitas yang memiliki minat di bidang yang sama seperti OSIS dan ekstrakurikuler Bola Basket.
Siswa pengurus OSIS ataupun siswa anggota ekstrakurikuler bola basket sama-sama dipertemukan oleh minat yang sama walau dalam bidang
yang berbeda. OSIS merupakan tempat untuk memupuk minat dalam
41
berorganisasi, sedangkan ekstrakurikuler bola basket adalah tempat untuk mengembangkan minat dan bakat dalam olahraga bola basket. Perbedaaan lain
yang terlihat dari kedua kegiatan tersebut adalah untuk pemecahan permasalahan di dalam OSIS dibutuhkan kreativitas, logika dan kekompakan,
karena sebagian besar permasalah yang timbul di dalan OSIS adalah bagaimana mereka melaksanakan program dengan baik. Untuk permasalahan
yang sering muncul dalam ekstrakurikuler bola basket adalah bagaimana mereka dapat memenangkan suatu pertandingan, oleh karena itu dibutuhkanlah
kedisiplinan dalam berlatih, kekompakan, dan kerjasama tim. Namun untuk beberapa hal kedua kegiatan tersebut memiliki persamaan, seperti
dibutuhkanlah kedisiplinan, rasa tanggung jawab, kreativitas, kekompakan, kerjasama, dan saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah bersama.
Walau memiliki banyak persamaan tetap saja kedua kegiatan tersebut sangat berbeda, karena OSIS dan ekstrakurikuler bola basket berada dalam bidang
yang berbeda. Untuk lebih singkatnya ekstrakurikuler bola basket lebih membutuhkan ketahanan fisik yang lebih baik, sedangkan OSIS membutuhkan
kemampuan berpikir yang lebih baik. Pengaruh dari hubungan pertemanan yang terjadi di dalam kedua
kegiatan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana perilaku remaja. Selain itu dari kegiatan yang dilaksanakan pada OSIS dan ekstrakurikuler bola basket
dapat mempengaruhi bagaimana siswa menyelesaikan permasalahannya. Karena seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa siswa pengurus
OSIS diharapkan memiliki kemampuan berpikir yang lebih baik, sedangkan
42
siswa anggota ekstrakurikuler diharapkan memiliki kemampuan fisik yang lebih baik. Hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana siswa menggunakan
strategi kemandirian belajar. Strategi kemandirian belajar adalah tindakan dan proses yang dilakukan
untuk memperoleh informasi atau kemampuan oleh peserta didik. Strategi tersebut dapat berupa memanipulasi bahan ajar, merangkum, mengorganisir,
membuat catatan, berlatih dan menghafal. Strategi kemandirian belajar tersebut membutuhkan kemampuan kognitif yang terlatih. Jika dikaitkan dengan
kegiatan OSIS yang membutuhkan kemampuan kognitif dalam penyelesaian masalahnya maka dapat terjadi kemungkinan bahwa siswa yang aktif pada
kegiatan OSIS dapat menerapkan strategi kemandirian belajar yang lebih baik. Dibandingkan dengan kegiatan ekstrakurikuler bola basket yang lebih
menekankan kepada kemampuan fisik.
F. Kajian Penelitian yang Relevan