3. Anak Tunagrahita
Menurut Karyana dan Widati 2013: 17, tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran. Dilanjutkan oleh Karyana dan Widati, pengertian
tunagrahita adalah sebagai berikut: a.
Kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata sub-average, yaitu IQ 84 ke bawah sesuai tes.
b. Kelainan yang muncul sebelum usia 16 tahun.
c. Kelainan yang menunjukkan hambatan dan perilaku adaptif.
Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan optimal Somantri, 2012: 105. Menurut Apriyanto 2012: 21 anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah seseorang yang mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata,
mengalami kesulitan dalam komunikasi dan sosial sehingga memerlukan layanan pendidikan yang khusus.
4. Sekolah Luar Biasa
Menurut Bratanata 1984: 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud menetapkan penggunaan istilah sama bagi
sekolah-sekolah tempat mendidik para penyandang cacat dengan istilah
“Sekolah Luar Biasa” disingkat SLB. Untuk menentukan jenis penyandang cacat mana yang dapat diterima pada sekolah tersebut di
belakangnya diberi tanda urutan alfabetis, seperti: a.
Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunanetra di singkat menjadi SLBA. Kalau ia sekolah negeri maka di belakang SLB ditambah N,
jadi SLBNA. b.
Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunarungu di singkat SLBB. Kalau negeri menjadi SLBNB.
c. Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunagrahita terbelakang di singkat
SLBC untuk negeri SLBNC. d.
Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunadaksa di singkat SLBD untuk negeri SLBND.
e. Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunalaras di singkat SLBE untuk
negeri SLBNE. f.
Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak berbakat cerdas di singkat SLBF untuk negeri SLBNF.
g. Sekolah Luar Biasa bagi anak-anak tunaganda multiple handicapped
di singkat SLBG untuk negeri SLBNG.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau yang disingkat dengan USPN Pasal 8 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Warga
negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh perhatian khusus
” Muljono, 1994: 243. Hal ini dapat diartikan bahwa semua warga berhak mendapatkan pendidikan, termasuk warga yang cacat
fisik maupun mental. Selanjutnya menurut Muljono 1994: 244 yang dimaksud dengan
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental seperti yang tertulis dalam USPN Bab III pasal 3 ayat 1 sampai ayat 5 ialah:
a. Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan atau mental
atau perilaku. b.
Kelainan fisik meliputi tunanetra, tunarungu dan tunadaksa. c.
Kelainan mental meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang. d.
Kelainan perilaku meliputi tunalaras.
e. Kelainan peserta didik dapat berwujud sebagai kelainan ganda.
Secara lebih khusus Bratanata 1977: 11 menjelaskan tujuan pendidikan luar biasa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Agar anak menjadi warga negara yang ber-Pancasila dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. b.
Agar anak memiliki jasmani dan rohani yang sehat. c.
Agar anak dapat menghayati kemampuannya, menyadari dan menerima keadaan dirinya secara positif dan selalu berusaha
memperkembangkannya. d.
Agar anak dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan hidup, yaitu dapat berkomunikasi, mampu mengerti dan menghargai
pendapat pandangan orang lain, mampu mentafsirkan fenomena- fenomena kehidupan dan penghidupan di lingkungannya yang selalu
berubah-ubah bagi yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi.
e. Agar anak dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk di
kemudian hari dapat bertanggungjawab pada dirinya sendiri, pada lingkungannya dan dapat mencari nafkah bagi yang mampu dididik.
f. Agar anak dapat menolong diri sendiri dan dapat mengembangkan rasa
aman dan bahagia kepada lingkungannya keluarganya bagi yang kurang mampu dididik, yaitu yang mampu latih.
g. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang
mempunyai watak, budi dan sikap luhur dan menyadari akan tanggungjawabnya
sebagai anggota
keluarga, masyarakat
lingkungannya dan masyarakat bangsanya. Dapat disimpulkan bahwa semua warga negara berhak
mendapatkan pendidikan, termasuk warga yang cacat fisik maupun mental. Sekolah luar biasa ialah sebuah sekolah yang dikhususkan untuk
anak-anak berkebutuhan khusus. SLB bertujuan membantu peserta didik
yang menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar.