Anak Tunaganda Kerangka Teori

e. Kelainan peserta didik dapat berwujud sebagai kelainan ganda. Secara lebih khusus Bratanata 1977: 11 menjelaskan tujuan pendidikan luar biasa dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Agar anak menjadi warga negara yang ber-Pancasila dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Agar anak memiliki jasmani dan rohani yang sehat. c. Agar anak dapat menghayati kemampuannya, menyadari dan menerima keadaan dirinya secara positif dan selalu berusaha memperkembangkannya. d. Agar anak dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan hidup, yaitu dapat berkomunikasi, mampu mengerti dan menghargai pendapat pandangan orang lain, mampu mentafsirkan fenomena- fenomena kehidupan dan penghidupan di lingkungannya yang selalu berubah-ubah bagi yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi. e. Agar anak dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan untuk di kemudian hari dapat bertanggungjawab pada dirinya sendiri, pada lingkungannya dan dapat mencari nafkah bagi yang mampu dididik. f. Agar anak dapat menolong diri sendiri dan dapat mengembangkan rasa aman dan bahagia kepada lingkungannya keluarganya bagi yang kurang mampu dididik, yaitu yang mampu latih. g. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang mempunyai watak, budi dan sikap luhur dan menyadari akan tanggungjawabnya sebagai anggota keluarga, masyarakat lingkungannya dan masyarakat bangsanya. Dapat disimpulkan bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan, termasuk warga yang cacat fisik maupun mental. Sekolah luar biasa ialah sebuah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. SLB bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar.

5. Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah lalu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sugihartono 2007: 74 mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Slameto 2003: 5 menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Aunurrahman 2010: 35 menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting. Kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan di mana saja.