Akuntansi Sektor Publik Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

menyusun neraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005.

2.2. Telaah Pustaka

2.2.1. Akuntansi Sektor Publik

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba negara Joedono, 2000 dalam Halim 2006: 251. Abdullah dalam Halim, 2006: 251 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan; lawan dari sektor publik adalah sektor privatswastabisnis. Bahasan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak- pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Pemerintah yang dimaksud dapat mencakup pemerintah pusat, provinsi, dan kabupatenkota Halim, 2006: 252.

2.2.2. Standar dan Sistem Akuntansi

Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. penyusun standar atau yang berwenang untuk diberlakukan dalam suatu lingkungannegara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama dalam memperlakukan pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian, dan penyajian suatu objek, elemen, atau pos pelaporan Suwardjono, 2005: 122. Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi, yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan SAP yang telah ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor BPK akan menggunakannya sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit, dengan demikian standar akuntansi yaitu SAP menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor. Menurut Indra Bastian 2006: 20, terdapat empat sistem akuntansi sektor publik, yaitu sistem akuntansi anggaran, sistem akuntansi dana, sistem akuntansi komitmen, dan sistem akuntansi akrual, yaitu dengan uraian sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi Anggaran

Sistem akuntansi anggaran adalah sistem akuntansi yang mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi berdasarkan anggaran pendapatan ataupun belanja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Sistem Akuntansi Dana

Sistem akuntansi dana adalah metode pelaporan yang mendefinisikan unit pelaporan sebagai dana dan organisasi sebagai tempat penampungan polling dana. Akuntansi dana pada prinsipnya mencatat seluruh transaksi keuangan, baik anggaran keuangan pendapatan dan pengeluaran maupun realisasinya, atau mencatat seluruh mutasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas atau saldo dana.

3. Sistem Akuntansi Komitmen

Sistem akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan komitmen oleh manajemen organisasi. Sistem akuntansi komitmen dipergunakan untuk mengendalikan anggaran belanja organisasi.

4. Sistem Akuntansi Akrual

Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual di Indonesia adalah penerbitan Manual Akuntansi Keuangan Daerah Tahun 2001 Bastian, 2001. Orientasi basis akrual telah dinyatakan dalam bagian tujuan manual yaitu sabagai pedoman, fungsi manajemen, penyajian laporan keuangan, keseimbangan antara transparansi dan akuntabilitas, sebagai alat pengendalian. Berikutnya untuk menjelaskan akuntansi akrual tersebut agar dapat diterapkan dengan baik, perlu disusun suatu rangkaian sisdur akuntansi keuangan pemerintahan yang berbasis akrual. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. SAP merupakan standar yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah, maka sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan sesuai SAP. Kewenangan menetapkan atau mengatur sistem akuntansi tidak berada di Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP tetapi berada di Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat; dan gubernur, bupati, walikota untuk masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota.

2.2.3. Sistem Pencatatan

Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple entry Halim, 2006: 43. Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi. Berikut penjelasan masing-masing sistem pencatatan :

1. Single Entry

Sistem pencatatan single entry sering disebut juga tata buku tunggal atau tata buku, dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan, dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Double Entry

Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal. Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit, sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva dicatat pada sisi kredit, hal yang sama dilakukan untuk mencatat belanja. Sebaliknya untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan; apabila suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang maka pencatatan dilakukan pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang maka pencatatan dilakukan pada sisi debit, hal serupa untuk ekuitas dana dan pendapatan.

3. Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. 2.2.4. Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005 2.2.4.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Pemerintahan Dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. SAP diperlukan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negaradaerah danatau kuasa bendaharawan umum negaradaerah. Penyusunan Laporan Arus Kas di instansi pemerintah pusat dilaksanakan oleh Departemen Keuangan sebagai bendaharawan umum negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 55 ayat 4 disebutkan bahwa pengelolaan APBN diselenggarakan sesuai dengan SAP, dalam menyusun SAP tersebut Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005. Keanggotaan KSAP terdiri dari sembilan orang yang seluruhnya adalah orang-orang yang bekerja dalam Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah KSAPD yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Seluruh draf yang telah dihasilkan oleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. KSAPD yaitu satu Kerangka Konseptual dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP, setelah melalui pembahasan dan berbagai penyempurnaan diterima oleh KSAP untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah PP, yaitu PP Nomor 24 Tahun 2005. SAP yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari Kerangka Konseptual KK dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP, yaitu: PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran PSAP 03 : Laporan Arus Kas PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan PSAP 05 : Akuntansi Persediaan PSAP 06 : Akuntansi Investasi PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4.2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 05 Tentang Akuntansi Persediaan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan. Standar ini mengatur perlakuan akuntansi persediaan pemerintah pusat dan daerah yang meliputi: definisi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.

1. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual danatau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dapat meliputi: 1 Barang konsumsi; 2 Amunisi; 3 Bahan untuk pemeliharaan; 4 Suku cadang; 5 Persediaan untuk tujuan strategisberjaga-jaga; 6 Pita cukai dan leges; 7 Bahan baku; 8 Barang dalam prosessetengah jadi; 9 Tanahbangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

2. Pengakuan Persediaan

Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya danatau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai persediaan.

3. Pengukuran Persediaan

Persediaan dinilai sebesar : 1 Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; 2 Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; 3 Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasirampasan; Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.

4. Pengungkapan Persediaan

Laporan keuangan mengungkapkan: 1 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; 2 Penjelasan lebih tanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; 3 Kondisi persediaan. 2.2.4.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap yang meliputi : pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian.

1. Aset Tetap

Aset tetap menurut SAP adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap menurut SAP: 1 Tanah; 2 Peralatan dan Mesin; 3 Gedung dan Bangunan; 4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan; 5 Aset Tetap Lainnya; dan 6 Konstruksi dalam Pengerjaan.

3. Pengakuan Aset Tetap

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: 1 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan; 2 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; 3 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan 4 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Penentuan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12 dua belas bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak langsung bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan danatau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor, apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli akta dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

4. Pengukuran Aset Tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut: 1 Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat carrying amount; 2 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan, dan perubahan nilai jika ada, serta mutasi aset tetap lainnya; 3 Informasi penyusutan. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: 1 Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap; 2 Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap; 3 Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan 4 Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap. Penentuan nilai kapitalisasi dalam akuntansi BMN mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01KM.122001 tanggal 18 Mei 2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang MilikKekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.

6. Penyajian Aset Tetap

Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan, apabila terjadi kondisi yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun Aset Tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap.

7. Penilaian Awal Aset Tetap

Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan; bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap Hadiah atau hibah adalah barang atau jasa yang mempunyai manfaat ekonomik yang besar yang diperoleh perusahaan dengan kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang tersebut. Contohnya adalah aset yang diperoleh melalui sumbangan atau hibah adalah aset yang diperoleh tanpa kos, oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba earning power yang biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi rate of return on investment Suwardjono, 2005 : 271.

8. Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan atau depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. Depresiasi untuk suatu periode harus Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset Suwardjono, 2005: 237. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang, dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain: 1 Metode garis lurus straight line method; 2 Metode saldo menurun ganda double declining balance method; 3 Metode unit produksi unit of production method.

2.2.4.4. Basis Akuntansi

Secara konseptual hanya dikenal dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual, basis diantara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas menuju basis akrual Halim, 2007: 48. Apabila kita bergerak dari basis kas ke basis akrual maka akan semakian banyak tujuan laporan keuangan yang dapat dipenuhi, dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh dari basis lain akan dapat disediakan. Basis kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana, menurut basis ini transaksi diakuidicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas yaitu menaikkan atau menurunkan kas. Suatu transaksi ekonomi yang tidak berpengaruh pada kas maka transaksi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tersebut tidak akan dicatat, padahal suatu transaksi tidak selalu berpengaruh pada kas. SAP menghendaki adanya laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Tidak mungkin suatu entitas menghasilkan laporan keuangan tersebut dengan hanya mengandalkan dasar kas, karena basis kas hanya menghasilkan informasi mengenai kas dan tidak mencakup informasi mengenai kekayaan entitas selain kas. Basis akrual mampu menghasilkan informasi guna penyusunan laporan keuangan di atas. Basis akrual dapat memenuhi tujuan pelaporan yang tidak dapat dipenuhi oleh basis kas. Mengingat basis kas sudah digunakan selama bertahun-tahun, maka penerapan basis akrual secara langsung adalah kurang realistis, berikut adalah keempat basis akuntansi yang merupakan langkah transisi dari basis kas menuju basis akrual Halim, 2007: 49, yaitu:

1. Basis Kas

Basis kas menetapkan pengakuanpencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas, apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat.

2. Basis Akrual

Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, oleh karena itu transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.

3. Basis Kas Modifikasian

Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat pada saat uang diterima atau dibayar basis kas, pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisasi basis akrual.

4. Basis Akrual Modifikasian

Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi tertentu, dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh pertimbangan kepraktisan. Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju akrual yang disebut cash towards accrual; dengan basis ini pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas; sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4.5. Penyusunan Neraca Awal Pemerintah

Penyusunan neraca awal sangat penting bagi pemerintah dalam menentukan nilai aset yang dikuasainya. Neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi dasar untuk pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya, dengan adanya neraca awal maka pencatatan transaksi pada periode-periode berikutnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan akan lebih mudah, oleh karena itu KSAP telah menyusun pedoman dalam bentuk Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal, yaitu Buletin Teknis SAP Nomor : 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat. Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal dimaksudkan memberikan arahan dan pedoman untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam menyusun neraca awal, serta bertujuan membantu entitas pelaporan dalam menyusun neraca awal yang sesuai dengan SAP. Biasanya pemerintah tidak mempunyai data yang memadai untuk menentukan nilai aset tetap yang dikuasainya pada saat penyusunan neraca awal, maka diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset tetap dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan keadaan pasar pada waktu itu. Nilai wajar fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu obyek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Nilai wajar suatu aset atau kewajiban adalah suatu jumlah rupiah yang dengannya aset dapat dibeli Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. terjadidisepakati atau dijual atau dilunasi dalam suatu transaksi antara pihak berkehendak, bukan dari penjualan paksaan atau likuidasi Suwardjono, 2005: 199. Berikut adalah nilai persediaan dan nilai wajar aset tetap yang dicantumkan dalam neraca awal menurut Buletin Teknis SAP Nomor 01, tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, yaitu:

1. Persediaan

Nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah sebesar hasil inventarisasi fisik berdasarkan harga pembelian terakhir.

2. Tanah

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan, yang dapat dikelompokkan di neraca meliputi tanah persil dan nonpersil. Nilai tanah yang dicantumkan dalam neraca awal adalah nilai wajar pada tanggal neraca awal, yaitu harga perolehan jika tanah tersebut dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal. Tanah yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca atau yang dapat mewakili harga pasar, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama, apabila tidak terdapat banyak transaksi jual Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. beli tanah pada sekitar tanggal neraca, sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar, apabila tidak terdapat nilai pasar, entitas dapat menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP terakhir atau dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten.

3. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat pemboran; alat produksi dan pengolahan; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 dua belas bulan dan dalam kondisi siap digunakan. Nilai wajar untuk peralatan dan mesin yang dicantumkan dalam neraca awal adalah biaya perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang sama, apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal atau tim penilai yang kompeten dengan memperhitungkan faktor penyusutan, jika terlalu mahal biayanya dan memakan waktu lama maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. oleh instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.

4. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai gedung dan bangunan meliputi: bangunan gedung; monumen; bangunan menara; rambu-rambu; dan tugu titik kontrol. Nilai wajar gedung dan bangunan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah harga perolehan jika gedung dan bangunan tersebut dibeli atau dibangun setahun atau kurang dari tanggal neraca awal. Gedung dan bangunan yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP terakhir, jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP dapat digunakan nilai dari perusahaan jasa penilai resmi atau membentuk tim penilai yang kompeten appraisal.

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. jalan, irigasi, dan jaringan di neraca meliputi: jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan yang dicantumkan dalam neraca awal ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset dari instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.

6. Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai aset tetap lainnya di neraca meliputi: koleksi perpustakaanbuku; barang bercorak senibudayaolah raga; hewan; ikan; dan tanaman. Nilai aset tetap lainnya untuk keperluan penyusunan neraca awal menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.

7. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari aset tetap yang belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca awal, dokumen sumber untuk mencantumkan nilai konstruksi dalam pengerjaan ini adalah akumulasi seluruh nilai SPM yang telah dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal neraca. Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap.

2.2.4.6. Jurnal Mencatat Saldo Awal

Jurnal untuk mencatat saldo awal persediaan adalah sebagai berikut: Kode Akun Uraian Debet Kredit XXXX Persediaan XXX XXXX Cadangan Persediaan XXX Sumber : PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap Jurnal untuk mencatat saldo awal aset tetap dalam penyusunan neraca awal adalah sebagai berikut: Kode Akun Uraian Debet Kredit XXXX Tanah XXX XXXX Peralatan dan Mesin XXX XXXX Gedung dan Bangunan XXX XXXX Jalan, Irigasi, dan Jaringan XXX XXXX Aset Tetap Lainnya XXX XXXX Konstruksi Dalam Pengerjaan XXX XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXXX Sumber : PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

UU Nomor 1Tahun 2004 pasal 7 ayat 2.o memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP pasal 6 ayat 2 menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Untuk itu pemerintah telah mengembangkan suatu sistem akuntansi pemerintahan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis mulai dari pengumpulan data, pembukuan, dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP terdiri dari dua sistem utama, yaitu Sistem Akuntansi Pusat yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang bernaung pada Departemen Keuangan, dan Sistem Akuntansi Instansi SAI yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga non departemen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat : Gambar 2.1 : Kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP Sistem Akuntansi Pusat SiAP adalah sistem yang diselenggarakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang terdiri dari dua subsistem yaitu: 1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara SAKUN yang mengahasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN; dan 2. Sistem Akuntansi Umum SAU yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

2.2.5.1. Sistem Akuntansi Instansi SAI

Sistem Akuntansi Instansi SAI menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005 pasal 1.26, adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan Sistem Akuntansi Pusat SiAP Sistem Akuntansi Instansi SAI Sistem Akuntansi Kas Umum Negara SAKUN Sistem Akuntansi Umum SAU SABMN Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SAK Sistem Akuntansi Keuangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian negaralembaga. Sistem Akuntansi Instansi SAI diselenggarakan oleh kementerian negaralembaga, terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi Keuangan SAK dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN. SAK digunakan untuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran, sedangkan SABMN digunakan untuk pertanggungjawaban penatausahaan barang milik negara. Kementerian negaralembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Instansi SAI: Gambar 2.2 : Kerangka Sistem Akuntansi Instansi SAI Sistem Akuntansi Keuangan SAK dilaksanakan oleh unit akuntansi keuangan, sedangkan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN dilaksanakan oleh unit akuntansi barang. SABMN akan memberikan data berupa arsip data komputer ADK kepada Sistem Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca. SAK Sistem Akuntansi Keuangan SABMN Sistem Akuntansi Barang Milik Negara ADK Sistem Akuntansi Instansi SAI Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kementerian negaralembaga dalam melaksanakan SAI membentuk unit akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi. Unit akuntansi instansi terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang. Unit Akuntansi Keuangan, terdiri dari : 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran UAPA yang berada pada tingkat kementerian negaralembaga; 2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 UAPPA- E1 yang berada pada tingkat Eselon 1; 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah UAPPA-W yang berada pada tingkat wilayahprovinsi; dan 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA yang berada pada tingkat satuan kerja. Unit Akuntansi Barang, terdiri dari : 1. Unit Akuntansi Pengguna Barang UAPB yang berada pada tingkat kementerian negaralembaga; 2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 UAPPB-E1 yang berada pada tingkat eselon 1; 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah UAPPB-W yang berada pada tingkat wilayahprovinsi; dan 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang UAKPB yang berada pada tingkat satuan kerja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yang berada pada tingkat satuan kerja yang selanjutnya disebut UAKPA dan UAKPB.

2.2.5.2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN

Barang Milik Negara BMN menurut UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, antara lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan penghapusan, dan rampasansitaan. BMN terdiri dari aset tetap dan persediaan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan masyarakat umum. Sedangkan persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang yang dimaksudkan untuk dijual danatau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, misalnya barang habis pakai alat tulis kantor, suku cadang, barang untuk pemeliharaan dan sebagainya. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005 pasal 1.27 adalah subsistem dari SAI, yang merupakan serangkaian prosedur yang saling Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Satuan kerja selaku pengguna barang wajib menyelenggarakan akuntansi Barang Milik Negara BMN yang berada dalam tanggungjawabnya. Penyelenggaraan akuntansi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan pengelolaan BMN pada satuan kementerianlembaga. Transaksi aset tetap dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Barang SAKPB untuk menghasilkan data transaksi BMN. SABMN akan memberikan data transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer ADK setiap bulan kepada Sistem Akuntansi Keuangan, kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran SAKPA untuk penyusunan neraca. Secara manual unit akuntansi BMN menyusun catatan ringkas Barang Milik Negara. Catatan ringkas BMN disampaikan ke unit akuntansi keungan sebagai bahan penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan. Akuntansi persediaan dilaksanakan oleh UAKPB berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40PB2006, tentang Pedoman Akuntansi Persediaan. Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan dalam bentuk kartu untuk setiap jenis barang. Berdasarkan saldo per jenis persediaan pada Buku Persediaan disusun Laporan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Persediaan. Laporan persediaan disusun menurut subkelompok barang yang dapat diklasifikasikan sesuai SK Menkeu Nomor 18KMK.0181999, dan dilaporkan setiap semester. Laporan persediaan dibuat berdasarkan pada saldo pada akhir periode pelaporan sesuai hasil inventarisasi fisik. Selanjutnya buku persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi tersebut. UAKPA yang belum menggunakan aplikasi persediaan, pada setiap akhir semester harus membuat jurnal aset untuk mencatat nilai persediaan berdasarkan laporan persediaan yang diterima dari UAKPB berdasarkan harga pembelian terakhir. Jurnal tersebut direkam melalui aplikasi SAKPA untuk menyusun laporan keuangan berupa neraca. Keluaran SABMN menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang satuan kerja adalah sebagai berikut: 1. Kartu Inventaris Barang KIB 2. Daftar Inventaris Ruangan DIR 3. Daftar Inventaris Lainnya DIL 4. Buku Persediaan 5. Buku Inventaris Intrakomptabel 6. Buku Inventaris Ekstrakomptabel 7. Buku Barang Bersejarah 8. Laporan Barang Milik Negara Semester Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 9. Laporan Barang Milik Negara Tahunan 10. Laporan Kondisi Barang LKB 11. Administrasi Data Komputer ADK

2.2.5.3. Sistem Akuntansi Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 59PMK.062005 Pasal 9, menyebutkan bahwa setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan satuan kerja. Sistem Akuntansi Keuangan pada UAKPA menerima data transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer ADK setiap bulan dan Catatan Ringkasan BMN dari SABMN, kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran SAKPA untuk menyusun neraca dan menyusun catatan atas laporan keuangan secara manual.

2.3 Alur Pikir Penelitian

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, mewajibkan menteri atau pimpinan lembaga untuk menyusun laporan keuangan dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, kemudian Menteri Keuangan akan menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP yang tardiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.