menyusun neraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005.
2.2. Telaah Pustaka
2.2.1. Akuntansi Sektor Publik
Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba negara Joedono, 2000 dalam Halim 2006:
251. Abdullah dalam Halim, 2006: 251 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit
organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat, seperti
kesehatan, pendidikan, dan keamanan; lawan dari sektor publik adalah sektor privatswastabisnis.
Bahasan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-
pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Pemerintah yang dimaksud dapat mencakup pemerintah pusat, provinsi,
dan kabupatenkota Halim, 2006: 252.
2.2.2. Standar dan Sistem Akuntansi
Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penyusun standar atau yang berwenang untuk diberlakukan dalam suatu lingkungannegara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna
mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama dalam memperlakukan
pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian, dan penyajian suatu objek, elemen, atau pos pelaporan Suwardjono, 2005: 122.
Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi, yaitu Standar
Akuntansi Pemerintahan SAP yang telah ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan
menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor BPK akan menggunakannya
sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit, dengan demikian standar akuntansi yaitu SAP menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara
penyusun, pengguna, dan auditor. Menurut Indra Bastian 2006: 20, terdapat empat sistem akuntansi
sektor publik, yaitu sistem akuntansi anggaran, sistem akuntansi dana, sistem akuntansi komitmen, dan sistem akuntansi akrual, yaitu dengan
uraian sebagai berikut:
1. Sistem Akuntansi Anggaran
Sistem akuntansi anggaran adalah sistem akuntansi yang mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi berdasarkan
anggaran pendapatan ataupun belanja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Sistem Akuntansi Dana
Sistem akuntansi dana adalah metode pelaporan yang mendefinisikan unit pelaporan sebagai dana dan organisasi sebagai tempat
penampungan polling dana. Akuntansi dana pada prinsipnya mencatat seluruh transaksi keuangan, baik anggaran keuangan
pendapatan dan pengeluaran maupun realisasinya, atau mencatat seluruh mutasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas atau saldo dana.
3. Sistem Akuntansi Komitmen
Sistem akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan komitmen oleh manajemen
organisasi. Sistem akuntansi komitmen dipergunakan untuk mengendalikan anggaran belanja organisasi.
4. Sistem Akuntansi Akrual
Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual di Indonesia adalah penerbitan Manual Akuntansi Keuangan Daerah Tahun 2001
Bastian, 2001. Orientasi basis akrual telah dinyatakan dalam bagian tujuan manual yaitu sabagai pedoman, fungsi manajemen, penyajian
laporan keuangan, keseimbangan antara transparansi dan
akuntabilitas, sebagai alat pengendalian. Berikutnya untuk menjelaskan akuntansi akrual tersebut agar dapat diterapkan dengan
baik, perlu disusun suatu rangkaian sisdur akuntansi keuangan pemerintahan yang berbasis akrual.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
SAP merupakan standar yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah, maka sistem akuntansi pemerintah harus
dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan sesuai SAP. Kewenangan menetapkan atau mengatur sistem akuntansi tidak berada di Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP tetapi berada di Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat; dan gubernur, bupati, walikota untuk
masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota.
2.2.3. Sistem Pencatatan
Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple
entry Halim, 2006: 43. Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan, pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry,
sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembukuan
merupakan bagian dari akuntansi. Berikut penjelasan masing-masing sistem pencatatan :
1. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga tata buku tunggal atau tata buku, dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi
dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan, dan transaksi
yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu
transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal.
Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit, sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva dicatat pada sisi
kredit, hal yang sama dilakukan untuk mencatat belanja. Sebaliknya untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan; apabila suatu transaksi
mengakibatkan bertambahnya utang maka pencatatan dilakukan pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang maka
pencatatan dilakukan pada sisi debit, hal serupa untuk ekuitas dana dan pendapatan.
3. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah
dengan pencatatan pada buku anggaran.
2.2.4. Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005 2.2.4.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Pemerintahan
Dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. SAP
diperlukan dalam rangka penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negaradaerah
danatau kuasa bendaharawan umum negaradaerah. Penyusunan Laporan Arus Kas di instansi pemerintah pusat dilaksanakan oleh
Departemen Keuangan sebagai bendaharawan umum negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pasal 55 ayat 4 disebutkan bahwa pengelolaan APBN diselenggarakan sesuai dengan SAP, dalam menyusun SAP tersebut
Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, sebagaimana
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005. Keanggotaan KSAP terdiri dari sembilan orang yang seluruhnya
adalah orang-orang yang bekerja dalam Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah KSAPD yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan. Seluruh draf yang telah dihasilkan oleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KSAPD yaitu satu Kerangka Konseptual dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP, setelah melalui pembahasan dan
berbagai penyempurnaan diterima oleh KSAP untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah PP, yaitu PP Nomor 24 Tahun 2005.
SAP yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari
Kerangka Konseptual KK dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP, yaitu:
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 03 : Laporan Arus Kas PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan PSAP 06 : Akuntansi Investasi
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4.2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 05 Tentang Akuntansi Persediaan
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu
disajikan dalam laporan keuangan. Standar ini mengatur perlakuan akuntansi persediaan pemerintah pusat dan daerah yang meliputi: definisi,
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.
1. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual danatau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dapat meliputi: 1 Barang konsumsi;
2 Amunisi; 3 Bahan untuk pemeliharaan;
4 Suku cadang; 5 Persediaan untuk tujuan strategisberjaga-jaga;
6 Pita cukai dan leges; 7 Bahan baku;
8 Barang dalam prosessetengah jadi; 9 Tanahbangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10 Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
2. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya danatau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki
proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai persediaan.
3. Pengukuran Persediaan
Persediaan dinilai sebesar : 1
Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; 2
Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; 3
Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasirampasan;
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga,
rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal
yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
4. Pengungkapan Persediaan
Laporan keuangan mengungkapkan: 1 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2 Penjelasan lebih tanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
3 Kondisi persediaan. 2.2.4.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07
tentang Akuntansi Aset Tetap
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap yang meliputi : pengakuan, pengukuran,
pengungkapan, dan penyajian.
1. Aset Tetap
Aset tetap menurut SAP adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset
tetap menurut SAP: 1 Tanah;
2 Peralatan dan Mesin; 3 Gedung dan Bangunan;
4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan; 5 Aset Tetap Lainnya; dan
6 Konstruksi dalam Pengerjaan.
3. Pengakuan Aset Tetap
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
1 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan; 2 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan 4 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Penentuan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12
dua belas bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun
tidak langsung bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan danatau
penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor, apabila perolehan aset tetap belum
didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih
harus diselesaikan proses jual beli akta dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat
terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas
sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.
4. Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka
nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:
1 Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat carrying amount;
2 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan, dan
perubahan nilai jika ada, serta mutasi aset tetap lainnya; 3 Informasi penyusutan.
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1 Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap; 2 Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap; 3 Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
4 Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Penentuan nilai kapitalisasi dalam akuntansi BMN mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01KM.122001
tanggal 18 Mei 2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang
MilikKekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.
6. Penyajian Aset Tetap
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan, apabila terjadi kondisi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun Aset Tetap dan akun
Diinvestasikan dalam Aset Tetap PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap.
7. Penilaian Awal Aset Tetap
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap pada awalnya harus
diukur berdasarkan biaya perolehan; bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset
tersebut diperoleh PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap Hadiah atau hibah adalah barang atau jasa yang mempunyai
manfaat ekonomik yang besar yang diperoleh perusahaan dengan kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang tersebut. Contohnya
adalah aset yang diperoleh melalui sumbangan atau hibah adalah aset yang diperoleh tanpa kos, oleh karena itu pengakuan kos yang wajar
diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba earning power yang biasanya ditunjukkan oleh
tingkat kembalian investasi rate of return on investment Suwardjono, 2005 : 271.
8. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan atau depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. Depresiasi untuk suatu periode harus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau
pemberhentian aset Suwardjono, 2005: 237. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang, dan yang akan datang harus
dilakukan penyesuaian. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
1 Metode garis lurus straight line method; 2 Metode saldo menurun ganda double declining balance method;
3 Metode unit produksi unit of production method.
2.2.4.4. Basis Akuntansi
Secara konseptual hanya dikenal dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual, basis diantara keduanya hanya merupakan langkah
transisi dari basis kas menuju basis akrual Halim, 2007: 48. Apabila kita bergerak dari basis kas ke basis akrual maka akan
semakian banyak tujuan laporan keuangan yang dapat dipenuhi, dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh dari basis lain
akan dapat disediakan. Basis kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana,
menurut basis ini transaksi diakuidicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas yaitu menaikkan atau menurunkan kas. Suatu
transaksi ekonomi yang tidak berpengaruh pada kas maka transaksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tersebut tidak akan dicatat, padahal suatu transaksi tidak selalu berpengaruh pada kas.
SAP menghendaki adanya laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Tidak mungkin suatu entitas menghasilkan laporan keuangan tersebut dengan hanya mengandalkan dasar kas, karena basis kas hanya
menghasilkan informasi mengenai kas dan tidak mencakup informasi mengenai kekayaan entitas selain kas.
Basis akrual mampu menghasilkan informasi guna penyusunan laporan keuangan di atas. Basis akrual dapat memenuhi tujuan pelaporan
yang tidak dapat dipenuhi oleh basis kas. Mengingat basis kas sudah digunakan selama bertahun-tahun, maka penerapan basis akrual secara
langsung adalah kurang realistis, berikut adalah keempat basis akuntansi yang merupakan langkah transisi dari basis kas menuju basis akrual
Halim, 2007: 49, yaitu:
1. Basis Kas
Basis kas menetapkan pengakuanpencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada
kas, apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat.
2. Basis Akrual
Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar, oleh karena itu transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam
catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.
3. Basis Kas Modifikasian
Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat pada saat uang diterima atau dibayar basis kas, pada akhir periode dilakukan
penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan
kejadian dimaksud belum terealisasi basis akrual.
4. Basis Akrual Modifikasian
Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi tertentu, dan menggunakan basis akrual untuk
sebagian besar transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh pertimbangan kepraktisan.
Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas
menuju akrual yang disebut cash towards accrual; dengan basis ini pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas;
sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4.5. Penyusunan Neraca Awal Pemerintah
Penyusunan neraca awal sangat penting bagi pemerintah dalam menentukan nilai aset yang dikuasainya. Neraca awal merupakan titik
tolak dan akan menjadi dasar untuk pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya, dengan adanya neraca awal maka pencatatan
transaksi pada periode-periode berikutnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan akan lebih mudah, oleh karena itu KSAP telah
menyusun pedoman dalam bentuk Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal, yaitu Buletin Teknis SAP Nomor : 01 tentang Penyusunan Neraca
Awal Pemerintah Pusat. Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal dimaksudkan
memberikan arahan dan pedoman untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam menyusun neraca awal, serta bertujuan membantu
entitas pelaporan dalam menyusun neraca awal yang sesuai dengan SAP. Biasanya pemerintah tidak mempunyai data yang memadai untuk
menentukan nilai aset tetap yang dikuasainya pada saat penyusunan neraca awal, maka diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset tetap
dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan keadaan pasar pada waktu itu.
Nilai wajar fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu obyek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak
bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Nilai wajar suatu aset atau kewajiban adalah suatu jumlah rupiah yang dengannya aset dapat dibeli
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terjadidisepakati atau dijual atau dilunasi dalam suatu transaksi antara pihak berkehendak, bukan dari penjualan paksaan atau likuidasi
Suwardjono, 2005: 199. Berikut adalah nilai persediaan dan nilai wajar aset tetap yang
dicantumkan dalam neraca awal menurut Buletin Teknis SAP Nomor 01, tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, yaitu:
1. Persediaan
Nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah sebesar hasil inventarisasi fisik berdasarkan harga pembelian terakhir.
2. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan, yang dapat dikelompokkan di neraca meliputi tanah persil dan nonpersil.
Nilai tanah yang dicantumkan dalam neraca awal adalah nilai wajar pada tanggal neraca awal, yaitu harga perolehan jika tanah tersebut dibeli
setahun atau kurang dari tanggal neraca awal. Tanah yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca
awal, maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal
neraca atau yang dapat mewakili harga pasar, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama, apabila tidak terdapat banyak transaksi jual
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
beli tanah pada sekitar tanggal neraca, sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar, apabila tidak terdapat nilai pasar,
entitas dapat menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP terakhir atau dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau
tim penilai yang kompeten.
3. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah
tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat pemboran;
alat produksi dan pengolahan; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa
manfaatnya lebih dari 12 dua belas bulan dan dalam kondisi siap digunakan.
Nilai wajar untuk peralatan dan mesin yang dicantumkan dalam neraca awal adalah biaya perolehan jika peralatan dan mesin tersebut
dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan
dalam kondisi yang sama, apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal atau tim penilai yang kompeten dengan
memperhitungkan faktor penyusutan, jika terlalu mahal biayanya dan memakan waktu lama maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
oleh instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.
4. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai gedung dan bangunan meliputi:
bangunan gedung; monumen; bangunan menara; rambu-rambu; dan tugu titik kontrol.
Nilai wajar gedung dan bangunan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah harga perolehan jika gedung dan bangunan tersebut dibeli
atau dibangun setahun atau kurang dari tanggal neraca awal. Gedung dan bangunan yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca
awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP terakhir, jika terdapat alasan untuk tidak
menggunakan NJOP dapat digunakan nilai dari perusahaan jasa penilai resmi atau membentuk tim penilai yang kompeten appraisal.
5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam
kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jalan, irigasi, dan jaringan di neraca meliputi: jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan.
Nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan yang dicantumkan dalam neraca awal ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai
yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset dari
instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.
6. Aset Tetap Lainnya
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai aset tetap
lainnya di neraca meliputi: koleksi perpustakaanbuku; barang bercorak senibudayaolah raga; hewan; ikan; dan tanaman.
Nilai aset tetap lainnya untuk keperluan penyusunan neraca awal menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.
7. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan yang pada tanggal neraca belum selesai
dibangun seluruhnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari aset tetap yang
belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca awal, dokumen sumber untuk mencantumkan nilai konstruksi dalam pengerjaan ini adalah
akumulasi seluruh nilai SPM yang telah dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal neraca.
Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap.
2.2.4.6. Jurnal Mencatat Saldo Awal
Jurnal untuk mencatat saldo awal persediaan adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian
Debet Kredit
XXXX Persediaan
XXX XXXX
Cadangan Persediaan XXX
Sumber : PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap
Jurnal untuk mencatat saldo awal aset tetap dalam penyusunan
neraca awal adalah sebagai berikut:
Kode Akun Uraian
Debet Kredit
XXXX Tanah
XXX XXXX
Peralatan dan Mesin XXX
XXXX Gedung dan Bangunan
XXX XXXX
Jalan, Irigasi, dan Jaringan XXX
XXXX Aset Tetap Lainnya
XXX XXXX
Konstruksi Dalam Pengerjaan XXX
XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
XXXX Sumber : PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
UU Nomor 1Tahun 2004 pasal 7 ayat 2.o memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
untuk menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan SAP pasal 6 ayat 2 menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan. Untuk itu pemerintah telah mengembangkan suatu sistem akuntansi pemerintahan dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,
yaitu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis mulai dari pengumpulan data, pembukuan, dan
pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat.
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP terdiri dari dua sistem utama, yaitu Sistem Akuntansi Pusat yang diselenggarakan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang bernaung pada Departemen Keuangan, dan Sistem Akuntansi Instansi SAI yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga non departemen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat :
Gambar 2.1 : Kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP
Sistem Akuntansi Pusat SiAP adalah sistem yang diselenggarakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang terdiri dari dua subsistem yaitu:
1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara SAKUN yang mengahasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN; dan
2. Sistem Akuntansi Umum SAU yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
2.2.5.1. Sistem Akuntansi Instansi SAI
Sistem Akuntansi Instansi SAI menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005 pasal 1.26, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan Sistem Akuntansi
Pusat SiAP
Sistem Akuntansi Instansi
SAI
Sistem Akuntansi Kas Umum
Negara SAKUN Sistem
Akuntansi Umum SAU
SABMN Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara
SAK
Sistem Akuntansi
Keuangan
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
SAPP
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian negaralembaga.
Sistem Akuntansi Instansi SAI diselenggarakan oleh kementerian negaralembaga, terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi
Keuangan SAK dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN. SAK digunakan untuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran,
sedangkan SABMN digunakan untuk pertanggungjawaban
penatausahaan barang milik negara. Kementerian negaralembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Instansi SAI:
Gambar 2.2 : Kerangka Sistem Akuntansi Instansi SAI
Sistem Akuntansi Keuangan SAK dilaksanakan oleh unit akuntansi keuangan, sedangkan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
SABMN dilaksanakan oleh unit akuntansi barang. SABMN akan memberikan data berupa arsip data komputer ADK kepada Sistem
Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca. SAK
Sistem Akuntansi Keuangan
SABMN
Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara ADK
Sistem Akuntansi Instansi SAI
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kementerian negaralembaga dalam melaksanakan SAI membentuk unit akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi. Unit
akuntansi instansi terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang.
Unit Akuntansi Keuangan, terdiri dari : 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran UAPA yang berada pada
tingkat kementerian negaralembaga; 2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 UAPPA-
E1 yang berada pada tingkat Eselon 1; 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah UAPPA-W
yang berada pada tingkat wilayahprovinsi; dan 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA yang berada
pada tingkat satuan kerja. Unit Akuntansi Barang, terdiri dari :
1. Unit Akuntansi Pengguna Barang UAPB yang berada pada tingkat kementerian negaralembaga;
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 UAPPB-E1 yang berada pada tingkat eselon 1;
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah UAPPB-W yang berada pada tingkat wilayahprovinsi; dan
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang UAKPB yang berada pada tingkat satuan kerja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
yang berada pada tingkat satuan kerja yang selanjutnya disebut UAKPA dan UAKPB.
2.2.5.2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN
Barang Milik Negara BMN menurut UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, antara lain berupa transfer masuk, hibah,
pembatalan penghapusan, dan rampasansitaan. BMN terdiri dari aset tetap dan persediaan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan masyarakat umum. Sedangkan
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang yang
dimaksudkan untuk dijual danatau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, misalnya barang habis pakai alat tulis kantor, suku
cadang, barang untuk pemeliharaan dan sebagainya. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN menurut
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59PMK.062005 pasal 1.27 adalah subsistem dari SAI, yang merupakan serangkaian prosedur yang saling
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta
laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. Satuan kerja selaku pengguna barang wajib menyelenggarakan
akuntansi Barang Milik Negara BMN yang berada dalam tanggungjawabnya. Penyelenggaraan akuntansi ini dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan pengelolaan BMN pada satuan kementerianlembaga.
Transaksi aset tetap dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara SABMN diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna
Barang SAKPB untuk menghasilkan data transaksi BMN. SABMN akan memberikan data transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer ADK
setiap bulan kepada Sistem Akuntansi Keuangan, kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran SAKPA
untuk penyusunan neraca. Secara manual unit akuntansi BMN menyusun catatan ringkas
Barang Milik Negara. Catatan ringkas BMN disampaikan ke unit akuntansi keungan sebagai bahan penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan.
Akuntansi persediaan dilaksanakan oleh UAKPB berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40PB2006,
tentang Pedoman Akuntansi Persediaan. Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan dalam bentuk kartu untuk setiap jenis barang. Berdasarkan
saldo per jenis persediaan pada Buku Persediaan disusun Laporan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Persediaan. Laporan persediaan disusun menurut subkelompok barang yang dapat diklasifikasikan sesuai SK Menkeu Nomor 18KMK.0181999,
dan dilaporkan setiap semester. Laporan persediaan dibuat berdasarkan pada saldo pada akhir periode pelaporan sesuai hasil inventarisasi fisik.
Selanjutnya buku persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi tersebut.
UAKPA yang belum menggunakan aplikasi persediaan, pada setiap akhir semester harus membuat jurnal aset untuk mencatat nilai persediaan
berdasarkan laporan persediaan yang diterima dari UAKPB berdasarkan harga pembelian terakhir. Jurnal tersebut direkam melalui aplikasi SAKPA
untuk menyusun laporan keuangan berupa neraca. Keluaran SABMN menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No.
59PMK.062005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
satuan kerja adalah sebagai berikut: 1. Kartu Inventaris Barang KIB
2. Daftar Inventaris Ruangan DIR 3. Daftar Inventaris Lainnya DIL
4. Buku Persediaan 5. Buku Inventaris Intrakomptabel
6. Buku Inventaris Ekstrakomptabel 7. Buku Barang Bersejarah
8. Laporan Barang Milik Negara Semester
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9. Laporan Barang Milik Negara Tahunan 10. Laporan Kondisi Barang LKB
11. Administrasi Data Komputer ADK
2.2.5.3. Sistem Akuntansi Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 59PMK.062005 Pasal 9, menyebutkan bahwa setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
UAKPA wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan satuan kerja. Sistem Akuntansi Keuangan pada UAKPA menerima data
transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer ADK setiap bulan dan Catatan Ringkasan BMN dari SABMN, kemudian diproses melalui aplikasi
Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran SAKPA untuk menyusun neraca dan menyusun catatan atas laporan keuangan secara manual.
2.3 Alur Pikir Penelitian
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, mewajibkan menteri atau pimpinan lembaga untuk menyusun laporan
keuangan dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, kemudian Menteri Keuangan
akan menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP yang tardiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.