Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntansi Persediaan dan Aset Tetap Studi Kasus Pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

(1)

STUDI KASUS PADA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Oleh :

SYAFA’ATUL LAILIYAH

NPM: 0662020020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah tesis saya ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan adanya unsur-unsur jiplakan, saya bersedia tesis ini dibatalkan, dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Magister) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU. No. 20 Tahun 2003 pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, 10 Januari 2009


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis ini dengan judul "Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntansi Persediaan dan Aset Tetap Studi Kasus Pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya” untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas akhir, guna mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur di Surabaya.

Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. M. Nasih, MT. Ak., selaku dosen pembimbing utama, dan Dra. Ec. Diah Hari Suryaningrum, Msi. Ak., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan dukungan, masukan, dan saran selama proses penelitian tesis ini. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur;

2. Dr. lr. Zainal Abidin, MS., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur;

3. Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. Ak., selaku Ketua Program Magister Akuntansi (Sektor Publik) Universitas Pembangunan Nasional


(4)

"Veteran" Jawa Timur;

4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur dan staf, yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama proses perkuliahan hingga selesai; 5. Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya beserta staf yang

telah banyak memberikan dukungan, terutama dalam pengumpulan data dan informasi;

6. Penghargaan dan terima kasih tak terhingga kepada orangtua yaitu Bapak dan Ibu atas doanya, serta suami dan ananda tersayang atas pengertian dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Peneliti berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang memerlukan.

Surabaya, 10 Januari 2009 Peneliti,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………..……….……….. i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR GAMBAR ……… vii

DAFTAR TABEL ..………. viii

DAFTAR LAMPIRAN …..………. ix

RINGKASAN .………. x

SUMMARY ………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.4. Ruang Lingkup Penelitian………. 9

1.5. Sistematika Pembahasan……….……….. 9

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu………... 11

2.2. Telaah Pustaka... 17

2.2.1 Akuntansi Sektor Publik ...………. 17

2.2.2 Standar dan Sistem Akuntansi... 17

2.2.3 Sistem Pencatatan ……….. 20

2.2.4 Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 Tahun 2005)... 21


(6)

2.2.4.1. Gambaran Umum SAP ... 21

2.2.4.2. Pernyataan SAP No. 05... 24

2.2.4.3. Pernyataan SAP No. 07... 26

2.2.4.4. Basis Akuntansi……… 31

2.2.4.5. Penyusunan Neraca Awal Pemerintah… 34 2.2.4.6. Jurnal Mencatat Saldo Awal……….. 39

2.2.5 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat... 40

2.2.5.1. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) ... 41

2.2.5.2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) ……….….. 44

2.2.5.3. Sistem Akuntansi Keuangan ……… 47

2.3. Alur Pikir Penelitian………... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Kualitatif... 50

3.2. Lokasi Penelitian…... 51

3.3. Nara Sumber ………... 52

3.4. Instrumen Penelitian………..……….. 52

3.5. Teknik Pengumpulan Data……….. 53

3.6. Desain Penelitian ………. 56

3.7. Teknik Analisis Data……… 62


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ... 68 4.2. Organisasi Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang

(UAKPB) dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) ... 70 4.3. Tugas dan Fungsi ... 74 4.3.1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) 74 4.3.2. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

(UAKPA) ……….. 76

4.4. Penerapan Sistem Akuntansi Instansi ... 78 4.4.1. Akuntansi Barang Milik Negara Pada Unit

Akuntansi BMN ………. 79

4.4.1.1. Akuntansi Persediaan Pada Unit

Akuntansi BMN ... 79 4.4.1.2. Akuntansi Aset Tetap Pada Unit

Akuntansi BMN ... 86 4.4.2. Akuntansi Barang Milik Negara Pada Unit

Akuntansi Keuangan 92

4.4.2.1. Akuntansi Persediaan Pada Unit Akuntansi Keuangan ... 92 4.4.2.2. Akuntansi Aset Tetap pada Unit


(8)

4.5. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan ... 94 4.5.1. Penilaian Persediaan dan Aset Tetap Pada

Neraca Awal ……… 96

4.5.2. Pengakuan Persediaan dan Aset Tetap …………. 100 4.5.3. Pengukuran Persediaan dan Aset Tetap ………… 101 4.5.4. Pengungkapan Persediaan dan Aset Tetap ……. 102

4.5.5. Penyajian Aset Tetap ………. 104

4.6. Hasil Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan ... 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ……… 110

5.2. Saran ……….. 112

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

(SAPP) ………. 41

Gambar 2.2 : Kerangka Sistem Akuntansi Instansi (SAI) ……. 42 Gambar 2.3 : Diagram Alur Pikir Penelitian ………. 49 Gambar 3.1 : Komponen Analisis Data (Interactive

Model)……… 63

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Tingkat UAKPB (Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

59/PMK.06/2005) ……….. 72

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tingkat UAKPA (Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor :

PER-24//PB/2006) ………. 73


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Organisasi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Menurut Hirarki ……….. 70

Tabel 4.2 : Informan Penelitian ……… 71

Tabel 4.3 : Rekonsiliasi Aset Tetap Antara Laporan BMN

dengan Neraca Per 31 Desember 2007 ………….. 90

Tabel 4.4 : Mutasi Aset Tetap Sejak 1 Januari 2006 sampai

dengan 31 Desember 2007 ……….. 94

Tabel 4.5 : Daftar Aset Tetap ………. 96

Tabel 4.6 : Neraca Awal Politeknik Perkapalan Negeri

Surabaya Per 31 Desember 2005 ……… 97

Tabel 4.7 Format Penyajian Aset Tetap di Neraca Per 31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Mapping Penelitian Terdahulu Tentang Pengelolaan Persediaan dan Aset Tetap serta Impementasi SAP Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Penelitian, Proposisi, dan Kriteria

Untuk Menginterpretasikan Temuan Lampiran 3 : Format Buku Persediaan

Lampiran 4 : Format Laporan Persediaan Lampiran 5 : Format Inventarisasi Persediaan Lampiran 6 : Neraca Per 31 Desember 2005 Lampiran 7 : Neraca Per 31 Desember 2006 Lampiran 8 : Neraca Per 31 Desember 2007


(12)

Syafa’atul Lailiyah, 0662020020. EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP AKUNTANSI PERSEDIAAN DAN ASET TETAP STUDI KASUS PADA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. Pembimbing utama : Dr. M. Nasih, MT. Ak., dan Pembimbing pendamping : Dra. Ec. Diah Hari Suryaningrum, Msi. Ak.

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji, membuktikan, dan menganalisis penerapan Sistem Akuntansi Instansi dan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 Tahun 2005) di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan cara membandingkan Sistem Akuntansi Instansi dan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan praktek akuntansi persediaan dan aset tetap.

Hasil penelitian terhadap akuntansi persediaan menemukan bahwa persediaan belum dicatat dalam Buku Persediaan, dan belum membuat Laporan Persediaan berdasarkan hasil inventarisasi untuk disajikan di neraca, hal ini disebabkan keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas persediaan serta kepala satuan kerja sebagai penanggungjawab Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang tidak memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas persediaan, sehingga pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan persediaan di neraca belum mengacu pada SAP.

Hasil penelitian terhadap akuntansi aset tetap menemukan bahwa pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan aset tetap telah sesuai dengan SAP, sedangkan penyajian aset tetap belum berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutannya, karena Menteri Keuangan belum menetapkan kebijakan akuntansi penyusutan.

Saran dalam penerapan SAI dan SAP atas persediaan dan aset tetap : (1) Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana; (2) Melakukan prosedur verifikasi output pelaporan untuk memastikan

seluruh transaksi sudah diproses sesuai dokumen sumbernya; (3) Mencatat persediaan dan menyusun laporan persediaan setiap

semester berdasarkan hasil inventarisasi.

Kata kunci: sistem akuntansi pemerintahan, standar akuntansi pemerintahan, persediaan, aset tetap, pengakuan, pengukuran, pengungkapan, penyajian, dan neraca.


(13)

Syafa’atul Lailiyah, 0662020020. EVALUATING THE IMPLEMENTATION OF GOVERNANCE ACCOUNTING STANDARD OF INVENTORY AND FIXED ASSET CASE STUDY AT POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. Prime supervisor : Dr. M. Nasih, MT. Ak., and assistant supervisor : Dra. Ec. Diah Hari Suryaningrum, Msi. Ak.

SUMMARY

This research purpose is to examine, prove, and analyze the implementation of Institution Accounting System and the implementation of Governance Accounting Standard (PP 24 Tahun 2005) at Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

This research used the descriptive qualitative approach, by comparing Institution Accounting System and Governance Accounting Standard with the practice of inventory accounting and fixed asset accounting.

The research found that in inventory accounting, the inventory has not been registered in an inventory book, there is no inventory report based on inventorytaking, this is coused by the limitation of clerk and the ability of inventory clerk, also the officer ho is responsible to examine that the result doesn’t evaluate the clerk repot, as a result recognition, measurement, and disclosure of inventory on balance sheet doesn’t base on Governance Accounting Standard.

The result of fixed asset found that recognition, measurement, and disclosure has been revered to Governance Accounting Standard, but the value of fixed asset in balace sheet doesn’t calculate accumulated depreciation, because the Ministry of Finance has not made any policy of accounting depreciation.

Some advises for the implementation of Institution Accounting System and implementation of Governance Accounting Standard for inventory and fixed asset : (1) Controlling and evaluating the result of clerk activity; (2) Doing verification procedure of output report to make sure that all transaction have been processed according to document resourses; (3) Making inventory record and also the inventory report each semester base on inventorytaking.

Keywords: institution accounting system, governance accounting standard, inventory, fixed asset, recognition, measurement, disclosure, presentation, and balance sheet.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perwujudan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, serta terselenggaranya good governance adalah dengan mewajibkan pemerintah pusat yaitu presiden untuk penyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, seperti yang diatur dalam pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mewajibkan menteri atau pimpinan lembaga untuk menyusun laporan keuangan dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, kemudian Menteri Keuangan akan menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, kemudian menyampaikan kepada Presiden dalam waktu tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus diacu dalam penyajian laporan keuangan dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum. Standar tersebut penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti, dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan.


(15)

Sistem akuntansi keuangan diperlukan untuk menghasilkan informasi kepada pihak luar sesuai dengan standar akuntansi. Sistem tersebut disusun untuk dapat mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan transaksi (kejadian ekonomis). Standar dan sistem akuntansi dibangun sebagai upaya menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pasal 32 ayat (1) menyebutkan dengan jelas bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan arti penting Standar Akuntansi Pemerintahan, dalam menyusun standar akuntansi pemerintahan Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005. KSAP telah berhasil menyusun draf kerangka konseptual dan 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang kemudian ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yaitu PP Nomor 24 Tahun 2005.

UU Nomor 1 Tahun 2004 pasal 7 memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk :

Ayat 2 (m) : mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan;


(16)

negara.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu suatu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengumpulan data, pembukuan, serta pelaporan semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari dua sistem utama, yaitu Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga non departemen.

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2006 yaitu laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN masih mendapat predikat disclaimer opinion, hal tersebut diantaranya karena pelaksanaan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) di kementerian negara/lembaga secara umum belum sepenuhnya berjalan dengan baik, sehingga penyajian persediaan dan aset tetap dalam LKPP belum menggambarkan nilai yang sebenarnya.

Menurut laporan hasil audit BPK atas persediaan dan aset tetap (LKPP audited tahun 2006) adalah sebagai berikut :

Hasil audit BPK atas persediaan menunjukkan bahwa terdapat sebelas kementerian negara/lembaga yang belum atau kurang melaporkan


(17)

persediaan karena satuan kerja terkait tidak melakukan inventarisasi fisik, sehubungan dengan ketiadaan data tersebut BPK tidak dapat memastikan kewajaran nilai persediaan.

Terdapat lima masalah krusial terhadap pelaksanaan SABMN atas aset tetap yaitu :

1. Belum dilakukan inventarisasi ulang atas seluruh aset kementerian negara/lembaga maupun unit-unit lain yang belum terdaftar;

2. Belum dilakukan revaluasi atas aset tetap secara keseluruhan yang dapat menggambarkan nilai yang wajar;

3. Belum adanya penataan organisasi yang bertanggungjawab atas pengelolaan dan pelaporan aset tetap;

4. Belum adanya perbaikan sistem dan prosedur penatausahaan barang milik negara; dan

5. Tidak dicatatnya aset tetap yang diperoleh dari dana dekonsentrasi keuangan.

SABMN yang berjalan secara efektif serta inventarisasi dan revaluasi yang dilakukan secara menyeluruh akan berpengaruh secara material pada nilai aset tetap.

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yang berada pada tingkat satuan kerja yang selanjutnya disebut UAKPA dan UAKPB, yang merupakan bagian dari unit akuntansi kementerian negara/lembaga.


(18)

Masalah yang dihadapi Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah belum sepenuhnya menerapkan SAP (PP 24 Tahun 2005) dan SAI, yaitu :

1. Belum pernah melakukan inventarisasi fisik persediaan. Persediaan yang disajikan di Neraca per 31 Desember 2007 tidak berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan.

2. Belum dilakukan penyusutan aset tetap per 31 Desember 2007.

3. Sistem Akuntansi Instansi belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, yaitu :

• Persediaan belum dibukukan ke dalam Buku Persediaan dalam bentuk kartu barang.

• Adanya selisih nilai aset tetap menurut Laporan BMN dengan Neraca per 31 Desember 2007.

Penelitian masalah penerapan SAP pada persediaan dan aset tetap di satuan kerja pemerintah pusat secara khusus belum pernah dilakukan sebelumnya, sedangkan penelitian penerapan SAP pada satuan kerja pemerintah daerah dan penelitian yang berhubungan dengan praktek akuntansi aset tetap umumnya sudah pernah dilakukan yaitu mengenai inventarisasi aset daerah atau pengelolaan aset daerah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang relevan untuk dijadikan bahan referensi bagi penelitian ini, yaitu membahas masalah penatausahaan dan akuntansi barang milik negara


(19)

berupa persediaan dan aset tetap, serta penerapan standar akuntansi pemerintahan.

Sedangkan perbedaannya adalah :

1. Obyek dalam penelitian sebelumnya seluruhnya dilakukan pada instansi pemerintah daerah, sedangkan obyek penelitian ini adalah pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang merupakan unit satuan kerja pemerintah pusat.

2. Sistem akuntansi barang untuk pemerintah daerah ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah yang bersangkutan, sedangkan sistem akuntansi barang yang diterapkan di pemerintah pusat menggunakan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Penelitian penerapan SAP oleh Sri Jayani (2007) menguji dengan menggunakan tujuh variabel berdasarkan karakteristik pelaksanaan good governance dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian ini menguji bagaimana pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian persediaan dan aset tetap dalam laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


(20)

APBN dapat disusun dan disajikan, walaupun demikian penerapan SAP dan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dalam menghasilkan laporan keuangan pemerintah belum sepenuhnya berjalan dengan baik

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan dalam latarbelakang penelitian, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 Tahun 2005) yang merupakan pedoman perlakuan akuntansi pemerintah yang meliputi : pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian persediaan dan aset tetap dalam laporan keuangan pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya?

2. Bagaimana Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) yang menyelenggarakan akuntansi BMN dapat menyajikan informasi untuk menyusun laporan keuangan yang diselenggarakan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) sesuai SAP?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

1) Untuk menguji, membuktikan, dan menganalisis penerapan SAP (PP 24 Tahun 2005) pada persediaan dan aset tetap di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.


(21)

2) Untuk menguji, membuktikan, dan menganalisis penerapan Sistem Akuntansi Instansi yang terdiri dari SAK dan SABMN dapat menyajikan informasi sesuai SAP.

1.3.2. Manfaat Penelitian 1) Bagi Instansi yang diteliti

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam penerapan akuntansi persediaan dan aset tetap dalam laporan keuangan sesuai dengan SAI dan SAP (PP 24 tahun 2005).

2) Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi akademisi, terkait dengan penerapan SAP atas akuntansi persediaan dan aset tetap pada instansi pemerintah pusat.

3) Bagi Penelitian Selanjutnya

(1) Dapat digunakan sebagai studi komparatif antara ilmu yang di peroleh dari bangku kuliah dengan penerapannya.

(2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan SAP terhadap akuntansi persediaan dan aset tetap di instansi pemerintah pusat, serta mendalami teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam praktek.


(22)

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Agar dalam penelitian ini dapat terarah dan dapat mencapai sasaran maka bahasan dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada batasan masalah sebagai berikut :

1) Penelitian ini hanya berlaku pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya sebagai satuan kerja pemerintah pusat berdasarkan Laporan Keuangan tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

2) Penelitian ini meneliti tentang penerapan SAP atas akuntansi persediaan dan aset tetap pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

1.5. Sistematika Pembahasan

Bab I adalah Pendahuluan, berisi tentang pokok-pokok masalah yang akan diteliti meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II adalah Telaah Pustaka, berisi tentang riviu penelitian terdahulu dan telaah pustaka yang digunakan sebagai landasan dalam menganalisa masalah dalam penerapan SAP.

Bab III mengenai Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, narasumber, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

Bab IV mengenai Analisis dan Pembahasan. Bab ini membahas hasil penelitian mengenai penerapan SAP pada akuntansi pesediaan dan aset tetap.


(23)

Bab V mengenai kesimpulan hasil penelitian atas penerapan SAP terhadap akuntansi pesediaan dan aset tetap studi kasus pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.


(24)

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengelolaan barang dan penerapan standar akuntansi pemerintahan yang relevan untuk dijadikan bahan referensi bagi penelitian ini.

2.1.1. Firma Sulistiyowati (2001)

Penelitian yang dilakukan oleh Firma Sulistiyowati, dengan judul Pengelolaan Aset Tetap : Tinjauan Terhadap Aset Tetap Pelimpahan dari Kantor Departemen ke Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2001, dengan adanya pelimpahan aset tetap dari Kantor Departemen (instansi pusat), hasil penelitian menunjukkan bahwa :

§ Ratio pertambahan aset meningkat;

§ Belum dilakukan penilaian atas aset tetap dari Kantor Departemen oleh tim independen; dan

§ Perlunya mengembangkan sistem informasi pengelolaan aset daerah.

Persamaan dengan penelitian Firma Sulistiyowati (2001) adalah aset tetap sebagai pokok pembahasan. Perbedaannya adalah, penelitian Firma Sulistiyowati (2001) mengenai pengelolaan aset tetap pada satuan kerja pemerintah daerah, sedangkan penelitian ini adalah penerapan


(25)

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terhadap aset tetap pada satuan kerja pemerintah pusat.

2.1.2. Darmanhuri (2002)

Penelitian yang dilakukan oleh Darmanhuri (2002), dengan judul Sistem dan Prosedur Audit Aktiva Tetap dan Persediaan, studi kasus di Provinsi Bengkulu. Penelitian dilaksanakan bulan Februari 2002 dengan subyek penelitian adalah Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Provinsi Bengkulu. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menemukan bahwa :

1. Pelaksanaan pencatatan aktiva tetap dan persediaan belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Barang Daerah.

2. Pencatatan aktiva tetap belum dilaksanakan dengan tertib dan belum dilakukan inventarisasi barang milik daerah untuk mengetahui kondisi fisik dan nilai aktiva/barang secara keseluruhan.

3. Aktiva tetap dinilai dengan menggunakan metode harga perolehan dan nilai taksiran, sedangkan persediaan belum dilakukan penilaian.

Sama dengan penelitian Firma Silistiyowati (2001), aset tetap juga sebagai pokok pembahasan dalam penelitian Darmanhuri (2002). Persamaan lainnya adalah menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif.


(26)

Perbedaannya, penelitian Darmanhuri dilakukan pada satuan kerja pemerintah daerah dan sistem akuntansi barang milik daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah, sedangkan penelitian ini dilakukan pada satuan kerja pemerintah pusat dan sistem akuntansi barang milik negara (SABMN) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2.1.3. Eko Budi Utomo (2007)

Penelitian yang dilakukan Eko Budi Utomo (2007), dengan judul Analisis Inventarisasi Aset Daerah di Pemerintah Kabupaten Blora pada Tahun 2007, dengan subyek penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Bagian Umum dan Perlengkapan, serta Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat ketidakakuratan hasil inventarisasi, kelemahan personil pengelola aset, dan adanya aset yang tidak memiliki legalitas yang jelas. Hal ini disebabkan belum adanya sistem data base dan sistem informasi yang baik dalam pengelolaan aset daerah.

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eko Budi Utomo (2007), sama dengan penelitian Firma Sulistiyowati (2001) dan Darmanhuri (2002).

2.1.4. Sumiyati (2006)

Penelitian yang dilakukan Sumiyati (2006), dengan judul Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Masa Transisi


(27)

(Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 2, Nomor 1, Mei 2006). Hasil penelitian menunjukkan pada saat ketentuan PP 24/2005 tentang SAP diberlakukan, pemerintah daerah masih menyusun dan melaksanakan APBD berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29/2002, bahkan masih ada yang menerapkan ketentuan sebelumnya yaitu SK Menteri Dalam Negeri Nomor 900/009 Tahun 1980 tentang Manual Keuangan Daerah. Pemerintah daerah perlu menyusun strategi implementasi untuk penyajian laporan keuangan tahun anggaran 2005 sesuai SAP. Pelaksanaan transisi telah diatur dalam Buletin Teknis No. 3 Tahun 2006. Pelaksanaan konversi dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Mengkonversi ketentuan Kepmendagri No. 29/2002 ke dalam ketentuan SAP yang mencakup jenis laporan, basis akuntansi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pos-pos laporan keuangan, struktur APBD, klasifikasi anggaran, aset, kewajiban ekuitas, arus kas, serta CaLK.

2) Penelusuran pos-pos laporan keuangan dilakukan dengan membandingkan pos-pos dalam laporan keuangan ke buku besar/buku pembantu dan dokumen sumber.

3) Penelusuran pos-pos tersebut dituangkan dalam kertas kerja untuk memudahkan pelacakan asal-usul suatu jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan sesuai SAP.


(28)

2.1.5. Sri Jayani (2007)

Penelitian yang dilakukan Sri Jayani (2007) yaitu penelitian tentang implementasi SAP dengan judul Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jumlah sampling responden diambil dari populasi pejabat dan staf Badan Pengawasan Kabupaten Sleman sebanyak 43 responden dari 64 responden/pertanyaan yang dibagikan. Penelitian Sri Jayani (2007) menggunakan tujuh variabel penelitian yang diuji berdasarkan karakteristik pelaksanaan good governance menurut UNDP yaitu : participation, rule of low, tranparency, responsiveness, efficiency &

effectiveness, accountability dan strategic vision. Teknik analisis validitas

menggunakan metode corrected item total correlation, sedangkan analisis reliabilitas menggunakan metode cronbach alpha.

Hasil penelitian menyatakan bahwa implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan pada Badan Pengawasan Kabupaten Sleman Yogyakarta secara keseluruhan telah berhasil dilakukan dan sangat mudah diterapkan pada Badan Pengawasan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Implikasi dari penelitian ini diharapkan SAP dapat terus dijadikan acuan dalam menyusun laporan keuangan.

Menurut Sri Jayani (2007 : 80) terdapat keterbatasan dalam penelitiannya, yaitu penelitian standar akuntansi belum ada standar pengukurannya, oleh karena itu penelitian ini menggunakan variabel penelitian berdasarkan pada prinsip-prinsip good governance.


(29)

Perbedaannya, dalam penelitian ini tidak ada kelemahan karena ”ketiadaan standar pengukuran”. Standar akuntansi adalah merupakan pedoman perlakuan akuntansi yang meliputi: pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian suatu objek atau pos dalam laporan keuangan, yang diuji adalah bagaimana pengukuran, pengakuan, pengungkapan, dan penyajian persediaan dan aset tetap untuk tujuan pelaporan keuangan, dan apakah telah sesuai dengan pedomannya yaitu SAP.

Penelitian Sri Jayani (2007) menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengujian statistik, yang menerapkan metode survei melalui kuesioner, tidak melakukan wawancara, dan tidak terlibat langsung dengan kegiatan penerapan SAP di Bawasda Kabupaten Sleman. Simpulan yang diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis; sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian Sri Jayani dilakukan pada satuan kerja pemerintah daerah, sedangkan penelitian ini dilakukan pada satuan kerja pemerintah pusat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Sri Jayani (2007) adalah penerapan SAP pada satuan kerja pemerintah.

Penelitian yang dilakukan ini akan menindaklanjuti hasil penelitian terdahulu untuk menambah bukti empiris, apakah penerapan Sistem Akuntansi Instasi (SAI) dalam rangka menghasilkan informasi untuk


(30)

menyusun neraca telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP Nomor 24 Tahun 2005).

2.2. Telaah Pustaka

2.2.1. Akuntansi Sektor Publik

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba negara (Joedono, 2000 dalam Halim 2006: 251). Abdullah (dalam Halim, 2006: 251) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan; lawan dari sektor publik adalah sektor privat/swasta/bisnis.

Bahasan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Pemerintah yang dimaksud dapat mencakup pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota (Halim, 2006: 252).

2.2.2. Standar dan Sistem Akuntansi

Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan


(31)

penyusun standar (atau yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan/negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama dalam memperlakukan (pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian, dan penyajian) suatu objek, elemen, atau pos pelaporan (Suwardjono, 2005: 122).

Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi, yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005. Pengguna laporan keuangan termasuk legislatif akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan eksternal auditor (BPK) akan menggunakannya sebagai kriteria dalam pelaksanaan audit, dengan demikian standar akuntansi yaitu SAP menjadi pedoman untuk menyatukan persepsi antara penyusun, pengguna, dan auditor.

Menurut Indra Bastian (2006: 20), terdapat empat sistem akuntansi sektor publik, yaitu sistem akuntansi anggaran, sistem akuntansi dana, sistem akuntansi komitmen, dan sistem akuntansi akrual, yaitu dengan uraian sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi Anggaran

Sistem akuntansi anggaran adalah sistem akuntansi yang mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan transaksi berdasarkan anggaran pendapatan ataupun belanja.


(32)

2. Sistem Akuntansi Dana

Sistem akuntansi dana adalah metode pelaporan yang mendefinisikan unit pelaporan sebagai dana dan organisasi sebagai tempat penampungan (polling) dana. Akuntansi dana pada prinsipnya mencatat seluruh transaksi keuangan, baik anggaran keuangan pendapatan dan pengeluaran maupun realisasinya, atau mencatat seluruh mutasi aktiva, kewajiban, dan ekuitas atau saldo dana.

3. Sistem Akuntansi Komitmen

Sistem akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan (komitmen) oleh manajemen organisasi. Sistem akuntansi komitmen dipergunakan untuk mengendalikan anggaran belanja organisasi.

4. Sistem Akuntansi Akrual

Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual di Indonesia adalah penerbitan Manual Akuntansi Keuangan Daerah Tahun 2001 (Bastian, 2001). Orientasi basis akrual telah dinyatakan dalam bagian tujuan manual yaitu sabagai pedoman, fungsi manajemen, penyajian laporan keuangan, keseimbangan antara transparansi dan akuntabilitas, sebagai alat pengendalian. Berikutnya untuk menjelaskan akuntansi akrual tersebut agar dapat diterapkan dengan baik, perlu disusun suatu rangkaian sisdur akuntansi keuangan pemerintahan yang berbasis akrual.


(33)

SAP merupakan standar yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan instansi pemerintah, maka sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan sesuai SAP. Kewenangan menetapkan atau mengatur sistem akuntansi tidak berada di Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) tetapi berada di Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat; dan gubernur, bupati, walikota untuk masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota.

2.2.3. Sistem Pencatatan

Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple

entry (Halim, 2006: 43). Sebelum reformasi akuntansi pemerintahan,

pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi. Berikut penjelasan masing-masing sistem pencatatan :

1. Single Entry

Sistem pencatatan single entry sering disebut juga tata buku tunggal atau tata buku, dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan, dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.


(34)

2. Double Entry

Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal.

Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit, sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva dicatat pada sisi kredit, hal yang sama dilakukan untuk mencatat belanja. Sebaliknya untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan; apabila suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang maka pencatatan dilakukan pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang maka pencatatan dilakukan pada sisi debit, hal serupa untuk ekuitas dana dan pendapatan.

3. Triple Entry

Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran.

2.2.4. Standar Akuntansi Pemerintahan (PP Nomor 24 Tahun 2005) 2.2.4.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Pemerintahan

Dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


(35)

Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

SAP diperlukan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah. Penyusunan Laporan Arus Kas di instansi pemerintah pusat dilaksanakan oleh Departemen Keuangan sebagai bendaharawan umum negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 55 ayat (4) disebutkan bahwa pengelolaan APBN diselenggarakan sesuai dengan SAP, dalam menyusun SAP tersebut Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2005.

Keanggotaan KSAP terdiri dari sembilan orang yang seluruhnya adalah orang-orang yang bekerja dalam Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah (KSAPD) yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Seluruh draf yang telah dihasilkan oleh


(36)

KSAPD yaitu satu Kerangka Konseptual dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), setelah melalui pembahasan dan berbagai penyempurnaan diterima oleh KSAP untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah (PP), yaitu PP Nomor 24 Tahun 2005.

SAP yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 terdiri dari Kerangka Konseptual (KK) dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu:

PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran PSAP 03 : Laporan Arus Kas

PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan PSAP 05 : Akuntansi Persediaan

PSAP 06 : Akuntansi Investasi PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap

PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban

PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa


(37)

2.2.4.2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 05 Tentang Akuntansi Persediaan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan. Standar ini mengatur perlakuan akuntansi persediaan pemerintah pusat dan daerah yang meliputi: definisi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.

1. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan dapat meliputi: 1) Barang konsumsi;

2) Amunisi;

3) Bahan untuk pemeliharaan; 4) Suku cadang;

5) Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga; 6) Pita cukai dan leges;

7) Bahan baku;

8) Barang dalam proses/setengah jadi;


(38)

10) Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.

2. Pengakuan Persediaan

Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.

Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan tidak dimasukkan sebagai persediaan.

3. Pengukuran Persediaan Persediaan dinilai sebesar :

1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;

2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;

Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.


(39)

Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.

4. Pengungkapan Persediaan

Laporan keuangan mengungkapkan:

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; 2) Penjelasan lebih tanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan

yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

3) Kondisi persediaan.

2.2.4.3. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap yang meliputi : pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian.

1. Aset Tetap

Aset tetap menurut SAP adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.


(40)

2. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap menurut SAP:

1) Tanah;

2) Peralatan dan Mesin; 3) Gedung dan Bangunan; 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan; 5) Aset Tetap Lainnya; dan 6) Konstruksi dalam Pengerjaan.

3. Pengakuan Aset Tetap

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:

1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; 2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan 4) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Penentuan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak langsung bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut


(41)

dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.

Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor, apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

4. Pengukuran Aset Tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.


(42)

5. Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat

(carrying amount);

2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan, dan perubahan nilai jika ada, serta mutasi aset tetap lainnya;

3) Informasi penyusutan.

Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: 1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;

2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;

3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan 4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

Penentuan nilai kapitalisasi dalam akuntansi BMN mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001 tanggal 18 Mei 2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.

6. Penyajian Aset Tetap

Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan, apabila terjadi kondisi yang


(43)

memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun Aset Tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap (PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap).

7. Penilaian Awal Aset Tetap

Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan; bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh (PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap)

Hadiah atau hibah adalah barang atau jasa yang mempunyai manfaat ekonomik yang besar yang diperoleh perusahaan dengan kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang tersebut. Contohnya adalah aset yang diperoleh melalui sumbangan atau hibah adalah aset yang diperoleh tanpa kos, oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) yang biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi (rate of return on investment) (Suwardjono, 2005 : 271).

8. Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan atau depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. Depresiasi untuk suatu periode harus


(44)

diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset (Suwardjono, 2005: 237).

Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang, dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.

Metode penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain: 1) Metode garis lurus (straight line method);

2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method); 3) Metode unit produksi (unit of production method).

2.2.4.4. Basis Akuntansi

Secara konseptual hanya dikenal dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual, basis diantara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas menuju basis akrual (Halim, 2007: 48).

Apabila kita bergerak dari basis kas ke basis akrual maka akan semakian banyak tujuan laporan keuangan yang dapat dipenuhi, dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh dari basis lain akan dapat disediakan.

Basis kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana, menurut basis ini transaksi diakui/dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas yaitu menaikkan atau menurunkan kas. Suatu transaksi ekonomi yang tidak berpengaruh pada kas maka transaksi


(45)

tersebut tidak akan dicatat, padahal suatu transaksi tidak selalu berpengaruh pada kas.

SAP menghendaki adanya laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Tidak mungkin suatu entitas menghasilkan laporan keuangan tersebut dengan hanya mengandalkan dasar kas, karena basis kas hanya menghasilkan informasi mengenai kas dan tidak mencakup informasi mengenai kekayaan entitas selain kas.

Basis akrual mampu menghasilkan informasi guna penyusunan laporan keuangan di atas. Basis akrual dapat memenuhi tujuan pelaporan yang tidak dapat dipenuhi oleh basis kas. Mengingat basis kas sudah digunakan selama bertahun-tahun, maka penerapan basis akrual secara langsung adalah kurang realistis, berikut adalah keempat basis akuntansi yang merupakan langkah transisi dari basis kas menuju basis akrual (Halim, 2007: 49), yaitu:

1. Basis Kas

Basis kas menetapkan pengakuan/pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas, apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat.

2. Basis Akrual

Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan


(46)

bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar), oleh karena itu transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya.

3. Basis Kas Modifikasian

Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat pada saat uang diterima atau dibayar (basis kas), pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisasi (basis akrual).

4. Basis Akrual Modifikasian

Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi tertentu, dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh pertimbangan kepraktisan.

Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari basis kas menuju akrual yang disebut cash towards accrual; dengan basis ini pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas; sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual.


(47)

2.2.4.5. Penyusunan Neraca Awal Pemerintah

Penyusunan neraca awal sangat penting bagi pemerintah dalam menentukan nilai aset yang dikuasainya. Neraca awal merupakan titik tolak dan akan menjadi dasar untuk pencatatan transaksi akuntansi pada periode berikutnya, dengan adanya neraca awal maka pencatatan transaksi pada periode-periode berikutnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan akan lebih mudah, oleh karena itu KSAP telah menyusun pedoman dalam bentuk Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal, yaitu Buletin Teknis SAP Nomor : 01 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat.

Buletin Teknis Penyusunan Neraca Awal dimaksudkan memberikan arahan dan pedoman untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam menyusun neraca awal, serta bertujuan membantu entitas pelaporan dalam menyusun neraca awal yang sesuai dengan SAP.

Biasanya pemerintah tidak mempunyai data yang memadai untuk menentukan nilai aset tetap yang dikuasainya pada saat penyusunan neraca awal, maka diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset tetap dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan keadaan pasar pada waktu itu.

Nilai wajar (fair value) adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu obyek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Nilai wajar suatu aset (atau kewajiban) adalah suatu jumlah rupiah yang dengannya aset dapat dibeli


(48)

(terjadi/disepakati) atau dijual (atau dilunasi) dalam suatu transaksi antara pihak berkehendak, bukan dari penjualan paksaan atau likuidasi (Suwardjono, 2005: 199).

Berikut adalah nilai persediaan dan nilai wajar aset tetap yang dicantumkan dalam neraca awal menurut Buletin Teknis SAP Nomor 01, tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, yaitu:

1. Persediaan

Nilai persediaan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah sebesar hasil inventarisasi fisik berdasarkan harga pembelian terakhir.

2. Tanah

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan, yang dapat dikelompokkan di neraca meliputi tanah persil dan nonpersil.

Nilai tanah yang dicantumkan dalam neraca awal adalah nilai wajar pada tanggal neraca awal, yaitu harga perolehan jika tanah tersebut dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal.

Tanah yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca atau yang dapat mewakili harga pasar, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama, apabila tidak terdapat banyak transaksi jual


(49)

beli tanah pada sekitar tanggal neraca, sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar, apabila tidak terdapat nilai pasar, entitas dapat menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) terakhir atau dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten.

3. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat pemboran; alat produksi dan pengolahan; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan.

Nilai wajar untuk peralatan dan mesin yang dicantumkan dalam neraca awal adalah biaya perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang sama, apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal atau tim penilai yang kompeten dengan memperhitungkan faktor penyusutan, jika terlalu mahal biayanya dan memakan waktu lama maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan


(50)

oleh instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.

4. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai gedung dan bangunan meliputi: bangunan gedung; monumen; bangunan menara; rambu-rambu; dan tugu titik kontrol.

Nilai wajar gedung dan bangunan yang dicantumkan dalam neraca awal adalah harga perolehan jika gedung dan bangunan tersebut dibeli atau dibangun setahun atau kurang dari tanggal neraca awal. Gedung dan bangunan yang diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) terakhir, jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP dapat digunakan nilai dari perusahaan jasa penilai resmi atau membentuk tim penilai yang kompeten (appraisal).

5. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai


(51)

jalan, irigasi, dan jaringan di neraca meliputi: jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan.

Nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan yang dicantumkan dalam neraca awal ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis (yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.

6. Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat dikelompokkan sebagai aset tetap lainnya di neraca meliputi: koleksi perpustakaan/buku; barang bercorak seni/budaya/olah raga; hewan; ikan; dan tanaman.

Nilai aset tetap lainnya untuk keperluan penyusunan neraca awal menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.

7. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.


(52)

Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari aset tetap yang belum selesai dibangun. Untuk keperluan neraca awal, dokumen sumber untuk mencantumkan nilai konstruksi dalam pengerjaan ini adalah akumulasi seluruh nilai SPM yang telah dikeluarkan untuk aset tetap yang bersangkutan sampai dengan tanggal neraca.

Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap.

2.2.4.6. Jurnal Mencatat Saldo Awal

Jurnal untuk mencatat saldo awal persediaan adalah sebagai berikut:

Kode Akun Uraian Debet Kredit

XXXX Persediaan XXX

XXXX Cadangan Persediaan XXX

Sumber : PSAP Nomor 07, tentang Akuntansi Aset Tetap

Jurnal untuk mencatat saldo awal aset tetap dalam penyusunan neraca awal adalah sebagai berikut:

Kode Akun Uraian Debet Kredit

XXXX Tanah XXX

XXXX Peralatan dan Mesin XXX

XXXX Gedung dan Bangunan XXX

XXXX Jalan, Irigasi, dan Jaringan XXX

XXXX Aset Tetap Lainnya XXX

XXXX Konstruksi Dalam Pengerjaan XXX

XXXX Diinvestasikan Dalam Aset Tetap XXXX


(53)

2.2.5. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

UU Nomor 1Tahun 2004 pasal 7 ayat (2.o) memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Untuk itu pemerintah telah mengembangkan suatu sistem akuntansi pemerintahan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, yaitu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis mulai dari pengumpulan data, pembukuan, dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari dua sistem utama, yaitu Sistem Akuntansi Pusat yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang bernaung pada Departemen Keuangan, dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga non departemen.


(54)

Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat :

Gambar 2.1 : Kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) adalah sistem yang diselenggarakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, yang terdiri dari dua subsistem yaitu:

1. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) yang mengahasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN; dan

2. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

2.2.5.1. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005 pasal 1.26, adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN) Sistem Akuntansi Umum (SAU) SABMN (Sistem Akuntansi Barang Milik Negara) SAK (Sistem Akuntansi Keuangan) Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)


(55)

data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementerian negara/lembaga.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI) diselenggarakan oleh kementerian negara/lembaga, terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). SAK digunakan untuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran,

sedangkan SABMN digunakan untuk pertanggungjawaban

penatausahaan barang milik negara. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Berikut adalah kerangka Sistem Akuntansi Instansi (SAI):

Gambar 2.2 : Kerangka Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dilaksanakan oleh unit akuntansi keuangan, sedangkan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) dilaksanakan oleh unit akuntansi barang. SABMN akan memberikan data berupa arsip data komputer (ADK) kepada Sistem Akuntansi Keuangan untuk penyusunan neraca.

SAK (Sistem Akuntansi

Keuangan)

SABMN (Sistem Akuntansi

Barang Milik Negara) ADK

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


(56)

Kementerian negara/lembaga dalam melaksanakan SAI membentuk unit akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi. Unit akuntansi instansi terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang.

Unit Akuntansi Keuangan, terdiri dari :

1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang berada pada tingkat kementerian negara/lembaga;

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1) yang berada pada tingkat Eselon 1;

3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) yang berada pada tingkat wilayah/provinsi; dan

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang berada pada tingkat satuan kerja.

Unit Akuntansi Barang, terdiri dari :

1. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) yang berada pada tingkat kementerian negara/lembaga;

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1) yang berada pada tingkat eselon 1;

3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W) yang berada pada tingkat wilayah/provinsi; dan

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada pada tingkat satuan kerja.


(57)

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yang berada pada tingkat satuan kerja yang selanjutnya disebut UAKPA dan UAKPB.

2.2.5.2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)

Barang Milik Negara (BMN) menurut UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

BMN meliputi semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, antara lain berupa transfer masuk, hibah, pembatalan penghapusan, dan rampasan/sitaan. BMN terdiri dari aset tetap dan persediaan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan masyarakat umum. Sedangkan persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, misalnya barang habis pakai alat tulis kantor, suku cadang, barang untuk pemeliharaan dan sebagainya.

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005 pasal 1.27 adalah subsistem dari SAI, yang merupakan serangkaian prosedur yang saling


(58)

berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

Satuan kerja selaku pengguna barang wajib menyelenggarakan akuntansi Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam tanggungjawabnya. Penyelenggaraan akuntansi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan pengelolaan BMN pada satuan kementerian/lembaga.

Transaksi aset tetap dalam Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (SAKPB) untuk menghasilkan data transaksi BMN. SABMN akan memberikan data transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer (ADK) setiap bulan kepada Sistem Akuntansi Keuangan, kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) untuk penyusunan neraca.

Secara manual unit akuntansi BMN menyusun catatan ringkas Barang Milik Negara. Catatan ringkas BMN disampaikan ke unit akuntansi keungan sebagai bahan penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan.

Akuntansi persediaan dilaksanakan oleh UAKPB berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006, tentang Pedoman Akuntansi Persediaan. Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan (dalam bentuk kartu) untuk setiap jenis barang. Berdasarkan saldo per jenis persediaan pada Buku Persediaan disusun Laporan


(59)

Persediaan. Laporan persediaan disusun menurut subkelompok barang yang dapat diklasifikasikan sesuai SK Menkeu Nomor 18/KMK.018/1999, dan dilaporkan setiap semester. Laporan persediaan dibuat berdasarkan pada saldo pada akhir periode pelaporan sesuai hasil inventarisasi fisik. Selanjutnya buku persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi tersebut.

UAKPA yang belum menggunakan aplikasi persediaan, pada setiap akhir semester harus membuat jurnal aset untuk mencatat nilai persediaan berdasarkan laporan persediaan yang diterima dari UAKPB berdasarkan harga pembelian terakhir. Jurnal tersebut direkam melalui aplikasi SAKPA untuk menyusun laporan keuangan berupa neraca.

Keluaran SABMN menurut Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59/PMK.06/2005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (satuan kerja) adalah sebagai berikut:

1. Kartu Inventaris Barang (KIB) 2. Daftar Inventaris Ruangan (DIR) 3. Daftar Inventaris Lainnya (DIL) 4. Buku Persediaan

5. Buku Inventaris Intrakomptabel 6. Buku Inventaris Ekstrakomptabel 7. Buku Barang Bersejarah


(60)

9. Laporan Barang Milik Negara Tahunan 10. Laporan Kondisi Barang (LKB)

11. Administrasi Data Komputer (ADK)

2.2.5.3. Sistem Akuntansi Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 59/PMK.06/2005 Pasal 9, menyebutkan bahwa setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan satuan kerja.

Sistem Akuntansi Keuangan (pada UAKPA) menerima data transaksi BMN dalam bentuk arsip data komputer (ADK) setiap bulan dan Catatan Ringkasan BMN dari SABMN, kemudian diproses melalui aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) untuk menyusun neraca dan menyusun catatan atas laporan keuangan secara manual.

2.3 Alur Pikir Penelitian

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, mewajibkan menteri atau pimpinan lembaga untuk menyusun laporan keuangan dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, kemudian Menteri Keuangan akan menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang tardiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan


(61)

atas Laporan Keuangan, kemudian menyampaikan kepada Presiden dalam waktu tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir.

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, sedangkan sistem akuntansi keuangan diperlukan untuk menghasilkan informasi kepada pihak luar sesuai dengan standar akuntansi. Sistem akuntansi disusun untuk dapat mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan transaksi (kejadian ekonomis). Standar dan sistem akuntansi dibangun sebagai upaya menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara telah menetapkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP), yaitu suatu sistem yang terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengumpulan data, pembukuan, dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas seluruh entitas pemerintah pusat. SAPP terdiri dari dua sistem utama yaitu Sistem Akuntansi Pusat yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan, dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) diselenggarakan oleh kementerian negara/lembaga.

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang yang berada pada tingkat satuan


(62)

kerja yang selanjutnya disebut UAKPA/UAKPB, yang merupakan bagian dari unit akuntansi kementerian negara/lembaga.

Bagaimana penerapan akuntansi pada persediaan dan aset tetap di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 24 Tahun 2005)?

Alur berfikir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 : Diagram Alur Pikir Penelitian Sistem Akuntansi

Instansi & Standar Akuntansi Pemerintahan

Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan,

dan Penyajian

Aset Tetap Persediaan


(63)

3.1. Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang akan membahas penerapan SAP atas perlakuan akuntansi persediaan dan aset tetap (Barang Milik Negara) yang meliputi pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian dalam laporan keuangan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak, oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisis, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2006 : 9). Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, menurut Travers (dalam Umar, 2007: 22) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.

Penelitian dilakukan dengan menggambarkan data fakta yang ada dengan cara membandingkan ketentuan yang ada yaitu Sistem Akuntansi Instansi yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, dan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan


(64)

dengan PP Nomor 24 Tahun 2005, dengan praktek akuntansi persediaan dan aset tetap yang menghasilkan laporan keuangan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, yang beralamat di Jalan Teknik Kimia, Surabaya, dengan pertimbangan bahwa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya memiliki fasilitas laboratorium/bengkel yang lengkap dengan nilai aset tetap relatif besar yaitu pada :

§ Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); § Jurusan Teknik Bangunan Kapal;

§ Jurusan Teknik Permesinan Kapal; dan § Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal.

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya merupakan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPA dan UAKPB) yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja, dan merupakan bagian dari unit organisasi pada kementerian negara/lembaga. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan mengacu pada Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP).


(65)

Mengacu pada uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk membuktikan bagaimana penerapan SAP atas persediaan dan aset tetap pada tingkat satuan kerja instansi pemerintah pusat.

3.3. Nara Sumber

Sebagai nara sumber atau informan dalam penelitian ini adalah orang yang dipandang dapat memberikan data dan informasi lengkap mengenai akuntansi Barang Milik Negara (BMN) berupa persediaan dan aset tetap. Jumlah informan penelitian yang dipilih sebanyak tujuh orang, yaitu personil dari unit akuntansi BMN dan unit akuntansi keuangan.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti bekerja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Timur, peneliti termasuk dalam tim inventarisasi aset tetap di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya per 31 Desember 2005.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2006 : 251), oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi, yang


(66)

melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2006 : 253) maupun Sujoko Efferin, dkk. (2004:137), terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi/gabungan.

3.5.1. Observasi

Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi partisipatif untuk mengamati berbagai kegiatan pencatatan, pengelolaan, dan penyajian BMN dalam neraca, dengan demikian data yang diperoleh akan lebih lengkap dan mengetahui makna dari setiap perilaku yang tampak.


(67)

3.5.2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu jenis wawancara yang termasuk kategori in dept interview atau wawancara mendalam. Wawancara jenis ini lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara ini adalah untuk menemukan masalah secara terbuka, pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya, dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan informan (Sugiyono, 2006 : 262)

Teknik wawancara semacam ini dilakukan kepada responden atau informan yang telah dipilih untuk mendapatkan data yang valid guna menjawab masalah penelitian.

Agar penyajian wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat wawancara berupa : buku cacatan/notebook, tape recorder, dan kamera yang berfungsi untuk mencatat dan merekam semua percakapan sumber data hasil wawancara.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan dan gambar. Dokumen yang berbentuk tulisan dapat berupa peraturan, kebijakan, laporan keuangan, dan


(68)

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Analisis dokumen merupakan salah satu metode terpenting dalam penelitian kualitatif, dokumen dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan verifikasi maupun pembanding dengan data lainnya yang telah diperoleh melalui interviu dan observasi (Efferin, dkk., 2004 : 147).

Analisis dokumen diawali dengan melakukan kompilasi dokumen-dokumen yang dianggap dapat bermanfaat bagi penelitian, pada tahapan ini peneliti melakukan kajian sekilas tentang dokumen mana yang mungkin diperlukan. Langkah berikutnya yaitu memilah dokumen, sehingga dapat dibuat pengelompokan dokumen yang relevan dan kurang relevan, selanjutnya peneliti melakukan analisis mendalam sesuai prioritas relevansinya, dari hasil analisis mendalam peneliti membuat kesimpulan tentang fenomena yang tengah dipelajari.

3.5.4. Triangulasi/Gabungan

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Pengumpulan data dengan triangulasi, sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber (Sugiyono, 2006 : 270).


(1)

petugas SABMN dengan bagian keuangan maupun petugas SAK.

5.1.2. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

5.1.2.1. Penilaian Persediaan dan Aset Tetap Pada Neraca Awal

1. Per 31 Desember 2005 belum dilakukan pencatatan saldo awal persediaan, karena tidak melakukan inventarisasi fisik persediaan. 2. Penilaian kembali (revaluasi) aset tetap dalam neraca awal dari hasil

inventarisasi fisik per 31 Desember 2005 belum dilakukan, karena penilaian kembali aset tetap merupakan wewenang pemerintah pusat.

5.1.2.2. Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Persediaan di Neraca

Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan persediaan di neraca belum mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (PP Nomor 24 Tahun 2005), Unit akuntansi barang belum melaksanakan akuntansi persediaan dan nilai persediaan yang disajikan di Neraca per 31 Desember 2007 tidak berdasarkan hasil inventarisasi fisik, tetapi sebesar pembelian persediaan terakhir pada akhir tahun 2007.

5.1.2.3. Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan, dan Penyajian Aset Tetap di Neraca

1. Pengakuan

Aset tetap yang dimiliki Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya telah memenuhi kriteria, yaitu : (a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12


(2)

112

bulan; (b) Biaya perolehan dapat diukur dengan andal; (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual; dan (d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

2. Pengukuran

Aset tetap Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya telah dinilai dengan biaya perolehan.

3. Pengungkapan

Laporan keuangan telah mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut :

a. Catatan atas Laporan Keungan (CaLK) telah mengungkapkan jumlah tercatat aset tetap pada awal dan akhir periode.

b. Kebijakan akuntansi kapitalisasi aset tetap telah diungkap di CaLK.

4. Penyajian

Aset Tetap dalam laporan keuangan belum disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap dikurangi akumulasi penyusutannya, karena Menteri Keuangan belum menetapkan kebijakan akuntansi penyusutan.

5.2. Saran

1. Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya disarankan:

1) Menunjuk dan menetapkan personil serta uraian tugas personil Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang dan personil Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, serta menyusun uraian


(3)

tugas pengelola persediaan yang belum secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005.

2) Menambah petugas persediaan yang mampu melaksanakan pengelolaan persediaan dengan baik dengan menggunakan komputer.

3) Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana SABMN dan SAK, menelaah keluaran SABMN dan SAK, serta mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara laporan BMN dengan laporan keuangan.

2. Petugas persediaan disarankan:

a. Melaksanakan akuntansi persediaan dengan membuat Buku Persediaan dalam bentuk kartu untuk setiap jenis persediaan.

b. Menyusun Laporan Persediaan setiap semester berdasarkan hasil inventarisasi fisik dan harga pembelian terakhir, selanjutnya buku persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi.

3. Meningkatkan koordinasi antara unit akuntansi BMN dengan bagian keuangan dan unit akuntansi keuangan dalam memperoleh dokumen sumber berupa bukti transaksi aset tetap (SPM/SP2D, kontrak, dan berita acara penyerahan).

4. Melakukan prosedur verifikasi output pelaporan untuk memastikan bahwa seluruh transaksi sudah diproses sesuai dengan dokumen sumbernya, dengan melakukan rekonsiliasi atas nilai aset tetap


(4)

114

menurut laporan BMN dengan nilai aset tetap di neraca setiap akhir semester dan akhir tahun anggaran.


(5)

Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 1, tanggal 27 September 2005, tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat.

Darmanhuri (2002), Sistem dan Prosedur Audit Aktiva Tetap dan

Persediaan, Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan,

Universitas Gajah Mada.

Efferin, Sujoko; Stevanus Hadi Darmadji; Yuliawati Tan (2004), Metode

Penelitian untuk Akuntansi, Sebuah Pendekatan Praktis, Edisi

Pertama, Penerbit Bayumedia Publishing.

Halim, Abdul (2007), Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi ke-3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jayani, Sri (2007), Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan

Program pada Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Sleman,

Magister Sains Akuntansi Konsentrasi Akuntansi Terapan, Universitas Gajah Mada.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara

Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2006 (Audited). Moleong, Lexy, J. (2007), Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nachmias, D. & Nachmias, C., (1976), Research Methods in The Social Sciences, New York : St. Martin’s.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 24/PB/2006, tanggal 31 Mei 2006, tentang Pelaksanaan Penyusunnan Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006, tentang Pedoman Akuntansi Persediaan.

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor : 59/PMK.06/2005, tanggal 20 Juli 2005, tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tanggal 13 Juni 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sugiyono (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cetakan kedua, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Sulistiyowati, Firma (2001), Pengelolaan Aset Tetap : Tinjauan terhadap Aset Tetap Pelimpahan dari Kantor Departemen ke

Pemerintah Kota Yogyakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Sektor Publik Vol.04, No. 02, Agustus 2003 : 20-29.

Sumiyati (2006), Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam Masa Transisi, Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 2, Nomor 1,

Mei 2006 : 19-52.

Suwardjono (2005), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan

Keuangan, Edisi ketiga, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE

Yogyakarta.

Undang Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang Undang No. 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara. Umar, Husein (2007), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis

Bisnis, Edisi Baru, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Utomo, Eko Budi (2007), Analisis Inventarisasi Aset Daerah di

Pemerintah Kabupaten Blora, Progam Studi Ekonomika

Pembangunan Bidang Ilmu Sosial, Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Yin, Robert K. (1994), Case Study Researhc : Design and Methods, COSMOS Corporation.