BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua
kalangan masyarakat dengan berbagai peranannya. Musik memiliki berbagai peranan dalam masyarakat, seperti sebagai sarana upacara ritual adat maupun
keagamaan, pengiring tari, sarana hiburan, sarana komunikasi, dan sarana penerangan sosial dan budaya. Berbagai peranan musik ini menjadikan musik
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, bahkan musik menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan kehidupan manusia secara umum.
Musik adalah salah satu media ungkapan perasaan manusia yang diwujudkan dalam nada-nada dan ritme yang tersusun rapi dan teratur dengan
berbagai unsur-unsur yang membangun musik itu sendiri sehingga menjadi indah dan berseni. Musik tersusun atas beberapa unsur penting seperti irama, melodi,
dan harmoni. Selanjutnya dalam mengkombinasikan ketiga unsur tersebut terdapat berbagai aturan dan langkah-langkah sehingga tercipta musik yang harmonis dan
indah. Salah satu bagian dalam musik yang tidak dapat dipisahkan dari musik
yaitu lagu. Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk
menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan
Universitas Sumatera Utara
mengandung irama. Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua duet, bertiga trio, berempat kwartet atau dalam beramai-ramai koor. Masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari sering bernyanyi melantunkan lagu-lagu sambil mengerjakan aktivitas lain. Hal ini dilakukan untuk sekedar menghibur diri sendiri
atau merileksasi pikiran dengan melantunkan lagu-lagu tersebut. Namun lebih dari pada itu lagu memang sudah menjadi konsumsi masyarakat, selain hanya sebagai
hiburan seseorang menyanyikan sebuah lagu juga menggambarkan suasana hati seperti senang atau sedih, atau menyanyikan lagu untuk ritual upacara adat,
hingga lagu untuk pujian seperti lagu-lagu dalam beribadah. Lagu tidak bisa dipisahkan dalam sebuah ritual ibadah. Setiap agama
dalam ibadahnya pasti memiliki lagu-lagu untuk menghantarkan pujian dan penyembahannya. Salah satu kegiatan yang sering menggunakan lagu yakni
dalam tata ibadah di gereja, dimana setiap gereja di seluruh dunia pasti menggunakan lagu-lagu dalam tata ibadahnya. Lagu dalam sebuah ibadah di
gereja adalah hal yang sangat penting karena memiliki esensi yang khusus, yakni sebagai “roh” dari pada tata ibadah bagi seluruh gereja di dunia. Salah satu lagu
yang difungsikan dalam gereja yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini adalah lagu pada Gereja Batak Karo Protestan GBKP.
Gereja Batak Karo Protestan merupakan salah satu gereja etnis yang berkembang di Indonesia dan didominasi oleh jemaat yang beretnis Karo,
walaupun ada beberapa jemaat yang tidak beretnis Karo. Seperti uraian sebelumnya lagu merupakan hal yang penting dalam suatu ibadah yang digunakan
jemaat, begitu juga dengan jemaat GBKP. Penulis merupakan salah satu anggota
Universitas Sumatera Utara
jemaat di GBKP Km. 7 Jalan Jamin Ginting Padangbulan medan. Di dalam kebaktian, jemaat biasa menyayikan kidung jemaat selama kebaktian berlangsung.
Di GBKP, ada beberapa kidung nyanyian yang digunakan, salah satu kidung nyanyian adalah yang dikumpulkan dalam satu buku yang sering disebut Kitab
Ende-Enden KEE. Kitab Ende-Enden merupakan buku kidung pujian dengan mengumpulkan
lagu-lagu nyanyian yang diadaptasi dari musik barat dan mengubah syairnya menjadi bahasa Karo. Lagu-lagu yang ada pada KEE juga terdapat pada beberapa
gereja lain, salah satunya adalah gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang didominasi oleh jemaat bersuku Batak Toba. Terdapat banyak kesamaan
lagu yang dinyanyikan, perbedaannya biasa hanya terletak pada bahasa yang biasa diubah dalam bahasa daerah masing-masing. Lagu-lagu dalam KEE merupakan
adaptasi dari Kidung Jemaat, sehingga melodi yang digunakan banyak mengikuti sistem melodi musik barat. Terdapat 212 judul lagu dalam Kitab Ende-Enden
KEE, dan telah disepakati untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat di seluruh Gereja Batak Karo Protestan yang tersebar di Indonesia.
Seiring perkembangan dan pertumbuhan Gereja Batak Karo Protestan, maka dibentuklah sebuah panitia yaitu Panitia Penambahan Ende-enden GBKP
periode 1994-1999 sebagai upaya untuk menambah dan memperkaya lagu-lagu pujian dalam ibadah. Selanjudnya kepanitiaan ini diubah menjadi Badan
Pengembangan Ibadah Musik Gereja BPIMG GBKP periode 2000-2005. Jemaat GBKP yang memiliki bakat dan pengetahuan tentang musik diberi kesempatan
untuk mencipta lagu dan kemudian diseleksi dan dususun oleh Badan
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan Musik Gereja. Pada tahun 1994-1999 Panitia Penambahan Ende- Enden GBKP telah menerbitkan 50 judul lagu pujian dan pada tahun 2000-2005
menyusul Badan Pengembangan Musik Gereja menerbitkan lagu penambahan sebanyak 80 judul lagu pujian.
Kemudian pada Sidang Sinode GBKP tahun 2005 di Retreat Center GBKP Sukamakmur, Moderamen GBKP sebagai badan tertinggi dalam GBKP
menyatukan semua lagu-lagu tersebut ke dalam satu buku yang diberi nama Penambahen Ende-enden PEE. Pada tahun 2006 Penambahen Ende-Enden
Gereja Batak Karo Protestan GBKP resmi diterbitkan dan disosialisasikan untuk digunakan dalam tata ibadah jemaat Gereja GBKP. Kitab Penambahan Ende-
Enden berisi 130 lagu, dimana dari 130 lagu terdapat 102 lagu asli ciptaan jemaat GBKP dan 28 judul lagu merupakan adaptasi dari berbagai sumber seperti Kidung
Jemaat. Penulis sebagai seorang permata GBKP, melihat pentingnya lagu-lagu
KEE dan PEE dalam liturgi-liturgi gereja. Yang dimaksud dengan liturgi adalah ibadah, baik berbentuk seremonial maupun praksis. Ibadah yang sejati tidak
terbatas pada perayaan di Gereja melalui selebrasi, melainkan terwujud di dalam sikap hidup orang percaya di dunia sehari-hari melalui aksi. Aksi ibadah meliputi
pelayanan, tindakan, tingkah laku, hidup keagamaan, spiritualitas, praksis hidup, cara berpikir, pola pikir dan sebagainya. Paulus menegaskan pengertian ibadah
yang sejati ialah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah Roma 12:1. Menurut Paulus, inti ibadah
Kristen adalah mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Tanpa dasar ini, ibadah
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk apa pun tidak bernilai. Ibadah menjadi hambar jika ia terbatas hanya pada perayaan.
Dalam perayaan liturgi GBKP pasti selalu ada unsur nyanyian, bahkan dalam tiap perayaan-perayaan kegiatan gereja selalu ada unsur nyanyian. Pada tata
ibadah GBKP terdapat banyak jenis liturgi, beberapa liturgi yang umum dilakukan yaitu Liturgi Kebaktian Minggu Advent, Liturgi Kebaktian Wari Natal Hari
Natal, Liturgi Kebaktian Nutup Tahun Tutup Tahun, Liturgi Kebaktian Tahun Baru, Liturgi Kebaktian Wari Paskah Hari Paskah, dan liturgi-liturgi lainnya.
Melalui konven GBKP telah disusun beberapa model liturgi kebaktian hari minggu dan perayaan hari besar gereja, dalam bahasa Karo telah disahkan
pemakaiannya melalui sidang BPL Sinode tahun 1999. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, liturgi GBKP disahkan pemakaiannya pada tahun 2003 setelah
disempurnakan oleh tim penyempurnaan liturgi GBKP. Walaupun sangat beragam model liturgi yang dibuat, namun semuanya tetap mengacu kepada liturgi yang
sudah ada sebelumnya kitab liturgi tahun 1986 dan 1993. Seorang pertua di jemaat GBKP Tanjung Priok periode 2004-2009 yang bernama Nuah P.Tarigan
menuliskan beberapa buku dalam milis GBKP dengan topik Ibadah Liturgi GBKP.
Penulis melihat dalam liturgi GBKP selalu ada lagu yang dinyanyikan jemaat dalam melaksanakan unsur-unsur liturgi. Beberapa unsur liturgi meliputi
votum, salam, introitus, kebaktian, persembahan, pengakuan iman dan berkat. Lagu yang dinyanyikan bukan asal menyanyikan lagu dari KEE atau PEE,
melainkan menyesuaikan isi syair lagu dari KEE atau PEE dengan liturgi yang
Universitas Sumatera Utara
akan dilaksanakan jemaat GBKP. Sebagai contoh, lagu yang dinyanyikan dalam melaksanakan Liturgi Kebaktian Hari Natal berbeda dengan lagu yang
dinyanyikan pada saat melaksanakan Liturgi Kebaktian Hari Paskah. Lagu yang biasa dinyanyikan pada liturgi Hari Natal yaitu lagu yang berisi tentang perayaan
kelahiran Yesus, contoh lagu yang dipakai adalah: 114-116; 123; 130-139; 178; 193. Sedangkan pada liturgi Paskah lagu yang dinyanyikan biasa berisi tentang
kebangkitan Yesus, contoh lagu yang biasa dipakai yaitu: KEE 120; 121; 125; 141-144; 166; 167; 207.
Menurut informasi dari ibu R. Sembiring yang juga merupakan dirijen koor di Gereja GBKP Km.7, dahulu yang mengajarkan lagu-lagu dalam Kitab
Ende-Enden kepada jemaat adalah Pendeta dan Pertua. Pendeta bertugas untuk mensosialisasikan nyanyian kepada jemaat, proses pengajaran lagu-lagu tersebut
yaitu dengan cara menyanyikan lagu tersebut dan kemudian diikuti oleh jemaat, pengajaran tersebut biasa dilakukan setelah kebaktian minggu selesai. Pendeta
menyanyikan lagu dan kemudian jemaat meniru menyanyikannya, dan terus- menerus diulangi hingga jemaat tidak lagi keliru menyanyikannya.
Kemudian pada masa-masa selanjutnya, menurut ibu R.Sembiring lagu- lagu dari Kitab Ende-Enden diajarkan oleh pertua dengan berbekal pengalaman
yang diperoleh dari pendeta. Pada saat itu proses pengajaran juga telah dibantu oleh song leader sebagai pemimpin lagu dan juga telah diiringi oleh alat musik
Organ. Song leader berperan membantu jemaat sebagai pengatur tempo dengan menggunakan gerakan-gerakan tangan dengan dibantu oleh iringan dari alat musik
Organ. Untuk memeriahkan perayaan liturgi, Gereja Batak Karo Prostestan pada
Universitas Sumatera Utara
masa sekarang ini sudah menggunakan alat musik Keyboard sebagai pengganti Organ.
Mengingat pentingnya nyanyian dalam liturgi gereja dan banyaknya liturgi-liturgi dalam Gereja Barak karo Protestan, penulis tertarik untuk
mendeskripsikan lagu-lagu dalam Kitab Ende-Enden dan jenis-jenis liturgi yang ada dalam Gereja Batak Karo Protestan. Oleh karena itu penulis ingin
menguraikannya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN
GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM. 7 PADANG BULAN MEDAN.
1.2 Pokok Permaslaahn