sebesar 1,93, sedangkan besar koefisien determinasi R square R
2
pada pengamatan 24 jam adalah sebesar 0,7719 dan besar koefisien determinasi R
square R
2
pada pengamatan 48 jam adalah sebesar 0,7317. Pada penelitian Damayanti 2006 persamaan regresi pada pengamatan 24
jam y = 19,643x + 3,6607 dengan nilai LC
50
24 jam sebesar 1,9916 dan besar koefisien determinasi R square R
2
sebesar 0,9933. Pada pengamatan 48 jam y = 21,429x + 10,337 dengan nilai LC
50
48 jam sebesar 1,3443 dan besar koefisien determinasi R square R
2
sebesar 0,9677.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Ekstrak Tanaman Ageratum conyzoides L. terhadap Mortalitas
Ulat Kubis Plutella xylostella L. berdasarkan Hasil Pengamatan Data Dari hasil pengamatan mortalitas ulat kubis P. xylostella
menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides yang telah diujikan berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella. Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil data pengamatan pada 24 jam sampai 48 jam pada perlakuan konsentrasi P
1
konsentrasi 2, P
2
konsentrasi 6, dan P
3
konsentrasi 10 terjadi mortalitas ulat kubis P. xylostella, sedangkan pada konsentrasi P
kontrol menunjukkan tidak ada mortalitas ulat uji.
Berdasarkan hasil pengamatan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka persentase mortalitas ulat kubis P.
xylostella juga semakin meningkat. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Damayanti 2006 dari hasil penelitian tentang mortalitas P. xylostella
yang diberi perlakuan ekstrak A. conyzoides menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak A. conyzoides maka mortalitas P. xylostella juga
semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin lama waktu pengamatan semakin tinggi pula mortalitas yang ditimbulkan. Hal ini juga
sesuai dengan pernyataan Sianipar, M.S., Sumarto, T., dan Susanto, A. 2004 bahwa semakin tinggi konsentrasi insektisida maka kandungan
senyawa aktifnya juga semakin tinggi sehingga mortalitas yang ditimbulkan semakin besar. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tanaman
A. conyzoides berpengaruh positif terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella.
Diagram perbedaan persentase mortalitas ulat kubis P. xylostella pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Diagram Perbedaan Persentase Mortalitas ulat kubis Plutella xylostella L. pada Pengamatan 24 Jam sampai 48 Jam
Keterangan: P
= 0 kontrol P
1
= 2 P
2
= 6 P
3
= 10
20 40
60 80
100 120
2 6
10
M o
rtali tas
Perlakuan konsentrasi ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L.
Persentase 24 Jam persentase 48 Jam
Berdasarkan diagram Gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa persentase mortalitas ulat kubis P. xylostella pada pengamatan 24 jam
sampai 48 jam semakin meningkat pada perlakuan P
1
konsentrasi 2 dan P
2
konsentrasi 6, sedangkan pada P kontrol dan P
3
konsentrasi 10 tidak mengalami peningkatan mortalitas ulat uji. Pada pengamatan
24 jam sampai 48 jam pada P kontrol persentase mortalitasnya tetap,
yaitu 0. Begitu juga dengan P
3
konsentrasi 10 pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam persentase mortalitasnya tetap, yaitu 100.
Dari hasil pengamatan pada 24 jam setelah aplikasi pada perlakuan P
1
dengan konsentrasi 2 ekstrak tanaman A. conyzoides sudah menunjukkan persentase mortalitas ulat uji sebesar 50, maka dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi 2 ekstrak tanaman A. conyzoides dengan waktu pengamatan 24 jam efektif mematikan sebesar 50 ulat uji,
sedangkan pada perlakuan P
3
dengan konsentrasi 10 ekstrak tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam setelah aplikasi sudah mematikan
sebesar 100 ulat uji. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides terbukti efektif terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella.
Berdasarkan hasil analisis probit LC
50
pengamatan 24 jam dan 48 jam pada Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai persentase mortalitas kematian ulat kubis P. xylostella. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil log
10
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan hasil nilai probit dari mortalitas ulat uji. Semakin tinggi log
10
konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, maka semakin tinggi nilai probit dari mortalitas ulat uji.
Berdasarkan hasil perhitungan penentuan LC
50
dengan ekstrak etanol tanaman A. conyzoides didapatkan nilai LC
50
24 jam sebesar 2,35 dan nilai LC
50
48 jam sebesar 1,93. Artinya, pada 24 jam konsentrasi sebesar 2,35 efektif membunuh 50 ulat kubis P. xylostella dan pada 48 jam
konsentrasi sebesar 1,93 efektif membunuh 50 ulat kubis P. xylostella. Jika, dirata-rata keseluruhan nilai LC
50
dari 24 jam sampai 48 jam didapatkan nilai LC
50
24 jam – 48 jam adalah sebesar 2,14. Hal ini
membuktikan bahwa pada konsentrasi 2,14 efektif membunuh 50 ulat kubis P. xylostella pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam, sedangkan
pada penelitian Damayanti 2006 ekstrak methanol tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam nilai LC
50
24 jam sebesar 1,99 dan pada pengamatan 48 jam niai LC
50
48 jam sebesar 1,34. Dari hasil penentuan LC
50
tersebut membuktikan bahwa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik dan terbukti memenuhi harapan
petani kubis, karena dari hasil penentuan LC
50
tersebut dapat menentukan pada konsentrasi berapa ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh toksik
membunuh sebesar 50 ulat uji, sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi R square R
2
ekstrak etanol A.conyzoides pada pengamatan 24 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A.
conyzoides berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 0,7719. Nilai koefisien determinasi R square R
2
pada pengamatan 48 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides
berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella sebesar 0,7317. Jika, dirata-rata keseluruhan nilai koefisien determinasi R square R
2
dari 24 jam sampai 48 jam didapatkan nilai koefisien determinasi R square
R
2
sebesar 0,7518. Artinya, pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam, konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides berpengaruh terhadap ulat
kubis P. xylostella sebesar 0,7518, sedangkan R square R
2
pada penelitian Damayanti 2006 ekstrak methanol A. conyzoides dihasilkan
sebesar 0,9933 pada pengamatan 24 jam dan R square R
2
sebesar 0,9677 pada pengamatan 48 jam.
Dari hasil nilai koefisien determinasi R square R
2
tersebut membuktikan bahwa adanya hubungan antara dua variabel, yakni variabel
bebas dan variabel terikatnya. Variabel bebasnya adalah konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, sedangkan variabel terikatnya adalah
mortalitas ulat kubis P. xylostella. Dari hubungan kedua variabel tersebut terbukti bahwa ekstrak
tanaman A. conyzoides pada pengamatan 24 jam sampai 48 jam memiliki hubungan korelasi yang kuat terhadap mortalitas ulat kubis P.
xylostella, sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides dengan menggunakan pelarut etanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides
terbukti bersifat toksik racun terhadap ulat kubis P. xylostella. Hal ini juga dibuktikan dari penelitian Damayanti 2006 dari hasil R square
membuktikan bahwa ada hubungan korelasi yang sangat kuat antara variabel bebas konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides dengan
menggunakan pelarut methanol pada proses pembuatan ekstrak tanaman A. conyzoides dan variabel terikatnya mortalitas ulat P. xylostella.
2. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Ulat Kubis Plutella xylostella L.
a. Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Tanaman Ageratum
conyzoides L. Tingkat mortalitas pada ulat kubis P. xylostella yang dihasilkan
dari pemberian ekstrak tanaman A. conyzoides disebabkan karena adanya kandungan metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid dan
alkaloid pada ekstrak tanaman A. conyzoides yang dibuktikan dari hasil analisa
laboratorium Chem-Mix
Pratama, Kretek
Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Lampiran 4.
Dari hasil uji analisa kandungan senyawa flavonoid dan alkaloid, dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid pada ekstrak tanaman A.
conyzoides lebih tinggi dibandingkan senyawa alkaloidnya. Senyawa flavonoid menyerang bagian syaraf pernafasan hingga
menimbulkan kematian. Selain itu, senyawa flavonoid menghambat daya makan antifeedant ulat kubis P. xylostella dengan
mengganggu alat pencernaannya. Senyawa flavonoid juga bekerja dengan menghambat reseptor perasa pada daerah mulut, sehingga tidak
mampu mengenali makanannya, sedangkan pada senyawa alkaloid dapat menghambat aktivitas makan ulat kubis P. xylostella karena
rasanya yang pahit, serta menghambat pertumbuhan ulat kubis P. xylostella, sehingga menyebabkan kegagalan pada metamorfosis.
Selain flavonoid dan alkaloid, senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak tanaman A. conyzoides adalah senyawa saponin
yang dibuktikan dari buih yang dihasilkan dari pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dengan larutan akuades ketika larutan dikocok.
Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Gunawan dan Mulyani 2004 yang menyatakan bahwa saponin sangat mudah ditandai dengan
pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Selain itu, senyawa minyak atsiri yang
dibuktikan dari bau yang tercium dari hasil ekstrak tanaman A. conyzoides yang menyengat.
b. Waktu Aplikasi Penyemprotan Insektisida
Mortalitas ulat kubis P. xylostella juga dapat dipengaruhi oleh
waktu aplikasi penyemprotan insektisida. Pada penelitian ini penyemprotan dilakukan pada pagi hari dan disemprot pada bagian
bawah dan atas daun, sehingga seluruh permukaan daun bagian bawah dan atas daun tersemprot semua. Aplikasi penyemprotan pada pagi hari
dilakukan karena stomata pada daun sedang terbuka sehingga ekstrak tanaman A. conyzoides akan bisa masuk terserap melalui stomata yang
terbuka. Senyawa metabolit sekunder pada ekstrak tanaman A. conyzoides akan masuk terserap oleh jaringan daun, tetapi tidak dapat
ditranslokasikan ke jaringan bagian tanaman lainnya, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senyawa metabolit sekunder tersebut akan diedarkan ke semua bagian jaringan daun yang telah disemprot. Hal inilah yang akan membuat
hama ulat kubis P. xylostella mati jika memakan bagian daun yang telah tersemprot ekstrak tanaman A. conyzoides.
Insektisida nabati ekstrak tanaman A. conyzoides termasuk ke dalam jenis insektisida sistemik lokal. Ketika disemprot ke bagian
permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil dan menyebar ke seluruh mesofil
daun hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman
yang tersebar insektisida tersebut, sehingga tidak berpengaruh terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun
berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman OPT. c.
Aktivitas Makan Ulat Kubis Plutella xylostella L. Tingkat aktivitas makan ulat kubis P. xylostella juga
mempengaruhi mortalitas ulat kubis P. xylostella. Pada perlakuan konsentrasi rendah, intensitas kerusakan daun cenderung tinggi
dibanding dengan perlakuan pada konsentrasi tinggi. Apalagi pada konsentrasi kontrol yang tidak diperlakukan dengan ekstrak tanaman
A. conyzoides, kerusakan daun cenderung lebih tinggi dibanding dengan kerusakan daun yang diperlakukan dengan ekstrak tanaman A.
conyzoides Lampiran 3, Gambar 10. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak tanaman A. conyzoides pada konsentrasi rendah lebih sedikit
dibanding dengan konsentrasi yang tinggi. Sehingga, semakin rendah konsentrasinya ulat yang hidup lebih banyak dan aktivitas makan ulat
P. xylostella semakin meningkat, apalagi pada konsentrasi kontrol yang tidak dberi perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides, maka
aktivitas makan tersebut meningkat, sehingga tingkat mortalitas ulat P. xylostella menjadi rendah, sedangkan semakin tinggi konsentrasinya,
intensitas kerusakan lebih rendah dan aktivitas makan ulat tersebut menjadi menurun. Akibatnya tingkat mortalitas ulat P. xylostella
menjadi meningkat. Hal inilah yang menyebabkan tingkat mortalitas ulat P. xylostella.
d. Siklus Hidup Ulat Kubis Plutella xylostella L.
Siklus hidup juga mempengaruhi mortalitas ulat P. xylostella. Pada
pengamatan siklus hidup pada perlakuan kontrol tidak terjadi mortalitas ulat yang ditandai dengan ulat yang masih hidup dan ada
beberapa ulat yang berubah menjadi kepompong. Sedangkan, pada perlakuan ekstrak tanaman A. conyzoides terjadi mortalitas ulat yang
ditandai dengan ulat yang mati. Ciri-ciri ulat yang mati pada pengamatan pertama yaitu, pada 24 jam setelah aplikasi awalnya badan
ulat terlihat lembek dan mengeluarkan cairan, dan menghasilkan bau yang tidak enak. Kemudian pada pengamatan yang kedua yaitu, pada
48 jam ciri-ciri ulat berwarna hitam kecoklatan dan tidak bergerak bila disentuh Lampiran 3, Gambar 9.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak tanaman A. conyzoides, mortalitasnya semakin meningkat. Sehingga, mempengaruhi siklus
hidup ulat P. xylostella yang seharusnya ulat instar IV tersebut menjadi pupa kepompong tetapi terhambat siklus hidupnya sehingga
mengakibatkan ulat mati dan tidak berkembang menjadi pupa kepompong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmo 2005 yang
menyatakan bahwa salah satu cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu dapat merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
Sehingga siklus hidup metamorfosis ulat P. xylostella akan terganggu dan terputus siklus hidupnya.
3. Faktor Pendukung Proses Penelitian
Faktor pendukung proses penelitian adalah saat pembuatan ekstrak
tanaman A. conyzoides dengan proses maserasi menggunakan pelarut etanol yang bersifat polar dan lebih aman serta ramah lingkungan
dibanding methanol. Pada proses maserasi dilakukan perendaman selama 3 hari dan proses maserasi dilakukan berulang-ulang hingga ekstraksi yang
dihasilkan jernih, agar senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar pada tanaman A. conyzoides banyak terserap oleh larutan etanol yang
bersifat polar, sehingga berpengaruh terhadap mortalitas ulat kubis P. xylostella.
4. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian
Hambatan dalam penelitian ini adalah saat pemeliharaan budidaya
ulat kubis P. xylostella mengalami kegagalan saat pemeliharaannya, sehingga pertumbuhannya terhambat dan ada beberapa ulat instar IV
dalam waktu sehari sudah menjadi pra pupa. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang kurang sesuai dan stress setelah diambil dari lapangan
langsung ditaruh ditempat baru sehingga terjadi perubahan adaptasi lingkungan yang baru, atau juga bisa disebabkan karena ulat instar IV
yang diambil dari lapangan umurnya sudah waktunya menjadi pupa. Selain itu, saat pengenceran ekstrak tanaman A. conyzoides dengan
akuades tidak tercampur rata, masih ada sisa-sisa ekstrak yang tidak tercampur dengan akuades, sebaiknya akuades dipanaskan terlebih dahulu
agar ekstrak dan akudes dapat dengan mudah tercampur rata. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
lapangan untuk para petani kubis bahwa tanaman A. conyzoides dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut uji efektivitas EC
50
ekstrak tanaman A. conyzoides pada dosis atau konsentrasi letal yang sudah diteliti LC
50
. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak tanaman A. conyzoides
terhadap jenis hama atau pada tanaman budidaya lain. Perlu dilakukan uji untuk metabolit sekunder yang paling toksik pada tanaman A. conyzoides
dengan senyawa yang lebih non polar dari etanol. Perlu dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penimbangan berat basah dan memperhitungkan proporsi atau komposisi dari tanaman A. conyzoides sebelum dilakukan pembuatan ekstraknya.
76
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN