Ekstrak tanaman Ageratum conyzoides L. juga menghasilkan beberapa minyak yang berpotensi sebagai insektisida. Komposisi yang
terkandung dalam minyak-minyak tersebut adalah prococene I dan prococene II, beta-caryophyllene, gamma-bisabolene, 3,3-dimethyl-5-
tertbutilindone dan fenil asetat. Selain itu juga diidentifikasi adanya senyawa 2-
2’-methylethyl-5,6-dimethoxybenzofuran dan asam 6-methyl- 12-heptadecenoic Amelot et all., 2003.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat racun dari insektisida khususnya dari daun Ageratum conyzoides L. adalah toksisitas dari
senyawa insektisida, dosis insektisida khususnya konsentrasi, lama terkena insektisida dan cara pestisida masuk dalam tubuh serangga Prijono dalam
Latif, 2001. Sistem kerja zat aktif pestisida nabati masuk melalui oral maupun kulit hama. Racunnya akan menyerang sistem saraf maupun
pencernaan sehingga dapat melumpuhkan dan mematikan hama Marfu’ah, 2005.
D. Lethal Concentration LC
50
LC
50
Lethal Concentration merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50 dari organisme uji yang diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC
50
48 jam, LC
50
96 jam Dhahiyat dan Djuangsih, 1997. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Meyer et.al 1982 suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksi langsungnya mampu membunuh 50 atau lebih populasi
uji dalam selang waktu yang pendek, missal 24 jam, 48 jam sd 14 hari. Penentuan LC
50
biasanya banyak digunakan dalam uji toksisitas pada farmakologi. LC
50
adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC
50
adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 dari organisme uji, misalnya larva Artemia
salina brine shrimp Fadhillah, 2013.
E. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan Damayanti 2006 mengenai pengaruh ekstrak babadotan Ageratum conyzoides L. sebagai insektisida botani terhadap
mortalitas dan perkembangan ulat kubis Plutella xylostella L. dari hasil ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan berpengaruh sangat
signifikan P0,01 terhadap mortalitas dan perkembangan Plutella xylostella L. Pada pengamatan mortalitas 24 jam dan 48 jam mortalitas paling tinggi
adalah konsentrasi 4,50. Dari hasil analisis probit diperoleh LC
50
-24 jam sebesar 1,9916 dan LC
90
-24 jam sebesar 6,2706. Sedangkan untuk LC
50
- 48 jam sebesar 1,3443 dan LC
90
-48 jam sebesar 4,2325. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan tanaman A. conyzoides
sebagai alternatif insektisida nabati terhadap ulat P. xylostella. Perbedaannya adalah pada penelitian Damayanti 2006 ini hanya menggunakan ekstrak
daun A. conyzoides, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekstrak daun dan bunga A. conyzoides. Selain itu, proses maserasi penelitian ini menggunakan pelarut methanol untuk membuat ekstraknya, sedangkan
penelitian yang dilakukan menggunakan pelarut etanol sebagai pelarut maserasi simplisia dikarenakan lebih aman serta ramah lingkungan dibanding
methanol. Dalam pengaplikasian penelitian ini menggunakan metode pencelupan, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode
penyemprotan menggunakan handsprayer. Penelitian yang dilakukan Lumowa 2011 mengenai efektivitas ekstrak
babadotan Ageratum conyzoides L. terhadap tingkat kematian larva Spodoptera litura F. menunjukkan bahwa pada uji pendahuluan dengan
perlakuan konsentrasi 10 ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 60 , sedangkan uji lanjutan dengan perlakuan konsentrasi
20 ekstrak babadotan menghasilkan tingkat kematian larva uji sebesar 100 dengan lama kematian larva uji 26-60 menit. Persamaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan ekstrak dari tanaman gulma babadotan Ageratum conyzoides L. yang diuji efektivitasnya sebagai alternatif pengendali hama.
Perbedaannya adalah pada penelitian ini target hamanya adalah larva Spodoptera litura F., sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ulat
kubis Plutella xylostella L.. Penelitian ini tidak menggunakan metode LC
50
sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan LC
50
. Berdasarkan penelitian Lumowa 2011 membuktikan bahwa ekstrak babadotan Ageratum
conyzoides L. bersifat sebagai insektisida botanis terhadap larva instar IV S. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
litura. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak babadotan yang diberikan maka ekstrak babadotan semakin tinggi tingkat mortalitas larva uji.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahendra 2010 mengenai perbedaan toksisitas ekstrak daun babadotan Ageratum conyzoides L. dan ekstrak daun
sereh wangi Andropogon nardus L. terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. membuktikan bahwa ekstrak daun babadotan Ageratum conyzoides
L. lebih efektif digunakan sebagai larvasida. Hal ini berdasaran pada besarnya LC
50
dan LC
90
dari ekstrak daun babadotan pada masa dedah 24 jam dan 48 jam membutuhkan konsentrasi yang lebih rendah apabila dibandingkan
dengan ekstrak daun sereh wangi Andropogon nardus L.. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan ekstrak
tanaman babadotan Ageratum conyzoides L. dan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahendra 2010 juga menggunakan ekstrak
daun sereh wangi Andropogon nardus L. sebagai pembanding dan diaplikasikan pada larva nyamuk Aedes aegypti L., sedangkan pada penelitian
yang dilakukan diaplikasikan pada ulat kubis Plutella xylostella L.. Penelitian ini hanya menggunakan ekstrak daun tanaman A. conyzoides,
sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan ekstrak daun dan bunga tanaman A. conyzoides.
Berikut adalah gambar 2.8 yang menunjukkan kebaharuan penelitian ini terhadap penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan.
37
Gambar 2.8 Bagan Literature Map PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Kerangka Berpikir