9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Ulat Kubis Plutella xylostella L.
1. Klasifikasi
Klasifikasi ulat kubis Plutella xylostella L. menurut Kalshoven 1981 adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Dulu hama ini bernama Plutella maculipennis. Kadang-kadang disebut juga sebagai hama putih, karena kubis yang telah diserangnya
menjadi putih tinggal epidermisnya saja. Ulat makan daun kubis, sawi atau petsai yang muda dan tua. Pada setiap pertanaman kubis selalu
dijumpai hama ini, sehingga terkenal juga dengan sebutan ulat kubis Tjahjadi, 2002.
Ulat ini juga disebut ulat tritip, atau ngengat punggung berlian. Tersebar di seluruh dunia, di daerah tropis, subtropis dan daerah sedang
Gambar 2.1 Ulat Plutella xylostella L.
Dok. Pribadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
temperate. Ulat tritip itu kecil tetapi sangat merugikan tanaman kubis. Kubis yang terserang menjadi rusak hebat Pracaya, 1993.
Hama ini bersifat kosmopolitan dan di Indonesia umumnya dapat ditemukan di pertanaman kubis di dataran tinggi, pegunungan, atau
perbukitan. Namun, karena akhir-akhir ini kubis juga ditanam di dataran rendah, P. xylostella juga dapat ditemukan pada pertanaman kubis di
dataran rendah Sastrosiswojo, et al., 2005.
2. Daur Hidup Ulat Kubis Plutella xylostella L.
Ulat kubis P. xylostella mengalami 4 kali perubahan bentuk dalam hidupnya yaitu stadium telur, ulat, pupa kepompong dan ngengat imago.
Umur tritip di daerah dingin lebih panjang daripada di daerah panas. Berikut 4 kali perubahan bentuk ulat P. xylostella:
a. Telur
Gambar 2.2 Telur P. xylostella Dok. Pribadi Telur P. xylostella berbentuk oval dan rata, ukurannya 0,44 mm
dan 0,26 mm. Telur berwarna hijau kuning atau pucat, dan disimpan sendiri atau dalam kelompok kecil dari dua sampai delapan telur pada
cekungan di permukaan dedaunan, atau kadang-kadang pada bagian tanaman lainnya Capinera, 2012. Di daerah panas sampai ketinggian
250 m dpl, stadium telurnya 2 hari, ulat 9 hari, pupa 4 hari dan kupu- kupu 7 hari. Sedang di dataran tinggi sampai di ketinggian 1.100
– 1.200 m dpl, stadium telurnya 3
– 4 hari, ulat 12 hari, pupa 6 – 7 hari dan kupu-kupu 20 hari Pracaya, 1993.
b. Ulat
Gambar 2.3 Ulat P. xylostella Dok. Pribadi Ulat yang baru menetas warnanya hijau pucat sedang yang telah
dewasa lebih tua dengan warna kepala lebih pucat dengan bintik-bintik atau garis cokelat Pracaya, 1993. Fase ulat P. xylostella terdiri atas
empat instar yaitu, instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Ulat instar I memiliki panjang 1 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-
kuningan, dan berlangsung selama 4 hari. Ulat instar II memiliki panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan
berlangsung selama 2 hari. Ulat instar III memiliki panjang tubuh 4 – 6
mm, lebar 0,75 mm, berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari. Ulat instar IV memiliki panjang 6
– 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, berwarna hijau, dan berlangsung selama 3 hari Rukmana, 1994 dalam Purba,
2007. Ulat lincah dan jika tersentuh akan menggantungkan diri dengan benang halus. Ulat jantan dapat dibedakan dari ulat betina
karena memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning Sastrosiswojo, 1993.
c. Pupa Kepompong
Gambar 2.4 Pupa P. xylostella Dok. Pribadi Pada akhir instar ke IV, ulat membuat kokon yang berwana putih
sebagai pelindung sehingga tampak seperti jala dan berbentuk silinder pada permukaan bawah daun. Pembentukan kepompong mula-mula
dibuat dasarnya, sisi, kemudian tutupnya, yang masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan pernapasan aerasi. Pembuatan
kepompong ini diselesaikan dalam waktu 24 jam, setelah selesai ulat berubah menjadi pupa Pracaya, 1993. Pupa pada mulanya berwarna
hijau, selanjutnya berwarna kuning pucat, dengan warna kecoklatan pada bagian punggungnya. Panjang pupa 5
– 6 mm, dengan diameter 1,2
– 1,5 mm. Pupa tertutup oleh kokon, dengan masa pupa 3 – 6 hari Sudarmo, 1994. Kulit ulat biasanya diletakkan dalam kepompong
tetapi kadang-kadang juga diletakkan di luar kepompong. Pracaya, 1993.
d. Ngengat Imago
Gambar 2.5 Ngengat P. xylostella Dok. Pribadi Ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat
sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diamond atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. Ngengat beristirahat pada siang hari. Umur ngengat 2
– 4 minggu. Ngengat betina mampu menghasilkan telur 180
– 320 butir Deptan, 2008. Ngengat memiliki panjang tubuh 5
– 9 mm. waktu ngengat istirahat, antena lurus ke depan. Ngengat jantan kelihatan lebih kecil
dibanding dengan betina, demikian pula warnanya lebih cerah Sudarmo, 1994. Ngengat punggung berlian ini hidupnya dari
menghisap madu dari bunga yang termasuk keluarga Cruciferae. Warna sayapnya abu-abu kecoklatan, yang betina berwarna lebih
pucat. Dalam keadaan istirahat empat sayapnya menutup tubuhnya dan seakan-akan ada gambaran seperti jajaran genjang yang warnanya
putih seperti berlian. Oleh karena itu hama ini disebut ngengat punggung berlian. Yang betina dapat bertelur 180 sampai 320 butir.
Pada umumnya telur diletakkan di balik daun satu persatu, kadang- kadang dua-dua atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam satu
daun atau daun yang berlainan tanaman, sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis Pracaya, 1993.
3. Kerusakan yang disebabkan Ulat Kubis Pluetella xylostella L.