dari hasil output SPSS dengan melihat nilai tolerance dan Variance inflation factor VIF. Nilai yang umum dipakai untuk mendeteksi adanya
gejala multikolineritas adalah Jika Tolerance 0,1 sedangkan VIF 10 Ghozali, 2005:92 dalam Widyaningrum, 2009:29.
d. Uji Linearitas
Linearitas adalah keadaan di mana hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat linier garis lurus dalam
range variabel independen tertentu. Santoso, 2014:51 Uji linearitas dalam analisis korelasi kanonikal dilakukan dengan
melakukan analisis korelasi-regresi linear dengan berturut-turut menggunakan variabel ROA, ROE dan NPM sebagai variabel dependen.
Korelasi dianggap linear dengan memperhatikan nilai R Square pada taraf nyata 0.01. Siregar, 2006:8.
3.7.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan model statistika Analisis Korelasi Kanonikal Canonical Correlation yang merupakan model
multivariat dengan mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antar set variabel dependen dengan set variabel independen.
Analisis korelasi kanonikal harus memenuhi beberapa asumsi klasik, diantaranya: variabel dan tiap-tiap fungsi dalam korelasi kanonikal
harus memenuhi asumsi normalitas agar hasil korelasi dapat mencapai hasil yang maksimum, tdak adanya gejala multikolinearitas dalam tiap
36
Universitas Sumatera Utara
fungsi korelasi kanonikal, tidak terjadi heteroskedastisitas, serta berhubungan secara linear terhadap masing-masing variabel dependen.
Proses Korelasi Kanonik dalam SPSS dilakukan dengan menggunakan Syntax Editor melalui pembuatan perintah pada SPSS,
kemudian dieksekusi run untuk menghasilkan output. Persamaan korelasi kanonial penelitian ini dinyatakan dalam
persamaan berikut:
Y1 + Y2 + Y3 = X1 + X2 + X3
Keterangan:
Set variabel dependen
Set variabel independen
Y1 = ROA Return on Assets Y2 = ROE Return on Equity
Y3 = NPM Net Profit Margin X1 = DAR Debt to Asset Ratio
X2 = LDERLong term Debt to Equity Ratio X3 = TIER Time Interest Earned Ratio
Setelah didapat persamaan korelasi tersebut, maka langkah yang akan dilakukan dalam analisis korelasi kanonikal selanjutnya adalah: a.
Mendapatkan satu atau lebih fungsi kanonikal dengan melihat tingkat signifikansi Multivariate Test of Significance di bawah 0,05 dan besaran
nilai korelasi kanonikal Canonical Correlation di atas 0,5.
3 7
Universitas Sumatera Utara
b. Interpretasi Kanonikal Variate dengan menganalisis fungsi kanonikal yang telah ditentukan dan menentukan pentingnya masing-masing variabel awal
original di dalam hubungan kanonikal. Ada dua metode yang digunakan, yaitu :
1 Canonical Weight
Bobot Kanonikal Variabel yang memiliki angka weight relatif besar di atas 0,5 dianggap
memberikan kontribusi lebih pada variat dan sebaliknya. 2
Canonical Loading Muatan Kanonikal
Muatan kanonikal mengukur korelasi linear sederhana antara variabel awal original dalam variabel dependen atau independen dan set canonical
variate . Metode ini juga menyatakan korelasi variabel terhadap variat di
mana variabel bergabung dalam setiap fungsi kanonikal. Untuk selanjutnya, output dari ketiga cannonical weight, cannonical
loadings maupun cannonical cross loading dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
a. Koefisien Korelasi Besaran angka koefisien korelasi menunjukkan kuat atau
lemahnya hubungan antarvariabel yang diteliti. ∑ Besaran koefisien korelasi berada antara -1 s.d 1
∑ Besaran koefisien korelasi -1 1 adalah korelasi yang sempurna ∑ Koefisien korelasi 0 dianggap tidak berhubungan antara variabel
yang diuji.
38
Universitas Sumatera Utara
b. Arah Hubungan Tanda dari angka koefisien korelasi menunjukkan arah
hubungan antarvariabel yang diteliti positifnegatif. ∑ Hubungan positif, untuk koefisin 0 s.d 1
∑ Hubungan negatif, untuk koefisien 0 s.d -1 ∑ Tidak berhubungan, untuk koefisien 0
3.8 Jadwal Penelitian