3 Terhadap Variabel Dependen LnNPM Hasil uji linearitas akan disajikan pada tabel 4.27 berikut ini:
Tabel 4.27 Uji Linearitas terhadap Variabel Dependen LnNPM
Variabel Independen
R Square
Keterangan LnDAR 0.011 Linear
LnLDER 0.048
Linear LnTIER
0.412 Linear
Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan tabel 4.27, dapat dilihat bahwa variabel independen
LnDAR, LnLDER dan LnTIER memiliki hubungan yang linear dengan variabel dependen LnNPM dilihat dari nilai R Squarenya yang berada di
atas tingkat kepercayaan 1.
4.4 Analisis Korelasi Kanonikal dan Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, persamaan korelasi kanonikal yang semula :
Y1 + Y2 + Y3 = X1 + X2 + X3
Keterangan:
Set variabel dependen
Set variabel independen
Y1 = ROA Return on Assets Y2 = ROE Return on Equity
Y3 = NPM Net Profit Margin X1 = DAR Debt to Asset Ratio
X2 = LDER Long term Debt to Equity Ratio X3 = TIER Time Interest Earned Ratio
76
Universitas Sumatera Utara
Berubah menjadi :
Y1 + Y2 + Y3= X1 + X2 + X3
Keterangan: Y1 = LnROA
Y2 = LnROE Y3 = LnNPM
X1 = LnDAR X2 = LnLDER
X3 = LnTIER Hal ini dikarenakan variabel yang
semula tidak memenuhi asumsi normalitas dan perlu ditransformasi menjadi bentuk logaritma natural Ln. Sehingga persamaan yang baru memenuhi asumsi
klasik dan dapat dianalisis lebih lanjut untuk pengujian hipotesis melalui analisis korelasi kanonikal.
Pengujian hipotesis melalui analisis korelasi kanonikal diawali dengan mengetik perintah SPSS berikut ini pada Syntax Editor:
MANOVA LnROA LnROE LnNPM WITH LnDAR LnLDER LnTIER PRINT=ERROR SSCP COV COR SIGNIF
HYPOTH EIGEN DIMENR DISCRIM=RAW STAN ESTIM COR ALPHA 1.0
Kemudian dieksekusi Run untuk menghasilkan output yang hasil lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 Manova.
Berikut ini adalah hasil output SPSS pada analisis korelasi kanonikal disertai dengan pembahasannya sesuai dengan langkah-langkah analisis yang telah
dijelaskan pada bab III sekaligus pengujian terhadap hipotesis penelitian.
7 7 Set variabel
dependen
Set variabel independen
Universitas Sumatera Utara
1. Pembentukan Canonical Function
Fungsi Kanonikal Pembentukan fungsi kanonikal digunakan sebagai penetapan fungsi
yang dapat dianalisis lebih lanjut untuk digunakan dalam interpretasi terhadap hasil Canonical Variates. Di dalam persamaan model penelitian
ini, terdapat tiga variabel dependen dan tiga variabel independen, maka akan terbentuk tiga Fungsi Kanonikal di mana dari 3 fungsi tersebut akan
dilakukan 2 uji, yakni uji bersama dan uji individu untuk penentuan fungsi yang dapat dianalisis lebih lanjut.
Langkah pertama dalam pembentukan Canonical Function Fungsi Kanonikal adalah Uji bersama dengan 3 uji, yakni uji Pillais, Hotellings
dan Wilks yang digunakan untuk mengetahui apakah fungsi 1, 2 dan 3 signifikan secara bersama-sama sekaligus untuk membuktikan apakah
hipotesis penelitian ini diterima atau ditolak. Batas signifikansi yang digunakan dalam uji secara bersama-sama ini adalah
≤0.05 yang ditunjukkan pada kolom Significance of F. Hasil uji signifikansi secara
bersama-sama akan disajikan pada Tabel 4.28 berikut ini: Tabel 4.28
Uji Signifikansi Multivariat
Multivariate Tests of Significance S = 3, M = -12, N = 27 12 Test Name
Value Approx. F Hypoth. DF Error DF
Sig. of F Pillais ,95742
9,21835 9,00
177,00 ,000
Hotellings 2,42599 15,00523 9,00 167,00 ,000
Wilks ,23564 12,51538
9,00 138,87
,000 Roys ,66918
Sumber : Lampiran 5
7 8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.28 memperlihatkan hasil uji signifikansi multivariat secara bersama-sama dan menunjukkan keseluruhan nilai signifikan di bawah
tingkat kepercayaan 5 yaitu 0.000 Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan korelasi kanonikal dalam penelitian ini signifikan, dan hipotesis
penelitian diterima. Selanjutnya dilakukan Uji individu yang dapat dilihat pada tabel
4.29 berikut ini: Tabel 4.29
Eigenvalues dan Korelasi Kanonikal
Eigenvalues and Canonical Correlations Root No.
Eigenvalue Pct.
Cum.Pct. Canon Cor.
Sq. Cor 1 2,02279 83,37971 83,37971 ,81803
,66918 2 ,40139
16,54520 99,92491
,53518 ,28642
3 ,00182 ,07509 100,00000
,04264 ,00182
Sumber : Lampiran 5 Pada tabel 4.29 di mana penentuan fungsi yang dapat dianalisis
lebih lanjut dilihat dari hasil kolom nilai Canonical Correlation dengan batas yang digunakan yaitu
≥0.5. Dengan mengamati angka korelasi kanonikal Canon Cor untuk fungsi 1 adalah 0.81803, fungsi 2 adalah
0.53518, dan fungsi 3 adalah 0.00182. Besaran nilai korelasi kanonikal yang nilainya melebihi 0.5 adalah fungsi 10.81803 dan fungsi 20.53518.
Dari kedua fungsi tersebut, fungsi 1 menunjukkan angka yang lebih besar sehingga fungsi yang digunakan untuk interpretasi hasil Canonical
Variates adalah fungsi 1 0.81803.
7 9
Universitas Sumatera Utara
Penentuan fungsi kanonikal juga dapat ditentukan melalui analisis reduksi dimensi dengan melihat nilai pada kolom Significance of F dengan
berbatas ≤0.05. Jika nilai Sig.of F berada di bawah batas tersebut maka bisa
dianalisis lebih lanjut untuk interpretasi Canonical Variates. Hasil analisis reduksi dimensi ditunjukkan pada tabel 4.30 berikut ini:
Tabel 4.30 Analisis Reduksi Dimensi
D i m e n s i o n R e d u c t i o n A n a l y s i s Roots
Wilks L F
Hypoth. DF Error DF Sig. of F
1 TO 3 ,2356
12,51538 9,00
138,87 ,000
2 TO 3 ,71228
5,36149 4,00
116,00 ,001
3 TO 3 ,99818
,10748 1,00
59,00 ,744
Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.30, jika dilihat pada kolom Sig.of F yang
menguji fungsi kanonikal terlihat untuk fungsi 1 signifikan pada 0.000, sedangkan fungsi 2 signifikan pada 0.001 dan fungsi 3 signifikan pada
0.744. Besaran nilai signifikansi dari fungsi kanonikal yang berada di bawah 0.5 adalah fungsi 1 dan fungsi 2. Namun dari kedua fungsi tersebut,
fungsi 1 menunjukkan angka signifikan yang lebih kecil yaitu 0.000 sehingga fungsi 2 dan 3 dapat diabaikan dalam proses analisis interpretasi
Canonical Variates. Berdasarkan hasil uji individu Eigenvalues dan Korelasi Kanonikal
serta Analisis Reduksi Dimensi yang ditunjukkan pada tabel 4.29 dan 4.20 maka fungsi kanonikal yang dapat dianalisis lebih lanjut adalah fungsi 1.
8 0
Universitas Sumatera Utara
2. Interpretasi Canonical Variate
Canonical variate adalah kumpulan dari beberapa variabel yang
membentuk sebuah variat. Dalam kasus ini, terdapat dua canonical variates,
yaitu dependent canonical variates yang terdiri dari tiga variabel dependen Y1, Y2, dan Y3, serta independent canonical variates yang
terdiri dari tiga variabel independent X1, X2 dan X3. Interpretasi Canonical Variates
bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen dalam kanonikal variat tersebut berhubungan erat dengan
dependen variat, yang diukur dengan besaran korelasi masing-masing independen variabel dengan variatnya.
Pada tahap sebelumnya telah terpilih fungsi 1 yang dianalisis lebih lanjut dalam analisis Canonical Weight yang ditunjukkan pada tabel 4.31
dan Canonical Loading yang ditunjukkan pada tabel 4.32 berikut: a. Canonical Weight Bobot Kanonikal
Variabel yang memiliki angka weight relatif besar di atas 0,5 dianggap memberikan kontribusi lebih pada variate dan sebaliknya. Hasil
output SPSS bobot kanonikal akan disajikan pada Tabel 4.31 berikut ini: Tabel 4.31
Variabel Dependen dalam Canonical Weight
Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables Function No.
Variable 1 2
3 LnROA ,97077
4,90484 -2,96793
LnROE -,86072 -4,67992
,63653 LnNPM ,22274
,27042 2,55623
Sumber: Lampiran 5
81
Universitas Sumatera Utara
Dengan hanya memperhatikan fungsi 1 dan mengabaikan fungsi 2 dan 3, terlihat angka korelasi antara masing-masing variabel dengan
variatnya. Untuk fungsi 1 pada tabel 4.31 terdapat 2 angka korelasi yang berada di atas 0.5 yakni 0.97077 LnROA dan -0.86072 LnROE. Berarti
kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan variabel independen. Sedangkan variabel LnNPM memiliki angka korelasi di bawah
0.5 yaitu 0.22274 yang berarti bahwa variabel tersebut memiliki hubungan yang lemah dengan variabel independen.
Tabel 4.32 Variabel Independen dalam Canonical Weight
Raw canonical coefficients for COVARIATES
Function No. COVARIATE 1
2 3
LnDAR -,83178 -2,54638
-2,92670 LnLDER
-,43463 -,20767 1,26715 LnTIER -,77265
,62970 -,20866
Sumber: Lampiran 5 Dengan hanya memperhatikan fungsi 1 dan mengabaikan fungsi 2
dan 3, terlihat angka korelasi antara masing-masing variabel dengan variatnya. Untuk fungsi 1 pada tabel 4.31 terdapat 2 angka korelasi yang
berada di atas 0.5 yakni -0.83178LnDAR dan -0.77265 LnTIER. Berarti kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan variabel
dependen. Sedangkan variabel LnLDER memiliki angka korelasi di bawah 0.5 yaitu -0.43463 yang berarti bahwa variabel tersebut memiliki hubungan
yang lemah dengan variabel dependen.
82
Universitas Sumatera Utara
b. Canonical Loading Muatan Kanonikal Muatan kanonikal mengukur korelasi linear sederhana antara
variabel awal original dalam variabel dependen atau independen dan set canonical variate
. Metode ini juga menyatakan korelasi variabel terhadap variate di mana variabel bergabung dalam setiap fungsi kanonikal. Hasil
output SPSS muatan kanonikal akan disajikan pada tabel 4.33 berikut ini: Tabel 4.33
Variabel Dependen dalam Canonical Loading
Correlations between DEPENDENT and canonical variables Function No.
Variable 1 2
3 LnROA ,83589
,54869 ,01479
LnROE -,91892 ,39255
,03854 LnNPM ,74170
,53932 ,39878
Sumber : Lampiran 5 Dengan hanya memperhatikan fungsi 1 dan mengabaikan fungsi 2
dan 3, terlihat angka korelasi antara masing-masing variabel dengan variatnya. Untuk fungsi 1 dependen variabel pada tabel 4.31 seluruh
variabel dependen menunjukkan angka canonical loading ysng lebih dari 0.5, yakni -0.83589 LnROA, -0.91892LnROE, 0.74170LnNPM.
Berarti ketiga variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan variabel independen.
Tabel 4.34 Variabel Independen dalam Canonical Loading
Correlations between COVARIATES and canonical variables CAN. VAR.
Covariate 1
2 3
LnDAR -,64712 -,77562 -,31477
LnLDER -,56402 -,46622
,68156 LnTIER -,76868
,61871 -,16226
Sumber: Lampiran 5
83
Universitas Sumatera Utara
Dengan hanya memperhatikan fungsi 1 dan mengabaikan fungsi 2 dan 3, terlihat angka korelasi antara masing-masing variabel dengan
variatnya. Untuk fungsi 1 independen variabel pada tabel 4.34 seluruh variabel independen menunjukkan angka canonical loading lebih dari 0.5,
yakni -0.64712 LnDAR, -0.56402LnLDER, -0.76868 LnTIER. Berarti ketiga variabel tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan variabel
independen. Dari analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian
mengenai adanya hubungan yang signifikan antara leverage keuangan melalui rasio - Debt to Asset Ratio DAR, Long term Debt to Equity Ratio
LDER, dan Time Interest Earned Ratio TIER dengan profitabilitas perusahaan melalui rasio – Return on Assets ROA, Return on Equity
ROE dan Net Profit Margin NPM diterima.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian