Strategi pengkaderan da'i Pondok Pesantren Daarul Hikmah desa Pekayon Sukadiri Tangerang

(1)

STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN

DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh :

SISWORO DWI HENDARSYAH NIM: 107053002686

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011 M


(2)

syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi

Oleh :

Sisworo Dwi Hendarsyah Nim : 107053002686

Di bawah bimbingan

Drs. Masran, M.Ag NIP : 150275384

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: “STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN

DAARUL HIKMAH DESA PEKAYON SUKADIRI TANGERANG” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari kamis tanggal 14 Juni 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 14 Juni 2011 Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Sugiharto, MA

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19660806 199603 1 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Sihabudin Noor, MA H. Mulkanasir, BA., S.Pd. MM

NIP. 19690221 199703 1 001 NIP. 19550101 198302 1 001

Pembimbing,

Drs. Masran, M. Ag NIP. 150275384


(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan saya ini telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 juni 2011


(5)

i

ABSTRAK

Sisworo Dwi Hendarsyah, Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon Sukadiri Tangerang

Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupaya dalam meregenerasi para santri untuk menjadi

seorang Da’i, dalam upaya ini Pondok Pesantren Daarul Hikmah mengadakan pengkaderan Da’i

yang merupakan suatu keharusan bagi para santri-santrinya. Mengacu kepada surat Ali Imran ayat : 104 bahwa agama menganjurkan untuk menjadikan diantara umat tersebut segolongan umat

yang menyeru kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Oleh sebab itu Pondok Pesantren Daarul Hikmah berusaha mewujudkan perintah agama tersebut

karena berdakwah dan mengajak kepada kebaikan hukumnya adalah fardhu ‘ain. Keterpaduan dakwah didalam Pondok Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul karimah dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini, ditunjukkan oleh sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang telah mencetak kader – kader Islam dan ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang Kemampuan sebuah Pondok Pesantren dalam menghadapi tantangan global terus ditingkatkan, jaringan komunikasi dibangun dan dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang solid dalam beragama dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan masyarakat itu sendiri.

Perumusan masalah yang peneliti ambil adalah bagaimana langkah-langkah strategi Pondok

Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i dan bagaimana implementasi strategi Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam pengkaderan Da’i dan mengetahui Bagaimana Implementasi strategi Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan Kualitatif terhadap penulisan ini, dan guna mendapatkan data-data yang penulis butuhkan, maka penulis menggunakan langkah-langkah dalam mengumpulkan data seperti mencari data yang bersangkut paut dengan pembahasan penulis di Perpustakaan yang telah disediakan oleh UIN Jakarta, lalu penulis pun menggunakan metode observasi langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah guna melengkapi data yang penulis butuhkan, dan yang bersangkut paut dengan judul penulis, disamping itu juga penulis menggunakan metode wawancara dengan beberapa pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah serta penulis mencantumkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada hasil wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.

Dari hasil penelitian penulis, maka penulis dapat menyimpulkan langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i, Langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yakni menciptakan dan membina para calon Da’i yang handal dan di samping itu, setiap langkah-langkah yang di lakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah memiliki Implementasi yang berbeda-beda, seperti Penerapan srtategi dalam pengkaderan Da’i, yakni melalui program Muhadoroh guna menguatkan Ilmu dan mental para santri. Adapun langkah-langkah strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam menetapkan strategi, pertama menentukan program Pondok Pesantren Daarul Hikmah, kedua membuat jadwal kegiatan program tersebut dan yang ketiga menentukan pembimbing dalam mengawasi program-program. Dan Implementasi Pondok Pesantren Daarul hikmah dalam

pengkaderan Da’i dalam mencapai tujuannya mengandung Empat proses penting, Pertaman Need


(6)

ii

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pencipta alam raya ini yang telah memberikan berjuta-juta Nikmat diantaranya nikmat sehat wal’afiat. Shalawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi akhir jaman, pemimpin umat dia adalah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliah hingga jaman reformasi seperti sekarang ini.

Bab demi bab skripsi ini telah penulis selesaikan dan dalam penulisan skripsi ini tak sedikit kesulitan atau pun cobaan yang penulis hadapi, namun dengan dorongan dan semangat dari orang-orang yang selalu ada untuk menyemangati penulis, hingga karya ilmiah (skripsi) ini dapat penulis selesaikan. Dengan itu seyogyanya penulisa ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

2. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan H. Mulkanasir BA, SPd, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah mempermudah penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, dan penulis akan selalu kenang jasa-jasa beliau yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

3. Keluarga besar, Ayahanda dan bunda, kakak-kakakku, yang selalu memberi dukungan, do’a-do’a yang tak pernah henti-hentinya, motifasi dan kasih sayang yang tulus hingga akhir hayat, semoga Allah selalu memberikan nikmat sehat kepada kedua orang tua penulis (amien) dan semua keponakan yang selalu mencerahkan pikiran dimana saat kejenuhan melanda pikiran penulis.


(7)

iii

4. Drs. Masran, M.Ag selaku pembimbing, yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

5. Ust. A. Zaky Yudhistira, SE selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, guna terlaksananya penelitian ini yang penulis laksanakan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah.

6. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah. Yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dari awal kuliah hingga selesai skripsi ini.

7. Seluruh staff perpustakaan (terima kasih telah memberi kemudahan dalam segala hal yang berkaitan dengan perpustakan).

Akhirnya penulis menyadari, bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat memberikan pengetahuan yang sempurna, untuk itu penulis sangat berlapang dada untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif, dan dapat memperluas wawasan keilmuan serta menambah pengetahuan kita.

Jakarta, 07 Mei 2011


(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan……… 13

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, PENGKADERAN DAN PELATIHAN DA’I A. Strategi ... 14

1. Pengertian strategi……….... 14 2. Perbedaan Strategi dengan Taktik…….………... 16

3. Dimensi strategi……… 17 4. Tahapan strategi ... 20

B. Pengkaderan dan Pelatihan ... 24

1. Pengertian pengkaderan ... 24

2. Ciri-ciri Organisasi Kader ... 25

3. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan ... 27

4. Pengertian pelatihan ... 27


(9)

v

6. Pengertian sistem pelatihan………. 31

7. Unsur-unsur pelatihan………. 32

8. Komponen-komponen pelatihan dakwah ... 34

C. Pengertian da’i ... 38

BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 41

B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 46

C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 47

D. Program-program Pondok Pesantren Daarul Hikmah... 51

E. Sarana dan Fasilitas………... 54

BAB IV : ANALISIS STRATEGI PENGKADERAN DA’I PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH A. Langkah-langkah Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah Dalam Pengkaderan Da’i ... 55

B. Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah 58

C. Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 61

D. Implementasi Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah ... 64

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan aktifitas umat Islam yang selalu dilakukan dalam mengarungi samudera kehidupan. Dakwah dijalan Allah merupakan dakwah tertinggi, karena merupakan bentuk risalah para nabi dan rasul-Nya yang menjadi penunjuk dan pelopor perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan dakwah cakupannya sangat luas, sehingga Allah memberi peringatan pada setiap manusia untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Hal ini telah dijelaskan dalam surah Ali Imran ayat 104:











































Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran : 104) Dalam Al-Qur’an dan Sunah, terdapat penjelasan tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah. Mereka yang mampu mengajarkan agama baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.1

1


(11)

2

“Tiada hari tanpa kegiatan dakwah”.2 Rafi’udin mengatakan bahwa:

Sebagai orang Islam, kita hendaknya sepakat dengan semboyan seperti itu. Namun mengingat diri sendiri adalah yang terpenting, maka kita harus berbekal diri dengan menambah khazanah ilmu pengetahuan serta mengetahui berbagai ilmu dan kejadian yang berkembang dewasa ini. Ini berarti bahwa disamping mempelajari ilmu agama, umat Islam juga dituntut untuk menambah pengetahuan serta keterampilan untuk membawa dan mengarahkan umat Islam lainnya. Karena pada dasarnya dakwah tidak hanya terletak pada majlis dakwah dan pengajian umum semata, tetapi dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Misalnya pada suatu perjanjian atau tempat kita bekerja atau beraktivitas kita melihat kemungkaran, maka kita harus mencegahnya. Itupun sudah termasuk berdakwah.

Pada kenyataannya kalau diamati, generasi muda dewasa ini sangat memprihatinkan. Sebagian dari remaja kita sudah kehilangan moral dan lepas kendali agama. Hal ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari – hari. Banyak diantara mereka yang lebih suka nongkrong di pinggir jalan tanpa alasan yang jelas. Main di tempat hiburan, diskotik, dan bergaul bebas tanpa batas. Mengonsumsi narkotika, ekstasi, nipam, heroin, dan minuman keras serta beberapa perbuatan kriminal dan tawuran. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Islam menghadapi kenyataan ini tentunya memiliki rasa tanggung jawab baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

Pendidikan agama merupakan penuntun untuk hidup lebih arif dan berakhlakul karimah. Seseorang yang tidak memiliki pendidikan agama, akan

2


(12)

rentan keimanan dan akidahnya. Bahkan ada yang terjerumus kedalam jurang kehidupan yang nista penuh dosa. Keterpaduan dakwah didalam Pondok Pesantren sebagai salah satu strategi berupa pengembangan akhlakul karimah dan kecintaan serta kepedulian terhadap moral – moral pemuda saat ini, ditunjukkan oleh sebuah lembaga Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang telah mencetak kader – kader Islam dan ingin berdakwah untuk menjaga generasi muda sampai sekarang yang berlandaskan untuk perkembangan dakwah di daerah Pekayon Sukadiri Tangerang dan sekitarnya.

Pondok Pesantren dituntut mampu dalam menghadapi tantangan global ini harus terus ditingkatkan, jaringan komunikasi perlu dibangun dan dikembangkan melalui sistem dan kebiasaan kehidupan sehari – hari yang semakin hari semakin besar peranannya dalam menciptakan regenerasi yang solid dalam beragama dan semakin besar pula pengaruhnya dalam dunia dakwah dan masyarakat itu sendiri.

Peran dakwah dalam pembinaan umat adalah bagaimana aktifitas dakwah dan progamnya diarahkan kepada pembinaan umat agar menjadi orang – orang yang kuat iman, taqwa, dan keislamannya. Juga bagaimana dakwah dapat berhasil menghimpun mereka menjadi sebuah kekuatan yang mengusung tugas dakwah di tengah umat manusia serta mampu memutar roda dakwah agar manusia mau tunduk kepada syariat Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan yang tentunya harus sesuai dengan nilai – nilai yang


(13)

4

disyari’atkan agama kita, melalui dua sumber utama hukum bagi kita, yaitu: Al-Qur’an dan Sunnah.3

Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.

Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu keputusan menejerial untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, jika strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivitas dakwah akan tersusun secara sistematis dan teratur.

Dalam upaya menunjang keberhasilan dakwah, seorang Da’i dituntut untuk memiliki strategi yang bijak dan memiliki metode sebagai proses dalam pranata sosial dan kesadaran umat. Dengan format tersebut diharapkan pembaharuan mental dan jiwa yang sehat dapat terealisasikan dalam sebuah kegiatan dakwah, peranan da’i sangatlah esensial, tanpa seorang da’i ajaran islam hanyalah sebuah idiologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Biar bagaimanapun baiknya idioloagi islam yang harus disebarkan masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagia cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.4

Sudah banyak da’i yang berkiprah dimasyarakat, namun kita sebagai mad’u hanya tertarik menyimak perkataan, gaya, retorika, busana da’i tersebut

3

Yusuf Qardhawi, Membumikan Syariat Islam: keluwesan Aturan Ilahi Untuk Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2003, cet. Ke- 1, hal. 13

4


(14)

tanpa mengetahui bagaimana seorang da’i itu dapat mengembangkan kemampuan yang ia miliki.

Banyak anak muda zaman sekarang ragu dan malu menjadi seorang da’i, namun di Pondok Pesantren inilah para santri disadarkan begitu fungsionalnya menjadi seorang da’i dalam kehidupan di masyarakat yang sudah begitu banyak ke dzaliman dan kemaksiatan yang berkembang.

Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem kader. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam organisasi untuk terus mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat strategi apa yang diterapkan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam aktifitas dakwahnya, maka penulis mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi kajian ini tentang Pelaksanaan Pengkaderan Da’i di Pondok Pesantren Daarul Hikmah diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren, akan tetapi penelitian ini di batasi pada pelaksanaan program Pengkaderan Da’i yang dilaksanakan Pondok Pesantren Daarul Hikmah. Yang


(15)

6

dimaksud pengkaderan Da’i dalam hal ini adalah pembekalan para santri dengan materi dan teknis penyampaian dakwah.

2. Perumusan Masalah

Dan adapun perumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i?

b. Bagaimana Implementasi Strategi Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah penulis bertujuan dari penelitian ini :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah Strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i. b. Untuk Mengetahui Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul

Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.

2. Manfaat penelitian

Sebagaimana rumusan dan tujuan perumusan masalah di atas, maka penulis mengharapkan manfaat dari penulisan ini adalah :

a. Dari segi teoritis : Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi pembaca di dalam menyampaikan pesan kepada calon da’i di Pondok Pesantren Daarul Hikmah.


(16)

b. Dari segi praktisi : Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat bagi pengembangan strategi pengkaderan da’i, baik dari segi materi atau pun dari segi praktisi. c. Dari segi akademis : Dapat dijadikan bahan referensi dan

meningkatkan wawasan akademis khususnya bagi mahasiswa manajemen dakwah.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya di kemukan teori menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang perilaku yang dapat diamati.5 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.6

5

Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2000), cet. Ke 11, hal. 3

6

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilebfkapi Contoh Analisis Statistik. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, hal. 24


(17)

8

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah atau sekelompok orang yang terkait dengan penyusunan strategi dan pelaksanaan pengkaderan calon Da’i, mereka terdiri dari kepala seksi bagian pengasuhan, pengajaran, dan para jajaran pengasuh Pondok Pesantren Daarul Hikmah yang mengasuh serta membimbing para santri. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam mengkader santri.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang yang berlangsung kurang lebih selama 2 bulan mulai Tanggal 12 Maret 2011 sampai Tanggal 7 Mei 2011.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi merupakan teknik untuk menambah kecermatan pengamatan. Pengamatan adalah mengenal dunia luar dengan menggunakan inderamata.7 Dengan pengamatan langsung oleh penulis terhadap kegiatan Pengkaderan Da’i untuk mendapatkan data

7

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), hal.8.


(18)

mengenai Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i., selama kurang lebih 2 bulan dengan observasi langsung ke Pondok Pesantren Daarul Hikmah. Sehingga penulis dapat mendapatkan jawaban atau bukti atas pelaksanaan pengkaderisasian da’i. sedangkan alat yang digunakan berupa catatan-catatan.

b. Wawancara

Dalam hal ini wawancara diarahkan pada seputar Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i, untuk mendapatkan informasi dengan bertanya langsung tentang permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti kepada pimpinan pesantren secara mendalam, atau kepada subjek penelitian dengan menggunakan teknik wawancara terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan, berupa pedoman wawancara. Kemudian di jawab oleh yang diwawancarai dengan bebas dan terbuka. Termasuk didalamnya kepada seorang pengurus Pondok Pesantren yang berkedudukan sebagai Pengasuh Pesantren.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.8 Dokumentasi biasanya terbagi atas dokumen pribadi yang terdiri dari buku harian, surat pribadi, otobiografi, dan dokumen resmi. Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan

8

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003)CET. Ke-4, hal. 53


(19)

10

eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Sedangkan, dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh kondisi lembaga sosial misalnya, majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.9

Penulis mengumpulkan data atau informasi yang diperoleh dari dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah berupa foto, catatan profil, dan sebagainya yang kiranya mendukung sebagai bahan pembahasan skripsi ini.

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi sesuai kecenderungan dan frame of thinking.

d. Teknik analisis data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada hasil wawancara dan sumber-sumber yang tertulis.

e. Teknik Penulisan

9

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2006), hal. 219


(20)

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.

E. Tinjuan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi terdahulu yang mengangkat judul tentang “Startegi Dakwah Pondok Pesantren Daarul Hikmah di Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Tangerang dalam Pengkaderan Da’i”, maksud pengkaji ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis akhirnya menemukan skripsi yang mengangkat tentang Strategi Dakwah Majelis Taklim judul tersebut adalah karya dari Ida Damroh jurusan Manajemen Dakwah Faakultas Dakwah dan Komunikasi dengan judul skripsi “Strategi Dakwah Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Jaya Tanggerang” dengan bahasan bagaimana strategi yang dilakukan Majelis Taklim Baiturrahman, Relevansi strategi dakwah Majelis Taklim Baiturrahman pada zaman sekarang, faktor pendukung dan penghambat. Tetapi dalam penelitian yang penulis lakukan dalam membuat strategi dakwah berbeda dengan skripsi


(21)

12

Ida Damroh yaitu dapat dilihat startegi dakwah yang dilakukan lembaga tersebut dan dalam pengimplementasian startegi dakwah, dengan tidak menerapkan konsep yang terdapat di dalam strategi dakwah Ida Damroh, karena dalam skripsi penulis menerapkan konsep lebih berfokus pada strategi dakwah Pondok Pesantren Daarul Hikmah.

Lain hal nya dengan skripsi yang kedua, “Peran Penyuluhan Agama Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja”. Study Kasus Remaja Masjid Al Mu’alla Rw 008 di Desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi, yang disusun oleh Andu Junaedi, Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulusan tahun 1427 H/2006 M. Skripsi ini Andi Junaedi mengemukakan bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja. Dalam skripsi Andi Junaidi walaupun ada kesamaan dalam judul penulisan tetapi yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metode nya dan pengimplementasiannya.

Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi-skripsi terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya. Bahwa penelitian terdahulu hanya menjelaskan konsep strategi dakwah sedangkan penelitian ini penulis memberikan cara pengimplementasian tentang strategi dakwahnya. F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bahasan peneliti dalam bab ini adalah latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat


(22)

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Landasan teori ini membahas tentang Strategi Pengkaderan Da’i terdiri dari : Pengertian Strategi, Dimensi Strategi, Tahap-tahap Strategi, Pengertian Pengkaderan/Pelatihan, Pengertian Da’i. BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL

HIKMAH

Membahas tentang Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah, Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah, Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.

BAB IV: ANALISIS PENELITIAN

Analisa Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Daarul Hikmah, analisa Implementasi Strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam Pengkaderan Da’i.

BAB V : PENUTUP

Penutup merupakan bab terakhir dari skripsi ini, yang membuat kesimpulan dan saran – saran.


(23)

14 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Strategi

“Kata strategis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang berasal dari kata Stratos, yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Dan pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksankan kegiatan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategi yang dikemukakan beberapa pakar diantaranya:

a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.1

b. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

1

Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), hal. 17


(24)

c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.2

d. Menurut William F. Glueck, yang dikutip dalam buku Amirullah, et. Al, Strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat kompeherensif terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.3

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari kriteria yang digunakan. Sedangkan taktik adalah pilihan-pilihan yang dimiliki dalam mengimpelmentasikan sebuah strategi. Pilihan-pilihan ini akan bekerja atau tidak bekerja tergantung dari kriteria yang digunakan dan pilihan-pilihan tersebut adalah yang berlangsung lama, tidak mudah diubah dan terstruktur.

Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal penting untuk mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan. Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat diukur dan biasanya

2

George Steinner dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 20

3

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2001), Cet. Ke-I hal. 4


(25)

16

mencakup kerangka target dan waktu. Hubungan antara tingkat akhir (tujuan dan sasaran) dengan alat pencapaiannya (strategi dan taktik) tidaklah mudah. Keberadaan strategi tidak untuk mendikte tujuan, sebaliknya tujuan dan sasaran harus dipengaruhi oleh peluang yang tersedia. Strategi memperhatikan hubungan antara pelaku (orang yang melakukan tindakan) dengan dunia luar.

1. Perbedaan Strategi dengan Taktik

Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisa stratejik tidak statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tetap atau pasti. Sebaliknya taktik adalah tindakan nyata yang diambil oleh pelaku dan sepenuhnyua berada di bawah pengawasan pelaku.

Keputusan strategi tidak berarti apa-apa tanpa implementasi. Strategi tergantung pada kemungkinan dan taktik yang potensial. Keputusan strategi harus dapat mencapai tujuannya.

Perbedaan strategi dengan taktik adalah disaat memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan dalam memutuskan sesuatu, maka diperlukan strategi. Sedangkan disaat memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, disana berlaku taktik. Dengan kata lain, menurut


(26)

Drueker, strategi adalah memutuskan sesuatu yang benar sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.4

Dalam konteks manajemen, menurut Wright, Kroll, dan Parnel (1996). Istilah strategis menunjukan bahwa menajemen strategis memiliki cakupan proses manajemen lebih luas hingga pada tingkatan yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya di lingkungan eksternal dan eksternalnya.5

2. Dimensi Strategi

Berdasarkan pengertiannya diatas dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi uraian dengan dan pemasukan dalam merumuskan dan mengimplementasikan strategi tersebut, antara lain :

a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak

Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena hanya pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang yang holistik dan menyeluruh.6 Selain itu, hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana, prasarana, dan sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan. Dengan kata lain, peranan manajemen puncak

4

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Stratejik Pengantar Proses Berfikir Stratejik, (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996), hal. 16

5

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), hal. 5

6


(27)

18

sangat penting dalam merencanakan dan menentukan strategi yang berisikan visi, misi, dan tujuan organisasi.

b. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan

Dalam mempertahankan strategi untuk mengembangkan suatu eksistensi organisasi berpandangan jauh kedepan, dan berprilaku proaktif dan antisipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi.7 Keputusan strategi harus didasarkan pada antisipasi dan prediksi yang akan terjadi bukan didasarkan yang sudah diketahuinya. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan di masa mendatang. Dengan sikap menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan yang akan terjadi dan tidak akan dihadapkan pada situasi dadakan.

c. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal

Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi yang sedang dihadapi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategis yang berjangka panjang.8 Dalam kondisi tersebut, manajemen puncak perlu melakukan analisis yang objektif agar dapat menentukan kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.

7

Hadari Nawawi, Manajemen Stratejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hal. 153


(28)

Setiap manajemen puncak perlu menyadari bahwa organisasi yang dipimpinnya harus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Setiap organisasi biasanya mempengaruhi lingkungannya dan tidak akan terlepas dari kondisi eksternal yang faktor-faktornya pada umumnya di luar kendali organisasi yang bersangkutan. Adapun dimensi lingkungan eksternalfaktornya pada umumnya di luar kendali organisasi yang bersangkutan. Adapun dimensi lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan operasional, lingkungan nasional, dan lingkungan global yang terdiri dari berbagai aspek dan kondisi, seperti sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, kependudukan, kemajuan ilmu teknologi, adat istiadat, agama, dan berbagai perubahan lain yang senantiasa terjadi.9

Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu melakukan berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan strategi organisasi yang dipimpinnya.

d. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi

Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan pada penempatan organisasi sebagai suatu system. Setiap keputusan strategi yang dilaksanakan harus dapat menjangkau semua komponen atau unsur organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan

9Ibid, hal. 158


(29)

20

kerja tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, seksi, dan sebagainya.10

3. Tahapan Strategi

Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsunagn dalm organisasi. Tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaruhi kinerja lingkungan atau organisasi.

Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).

Berikut akan dijelaskan tentang analisis SWOT:

1) Strength (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh

organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisasi akan dapat mengetahui cara (bagaimana) yang tepat dalam menyusun rencana global.11

2) Weakness (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang

dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan,

10

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 19 11


(30)

organisasi diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.

3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang mengumtungkan

organisasi. Dengan mengetahui peluang, organisasi diharapkan dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan pada tujuan organisasi.

4) Threats (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak

menguntungkan organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik. Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.12

Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan ekstrernal suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman

(threats) yang perlu diantisipasi.13 Hasil analisis SWOT akan

menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.14 Proses dari analisis lingkungan eksternal organisasi akan memberikan gambaran tentang, peluang dan ancaman, sedangkan analisis internal organisasi

12Ibid.

hal.31 13

Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2002) hal. 127

14

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Khairul Bayan, 2002) hal. 83


(31)

22

akan mengetahui keunggulan dan kelemahan organisasi. Langkah ini akan memberikan dampak terhadap pengkaderan yang merupakan regenerasi organisasi.

b. Penetapan Misi dan Tujuan

Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.15 Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.16 Dengan demikian misi suatu organisasi berfungsi sebagai raison d’etre, yaitu menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada, sedangkan tujuan organisasi berfungsi untuk merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi.17

c. Perumusan Strategi

Suatu strategi yang dirumuskan oleh manajemen puncak merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi untuk mengembangkan kompetensi inti dan keunggulan bersaing.

Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada

15

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik,(Jakarta: Bumi Aksara,2001),hal. 43 16

Amirullah dan Sri Budi Cantika. Manajemen Stratejik,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), hal. 11

17

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: LPFE UI, 1999), hal. 21


(32)

pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam mamilih berbagai strategi yang ada.

Menurut David Aker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa criteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:18

1) Strategi harus tanggap lingkungan eksternal. 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.

3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di dalam organisasi.

4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi.

5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang organisasi.

6) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar).

d. Implementasi Strategi

Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi. Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi sulit untuk dikembangkan.

Ada beberapa yang harus dilakukan dalam

mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai berikut:

1) Sajikan citra yang baru.

18


(33)

24

2) Kurangi konflik dan tangani secara terbuka. 3) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak.

4) Mulai secara kecil-kecilan (Memulai dari hal yang terkecil).19

B. Pengertian Pengkaderan dan Pelatihan

Kader adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi, partai dan sebagainya.20 Pengertian kader menurut Zaimul Bahry adalah tenaga binaan untuk dijadikan pimpinan suatu organisasi atau pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.21

Adapun pengertiam kader apabila dilihat dari asal suku katanya berasal dari bahsa Inggris yaitu, “ Cadre”. Cadre adalah:

a. Sekelompok pasukan inti yang terlatih dapat bertambah jumlahnya apabila dibutuhkan.

b. Suatu kelompok pengawasan aatau kelompok inti yang terlatih dari suatu organisasi.

c. Kelompok orang-orang yang sangat terlatih.22

Maka pengertian kader adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi asuatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.

19

Sondang P. Siagian, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 92-93

20

Zainal bahry, Kamus Umum : Khususnya Bidang Hukum Dan Politik, (Bandung: Angkasa, 1996), hal. 45

21

Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (Jakarta: Sekripsi, MD, 2003), hal. 18


(34)

1. Ciri-ciri Organisasi Kader

Dalam rangka membentuk organisasi yang dinamis, maka organisasi perlu memperhatikan regenerasi estapeta organisasi tersebut. Oleh karena itu organisasi kader memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Lebih mementingkan kualitas tiap-tiap individunya daripada kuantitasnya.

b. Mempunyai pasukan atau kelompok inti.

c. Setiap individunya berperan aktif dalam memajukan organisasi, sehingga adanya regenerasi kepengurusan.

d. Mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya.23

Dalam pengembangan organisasi, kader merupakan ruh organisasi. Karena itu pengkaderan di suatu organisasi sudah semestinya diformulasikan secara sistematik dan terencana dengan baik, sehingga menjadi ujung tombak, keberlangsungan dan kesinambungan dinamika organisasi. Tersistematis artinya, pola pengkaderan mengandung esensi dalam rangka memformulasikan tahapan jenjang kader yang dibangun di atas kerangka pijakan yang jelas serta menyangkut muatan yang harus dipunyai oleh kader.

Pengkaderan disuatu organisasi diproyeksikan bagi terlaksananya pola kaderisasi berjenjang dan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Oleh karena itu, pengkaderan diarahkan bagi tersedianya human resources penopang utama bagi keberlangsunagn organisasi yang disandarkan pada

23


(35)

26

klasifikasi dan kualifikasi kader sesuai dengan tingkatannya demi mengemban amanat, nilai-nilai, serta ide-ide besar organisasi.24

Supplai kader yang handal sangat dibutuhkan organisasi untuk memenuhi kebutuhan disemua lini. Di setiap kepemimpinan organisasi problem penyediaan sumber daya kader yang berbobot dalam jumlah besar untuk mengisi posisi-posisi pada sentral organisasi menjadi dilema ketika yang direkrut adalah mereka yang qualified, biasanya dengan konsekuensi perangkapan jabatan serta tidak cukup waktu bagi organisasi. Sebaliknya bagi mereka yang mempunyai kelonggaran waktu dan bersedia menekuni organisasi, dari segi berbobot kualitas kurang dapat diandalkan.

Kemudian apakah kader itu perlu tersedia dalam jumlah yang banyak atau harus seperti apa. Tentu jawabannya tergantung dari mana melihatnya dan untuk apa kepentingannya. Untuk menjadi kader harus menempuh berbagai pendidikan dan pelatihan serta harus teruji militansi dan kemampuan anggota pada umumnya.25 Problem kaderisasi dan krisis kader menjadi tanggung jawab berat bagi suatu organisasi. Oleh karena itu ada beberapa hal yang penting dalam membentuk reformulasi system pengkaderan, diantaranya :

a. Pengkaderan harus berbasis pada kompetensi.

b. Pengkaderan harus memperhatikan seting budaya masyarakat tertentu.26

24

PP. Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Remaja Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. IRM, 2004), hal. 1

25

Suara Muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret. (Yogyakarta: SM, 2004), hal. 7 26 Ibid,


(36)

Tampaknya reformulasi pengkaderan menjadi kunci yang penting untuk ditindaklanjuti dalam upaya penanganan krisis kader dan problem kader. Disinilah letak kaderisasi sebagai pengembangan organisasi dan penyemai organisasi. Perubahan sistem pengkaderan merupakan suatu keniscayaan. Oleh karena itu perubahan sistem pengkaderan dalam organisasi untuk terus mengembangkan, menyesuaikan dan menyempurnakan pengkaderannya agar lebih cocok dengan dinamika perubahan zaman.

2. Hubungan Pengkaderan dan Pelatihan

Pengkaderan adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya dan terlatih) untuk dijadikan pimpinan atau regenerasi suatu organisasi yang sewaktu-waktu diperlukan.27 Sedangkan pelatihan adalah upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.28 Jadi antara pengkaderan dan pelatihan berhubungan satu dengan lainnya karena setelah adanya pengkaderan maka terwujudlah pelatihan guna meregenerasi adanya tampuk kepemimpinan berikutnya. 3. Pengertian pelatihan

Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja di samping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk

27

Angga Yogaswara, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (Jakarta : Skripsi MD, 2003)

28

Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 2004), Hal. 25


(37)

28

mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.29

Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya.

Menurut pendapat Prof. DR. Soekidjo Notatmojo dalm bukunya, “Pengembangan Sumber Daya Manusia,” yang dimaksud dengan pelatiahan ialah Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.30

Penggunaan istilah pelatihan (training) dikemukakan para ahli seperti D. Ale Yorder yang dikutip oleh Mangkunegara, menggunakan istilah pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas, sedangkan Wekley dan Yukl lebih memeperjelas mengenai penggunaan istilah pelatihan. Mereka berpendapat bahwa ; “Pelatihan merupakan istilah -istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pelatihan Adrew E. Sikula yang dikutip oleh Mangkunegara, pelatihan (Training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis

29

Abdurahman Fathoni, Orgnisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rieneka Cipta 2006), Cet ke-1 hal. 147

30

Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2004), hal. 25


(38)

dan terorganisir di mana pegawai non-manajemen mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalm tujuan terbatas.

Dengan demikian, istilah pelatihan ditunjukan kepada pegawai pelaksana dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis. Tujuan pelatihannya antara lain :

a. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi. b. Meningkatkan produktifitas kerja.

c. Meningkatkan kualitas kerja.

d. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia. e. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

f. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berpartisipasi secara maksimal.

g. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. h. Menghindari keusangan (obsolescence)

i. Meningkatkan perkembangan pegawai.31

4. Langkah-langkah dalam melakukan pelatihan

Pelatihan sebagai bentuk pengembangan intelektual harus memiliki konsep yang jelas di mana, perangkap atau konsep itu sendiri dilakukan dengan baik agar tujuan pelatihan dapat dengan gemilang. Di bawah ini contoh konsep pelatihan yang paling sederhana dan sering digunakan badan atau lembaga pelatihan.

31

Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung : Rosda Karya, 2000), Hal. 44


(39)

30

a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Pelatihan akan berhasil jika kebutuhan pelatihan diidentifikasi dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuan. Penelitian kebutuhan pelatihan dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa gejala-gejala dan informasi-informasi yang diharapkan dapat menunjukkan adanya kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja karyawan.

b. Penetapan sasaran pelatihan

Pada dasarnya setiap kegiatan yang terarah tentu harus mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang diinginkan dan dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Sasaran pelatihan yang dirumuskan dengan jelas dapat dijadikan sebagai acuan penting dalam menentukan atau menyiapkan materi yang akan disampaikan.

c. Merancang program pelatihan

Mendisain atau merencanakan pelatihan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli dalm bidangnya, karena rancanagn atau pelatihan adalah suatu pegangan yang penting dalam rangka pelaksanaan suatu

Identifikasi kebuthan

Penetapan sasaran

Merancang Program

Pelaksanaan pelatihan

Evaluasi pelatihan


(40)

kegiatan pelatihan di mana dalam rancangan ditentukan jenis pelatihannya.

d. Pelaksanaan program pelatihan

Pelaksanaan program pelatihan terbagi tiga tahap, yaitu tahap awal mencakup pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan logistic, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap pelatihan). Tahap kedua, penyampaian pelatihan dan tahap ketiga, merupakan pelaksanaan post test terhadad hasil pelatihan.

e. Evaluasi pelatihan

Evaluasi pelatihan dilaksanakan untuk mengidentifikasi keberhasilan suatu program pelatihan, termasuk di dalamnya panitia pelaksanaan pelatihan biasanya criteria evaluasi berfokus pada hasil akhir, di mana hal yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isis kegiatan pelatihan, pengetahuan, perubahan perilaku, secara individu maupun organisasi. Adapun mengenai fase evaluasi menjadi umpan balik untuk melaksanakan rediksi atau perkiraan kebutuhan pelatihan berikutnya.32

5. Pengertian Sistem Pelatihan

Sebagaimana telah dibahas diatas dilihat dari segi kebahasaan (Etimologi) kata sistem berasal dari istilah yunani “sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak

32

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta : Gajah Mada University, 2004), hal. 229


(41)

32

bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur. Jadi sistem adalah sebuah himpunan atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan sesuatu keseluruhan.33 Sedangkan pelatihan adalah sesuatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya upaya lain. Pelatihan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.34

Sistem pelatihan ialah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja yang dilakukan secara keseluruhan baik dengan cara belajar mengajar ataupun melalui proses pelatihan.

6. Unsur-unsur pelatihan

Unsur-unsur pelatihan adalah komponen-komponen yang ada dalam setiap kegiatan pelatihan. Unsur-unsur tersebut adalah trainer (pelatih), Peserta (Mitra pelatih), materi pelatihan, metode pelatihan, tujuan pelatihan, dan pengawas pelatihan.35

a. Trainer (pelatih)

33

Tatang M. Amin Pokok-pokok Tori system, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cek ke-7, hal, 15

34

Abdurohman Fathoni, Organisasi dan manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta : Rineka Cipta 2006), Cet ke-1, hal, 147

35


(42)

Trainer adalah orang, kelompok atau lembaga yang mengadakan pelatihan yang mana dalam pelatihan tersebut trainer sangat berperan untuk keberhasilan suatu pelatihan yang diterapkan.

Seorang trainer seharusnya memilki integritas keperibadian, kemampuan, intelektual dan keterampilan yang memadai dalam rangka mengubah input menjadi output.

b. Peserta

Unsur pelatihan selanjutnya adalah peserta, yaitu manusia yang menjadi sasaran pelatihan atau manusia penerima pelatihan, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

c. Materi pelatihan

Materi pelatihan adalah isi, peran atau materi yang disampaikan trainer kepada para peserta. Materi pelatihan merupakan isi dari pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan.

d. Media pelatihan

Media pelatihan adalah alat yang deperguanakan untuk menyampaikan materi pelatihan kepada peserta.

e. Metode pelatihan

Hal yang erat dengan media pelatihan adalah metode pelatihan. Metode pelatihan meruupakan suatu cara sistematis dapat diberikan secara luas serta dapat membuat suatu kondisi tertentu dalam


(43)

34

penyelengaraan pelatihan guna mendorong peserta agar dapat mengembangkan aspek kongitif, efektif, dan psikomotrik, terhadap penyelesaian tugas dan pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya. f. Tujuan

Tujuan adalah hasil dari kegiatan pelatihan tersebut yaitu agar para peserta yang mengikuti pelatihan dapat menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

g. Pengawas

Agar berjalan dengan lancar pelatihan ini maka diperlukan adalah pengawas. Pengawas adalah orang yang diberi tugas untuk mengawasi segala tindak pelaksanaan pelatihan agar mencapai tujuan yang diinginkan.

7. Komponen-Komponen Pelatihan Dakwah

Pelatihan dakwah mempunyai beberapa komponen, yaitu:

a. Tujuan Pelatihan Dakwah

Tujuan pelatihan dakwah mencakup 3 (Tiga) domain yaitu: Pengetahuan (P), Sikap (S), dan Keterampilan (K).36 Dalam pelatihan dakwah, tiga tujuan pelatihan ini akan sangat ditekankan untuk mendapatkan seorang dai professional yang akan melaksanakan dakwah islam.

36

Akhsin Muamar, Makalah Manajemen Dakwah Pelatihan Dakwah, Mengelola Pelatihan Partisipatif, (Jakarta : MD VII, 2006)


(44)

b. Materi Pelatihan Dakwah

Pada dasarnya materi pelatihan dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara kaffah. Keseluruhan materi pelatihan dakwah bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Namun materi lain seperti rethorika sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan seorang dai dalam dakwah yang akan disampaikan. Materi yang disajikan dalam pelatihan dakwah tentunya disesuaikan dengan tujuan pelatihan dakwah itu sendiri. Sebagaimana contoh, ketika TNI Angkatan Laut mencanangkan program “cinta laut’, mereka bekerja sama dengan remaja Islam Mesjid Sunda Kelapa. Akhirnya dibuatlah format pesantren kilat diatas kapal perang. Kapal yang digunakan adalah KRI Tanjung Dalpele yang merupakan kapal terbesar yang dimiliki oleh TNI AL.

Para peserta dibawa berlayar mengikuti rute patroli KRI Tanjung Dalpele. Selama berlayar itulah kegiatan/materi pelatihan “cinta laut” dipadukan dengan “tadabbur alam”. Para peserta setiap pagi dan sore wajib melihat sunrise dan sunset. Tidak hanya itu, mereka juga diajari ilmu Nautika (ilmu kapal) yang dipadukan dengan ilmu keislaman yang mengarahkan peserta untuk merenungi kekuasaan Allah.

c. Metode dan Media Pelatihan Dakwah

Metode (approach) pelatihan dakwah, yaitu cara-cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode dalam


(45)

36

pelatihan dakwah dapat berupa metode langsung, metode informasi, motivasi, praktek, pemberian contoh, pemberian tugas, ceramah, Tanya jawab, dan focus group diskusi.

Media secara etimologis berasal dari bahasa lati, yaitu

Median” yang berarti perantara. Sedangkan secara terminologis

media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa metode dan media pelatihan dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.37

Metode dan media juga cara yang digunakan untuk memproses materi atau isi pelatihan dakwah guna mencapai tujuan yang diharapkan. Penetuan metode dan media in juga akan sangat bergantung pada tujuan pelatihan yang dirumuskan. Seringkali metode dan media tidak sinkron dengan tujuan pelatihan sehingga berbuah kegagalan dan kerugian baik waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Contoh kegagalan program pesantren kilat yang diselenggarakan oleh majelis taklim Baitu Qurro. Ketika itu tim kerja menggunakan pendekatan yan keliru karena mendahulukan sasaran yang akan dicapai daripada pendekatan pada para pendukung acara. Lagipula tim kerja melakukan kekeliruan dengan serta merta membuat kesepakatan dengan tempat yang akan digunakan sementara konsep acara sempurna betul. Akhirnya dapat diduga para pendukung acara

37


(46)

menarik dukungannya dan akhirnya tim menanggung beban dan kerugian, baik waktu, tenaga, pikiran dan biaya yang tidak sedikit.

d. Pelatih Dakwah

Instruktur dalam pelatihan dakwah merupakan orang yang paham dan menguasai akan pengetahuan keislaman, patuh dan taat terhadap perintah agama dan menguasai kelas. Dengan demikian pelatihan akan memberikan materi hendaknya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut; mempunyai keahlian yang berhubungan dengan materi pelatihan, instruktur luar yang profesioanal dalam bidang materi yang akan disampaikan, pelatih yang dapat memotivasi dan mempunyai kepribadian yang baik di mata para peserta pelatihan.38

e. Peserta Pelatihan Dakwah

Peserta pelatihan dakwah yaitu orang-orang yang mengikuti pelatihan dakwah. Misalnya: remaja masjid, mahasiswa, santri, murid, dan lain-lain. Adapun latar belakang pendidikan dan pengalamannya turut menenutkan bagaimana metode pelatihan yang akan digunakan. Peserta pelatihan yang berlatar belakang masih tingkat junior tentu tidak mampu untuk mencerna materi yang diperuntukan untuk kalangan senior.

38

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung Rosda Karya, 2000), hal. 64


(47)

38

f. Evaluasi Pelatihan Dakwah

Evaluasi pelatihan dakwah dilaksanakan untuk memverifikasi keberhasilan suatu program pelatihan dakwah yang dilaksanakan, termasuk didalamnya panitia pelaksan pelatihan dakwah. Biasanya criteria evaluasi berfokus pada outcome-nya (hasil akhir), dimana hal yang harus diperhatikan ialah reaksi peserta terhadap proses dan isi kegiatan pelatihan dakwah, pengetahuan keislaman, perubahan perilaku, perbaikan yang dapat diukur secara individu maupun organisasi. Adapun mengenai fase itu akan menjadi umpan balik untuk melakukan prediksi atau perkiraan kebutuhan pelatihan dakwah berikutnya.

C. Pengertian Da’i

Da’i menurut etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata

(da’ain) yang mrupakan bentuk isim fail (kata menujukkan pelaku) yang artiya

orang yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah.39

Da’i adalah orang yang melakukan atau melaksanakan dakwah secara individu, kelompok atau berbentuk. Da’i sering juga disebut mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Pada dasarnya semua pribadi muslim itu

39


(48)

berperan secara otomatis sebagai mubaligh atau da’i dalam bahasa komunikasi disebut komunikator.

Da’i adalah orang yang menyeru, memanggil, mengundang atau mengajak.40 Yaitu memanggil untuk melaksanakan perintah yang baik dan mencegah yang munkar (amar ma’ruf nahi munkar) sesuai dengan ajaran agama Islam, panggilan tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim dianapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

































































Artinya: kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yng ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah oang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran 110)

Untuk melakukan aktifitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW. Merupakan

40

A.H hsanuddin, Retorika Dakwah Dan Publistik dalam Kepemimpinan (Surabaya: Usaha Nasional 1982). Cet. Ke-1 hal. 33


(49)

40

standar atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunya hal itu pun berlaku dalam dakwah Islam.41

Seorang da’i sebagai juru dakwah memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap diriya sendiri dari pada terhadap masyarakat. Karena apapun yang disampaikannya kepada masyarakat haruslah sesuai dengan perbuatannya sehari-hari.42

Adapun syarat-syarat dan kemampuan da’i secara teoritis di antaranya: a. kemampuan berkomunikasi

b. kemampuan menguasai diri

c. kemampuan pengetahuan psikologi d. pengetahuan-pengetahuan pendidikan e. kemampuan di bidang al-Qur’an

f. kemampuan pengetahuan di bidang umum g. kemampuan membaca al-Qur’an dengan fasih h. kemampuan pengetahuan di bidang Hadist i. kemampuan di bidang agama secara umum.43

41

Drs. H. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Wijaya 1985). Cet. Ke-13 hal. 10

42

Alwisral Imam Zaidallah dan Khaidir Khatib Bandaro, Strategi Dakwah Dalam

Membentuk Da’i dan Khotib Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). Cet. Ke-1, hal. 97 43

Slamet Muhaemin Abda, Pinsip-prinsip Metodologi dan Dakwah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994) Cet. Ke-1 hal.69-77


(50)

41 BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah

Pondok Pesantren Daarul Hikmah berdiri tahun 1997, adalah Pondok Pesantren Modern yang berlokasi di kawasan pesisir utara Tangerang tepatnya di Desa Pekayon, Kecamatan Sukadiri. Pondok ini memiliki perbedaan dengan pondok lain di kawasan pesisir utara Tangerang yang umumnya bertema Salafy dalam hal kegiatan. Pondok ini disebut Pondok Modern karena memadukan sekolah dan mengaji dalam kegiatan Pondok dan berbeda dengan Pesantren Salafy yang kegiatan umumnya hanya mengaji. Pondok ini didirikan oleh alumni Pondok Pesantren Gontor, KH Afif el-Afify karena kondisi masyarakat saat itu yang minim pendidikan.1

Sejak pertama didirikan, Pondok ini diterima oleh masyarakat sekitar dengan banyaknya santri-santri yang mengikuti. Awalnya Pondok ini diikuti sebanyak sekitar 80 santri. Namun, setelah 10 tahun berdiri, Pondok ini telah diikuti 680 santri.

Yayasan Wakaf Bina Ummat yang berdiri ditahun yang sama merupakan wadah dari lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Daarul Hikmah sekaligus memayungi lembaga pendidikan MTs Daarul Hikmah yang diprakarsai oleh KH. Afif Afify. Beliau adalah pimpinan Yayasan Wakaf Bina Umat. Tujuan didirikannya sekolah ini adalah untuk membantu masyarakat

1

Hasil Wawancara Penulis dengan KH. Afif Afify (Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Hikmah) di Pondok Pesantren Daarul Hikmah pada Tanggal 20 Maret 2011


(51)

42

dalam bidang pendidikan, mencerdaskan bangsa dengan suasana yang Islami serta berpedoman pada kurikulum Depdiknas dan Departemen Agama.

Yayasan Wakaf Bina Umat yang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Modern Daarul Hikmah tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, tetapi juga santunan anak yatim dan anak-anak yang kurang mampu. Ketika mulai didirikkan atau dirintis, Yayasan ini hanya memiliki 3 (tiga) kelas yaitu kelas I sampai dengan kelas III. Sekarang telah memiliki 13 lokal ruang belajar siswa ditambah 10 ruang asrama.2

Pondok Pesantren Daarul Hikmah Letaknya cukup strategis dan suasana yang nyaman karena dijangkau transportasi. Pondok Pesantren Daarul Hikmah termasuk salah satu sekolah yang berkualitas, karena pada setiap kelulusan hampir 97% dinyatakan lulus. Sehiggga hal ini dapat mempermudah siswa dan siswi Pondok Pesantren Daarul Hikmah melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Pondok Pesantren Daarul Hikmah dan beberapa pesantren alumni Pondok Modern Daarussalam Gontor mengusung lima dan empat falsafah yang disebut dengan "Panca Jiwa dan Motto Pondok". Panca jiwa adalah lima prinsip dasar yang mesti tertanam dalam jiwa siapapun yang menjadi penghuni pondok, entah itu kiyai, guru ataupun santri.

2


(52)

Panca jiwa pondok itu adalah sebagai berikut : 3

1. Keikhlasan.

Jiwa ikhlas ialah perkara yang utama dan pertama yang mesti ada dalam diri manusia. Ikhlas mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu membuang unsur-unsur yang mengarah kepada kepentingan pribadi yang dapat mengotori tujuan hidup, serta juga tujuan pendidikan dan pengajaran. Sebagai contoh dalam proses pendidikan dan pengajaran, guru mesti ikhlas dalam memberikan ilmu sebagai wujud syukur dan diniatkan ibadah kepada Allah sebagai pemilik ilmu. Manakala santri, mesti ikhlas dididik dan diajarkan dengan tujuan untuk memahami hakekat dirinya sebagai awal langkah untuk beribadah kepada Allah.

2. Kesederhanaan.

Maksudnya adalah melakukan sesuatu berdasarkan keperluan bukan keinginan. Dengan demikian kesederhanan adalah sebuah sikap yang tidak diukur oleh kuantitas, besar atau kecil, banyak atau sedikit, murah atau mahal, tetapi karena ia diperlukan. Kesederhanaan juga berasaskan kepada kemampuan bukan kemauan.

3. Berdikari.

Sifat ini menunjukan kebebasan seseorang dalam menentukan sikap. Berdikari juga bermakna berusaha dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Sifat ini juga sangat penting untuk melahirkan jiwa-jiwa militan yang siap berjuang dan

3


(53)

44

berbakti kepada masyarakat. Pondoknya pun demikian tidak menggantungkan kepada bantuan orang lain.

4. Ukhuwah Islamiyah.

Maksud dari prinsip keempat ini adalah menjalin hubungan sesama manusia yang berasaskan kepada prinsip dari ajaran Islam yang damai dan toleran. Ukhuwah dalam Islam adalah nilai persaudaran dengan semangat tolong menolong yang tidak melihat batas-batas tertentu, seperti golongan, etnik bahkan agama atau keyakinan orang lain. Islam menyuruh umatnya untuk menghormati siapapun, bekerjasama dan bergaul tanpa memandang status sosial bahkan keyakinannya. Hal ini tentunya sangat selaras dengan ajaran Islam sebagai agama yang menyebarkan kedamaian universal atau rahmatan lil âlamîn.

5. Kebebasan.

Sikap bebas berarti melepaskan diri dari pengaruh orang lain baik pikiran ataupun tindakan. Kebebasan bukan dimaksudkan berbuat sesuka hati, tetapi kebebasan dalam menentukan sikap dan pendapat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran Islam. Kebebasan juga bersikap moderat tanpa memihak, yang dibelanya adalah kebenaran sesuai dengan ajaran agama.


(54)

Berikut ini adalah Motto Pondok:4

1. Berbudi luhur.

Ini adalah sifat yang harus ada dalam diri manusia terutama generasi muda. Sifat ini sangat penting dan haruslah berada pada tingkat pertama sebelum sifat-sifat lain yang akan dimiliki.

2. Berbadan Sehat.

Sebagai calon pemimpin masyarakat, kualitas fisik yang sehat dan kuat juga sangat penting. Akhlak yang mulia, ditambah dengan fisik yang prima akan melahirkan insan tangguh dalam menghadapi setiap tantangan dan cobaan.

3. Berpengetahuan Luas.

Syarat ini tentunya tidak diragukan lagi. Ia juga syarat utama yang mesti dimiliki oleh calon pemimpin masa depan. Kesempurnaan seorang pemimpin dapat diketahui melalui budi pekerti, badan yang sehat serta pengetahuannya yang luas.

4. Berpikir Bebas.

Kepribadian yang dibalut dengan akhlak, fisik yang sehat, ilmu yang luas harus mampu menempatkan dirinya pada tempat yang bebas, tidak terikat kepada siapapun. Yang dibelanya hanyalah kebenaran untuk kemaslahatan umat.

4


(55)

46

B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Hikmah

Dalam sebuah lembaga pendidikan haruslah memiliki visi dan misi yang tepat yang merupakan arah dan acuan dasar pada lembaga tersebut. Diantara visi Pondok Pesantren Daarul Hikmah adalah:5

1. Menjadi sekolah unggul yang mampu menghasilkan kader-kader muda terbaik bagi bangsa dan ummat Islam Indonesia.

2. Mencetak kader umat yang berakhlakul karimah, tawadhu, berpengetahuan luas, berfikir bebas, berjiwa ikhlas, berdikari.

Untuk mendukung visi yang telah di buat maka terteralah sebuah misi pada Pondok Pesantren Daarul Hikmah yaitu6 :

1. Mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 2. Membina Akhlakul Karimah.

3. Membudayakan kebersihan, ketertiban, kerja keras dan disipin yang tinggi. 4. Mengembangkan bakat minat peserta didik.

5. Mengkondisikan sekolah sebagai komunitas Pesantren. 6. Membantu jiwa mandiri, kreatif, dan inovatif.

5

. Hasil Wawancara Penulis dengan KH. Afif Afify (Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Hikmah) pada Tanggal 20 Maret 2011.

6 . Ibid


(56)

Kepala Sekolah/pengasuh pesantren

A. Zaky Yudhistira, SE

Hub. Masyarakat H. A Khaer Nawawi Lc

Bimbingan Konseling

Efita Amalia Afif, SH

Para Asatidz Pengasuh ponpes

Wali kelas

Kaur TATA USAHA Rizal Pranoto S,Pd

C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah. 7

7

. Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Hikmah.

Santri Kesiswaan

Jamal Fauzi S,Pd

Pimpinan Pesantren KH Afif Afify

Kurikulum Uus Rustaman


(57)

48

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PIMPINAN PESANTREN,

GURU DAN KARYAWAN PESANTREN8

1. Pimpinan Pesantren

a. Membuat/merencanakan kegiatan secara umum (General Planning) b. Melaksanaan penataan Organisasi secara umum (General Organizing) c. Menentukan kebijaksanaan umum (General Policy)

d. Menentukan instruksi-instruksi umum (general Intruction)

e. Bersama dengan Wakil Kepala mengadakan pengawasan secara umum (general Supervisor)

f. Memberikan saran dan pandangan kepada Pimpinan Wilayah. g. Bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Wilayah. 2. Kepala Sekolah MTs. Daarul Hikmah

Kepala Sekolah berfungsi sebagai dan bertugas dan edukator, menejer, administrator dan supervisor, pemimpin/leader inovator dan motivator

a. Kepala Sekolah sebagai edukator melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien (lihat tugas guru)

b. Kepala Sekolah sebagai menejer mempunyai tugas: 1) menyusun perencanaan

2) mengorganisasikan kegiatan 3) mengarahkan kegiatan 4) mengkoordinasi kegiatan 5) melaksanakan pengawasan

6) melakukan evaluasi terhadap kegiatan 7) menentukan kebijaksanaan

8) mengadakan rapat 9) mengambil keputusan

10)mengatur proses belajar mengajar

11)mengatur administrasi ketatausahaan, siswa, ketenagaan, sarana prasarana dan keuangan (RAPBS)

12)mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

13)mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait 3. Bidang Kurikulum

Diantara tugas-tugasnya adalah sebagai berikut: a. menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan

8


(1)

3. Apa visi dan misi didirikannya pondok pesantren daarul hikmah ?

JAWAB : eee,,, itu bisa ente lihat di dokumentasi pondok pesantren daarul hikmah, (sambil mengambil dokumentasi tersebut) dan di kalender pun ente bisa lihat.

4. Apa program pondok pesantren daarul hikmah?

JAWAB : kalau masalah program daarul hikmah sebenernya banyak ya, seperti... muhadoroh, pemberian kosa kata setiap pagi, pergantian pengurus setiap tahunnya atau ente bisa lihat juga di brosur atau buku pedoman pondok pesantren ini ( sambil memberi brosur dan buku pedoman tersebut).

5. Bagaimana struktur organisasi pondok pesantren daarul hikmah?

JAWAB : sruktur organisasi pondok pesantren daarul hikmah, eeemm... pondok ini dipimpin oleh kh afif afifi, atau ente bisa lihat jiga di buku npedoman pesantren ini yang tadi saya kasih, disitu ada (sambil memberi tahu buku pedoman pesantren)

6. Apa saja langkah-langkah strategi pengkaderan dai di pondok pesantren daarul hikmah ?

JAWAB : langkah yang di tempuh pondok pesantren daarul hikmah adalah dengan, muhadhoroh, kuliah 7 menit pada malam minggu, pengajian kitab-kitab salafi pada sore hari dan menyelipkan pelajaran tafsir yang langsung diajarkan oleh beliau pada kegiatan belajar mengajar (KBM) pada pagi hari. Tentunya sebelum yang tadi berjalan ada langkah-langkah awal dalam pelaksanaan program yang ada. Yaa klo ente membahas dan membicarakan pengkaderan, tentunya ada langkah-langkah pengkaderan tersebut dong,,, diantaranya menentukan program pesantren, membuat jadwal kegiatan tersebut, dan menetukan pembimbing untuk mengawasi jalannya kegiatan yang ada.


(2)

7. Bagaimana strategi pondok pesantren daarul hikmah dalam pengkaderan dai ?

JAWAB : strategi Pondok Pesantren Daarul Hikmah dalam pengkaderan Da’i adalah Muhadhoroh (latihan berpidato 3 bahasa), Mendengarkan dan memperhatikan Da’i yang sudah berpengalaman dalam berpidato, Pengajian Kitab-kitab Kuning atau Salafi, Mempelajari ilmu Tafsir-Hadist, Membaca ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.

8. Bagaimana implementasi program-program pondok pesantren daarul hikmah?

JAWAB : kalau masalah program yaaa biasanya di atur oleh pembimbing para santri yang sudah di tugaskan dari pondok, misalnya dalam program muhadoroh, disitu dibimbing langsung oleh para ustadz yang bersangkutan untuk menjalankan program itu.

9. Materi apa saja yang di berikan dalam menciptakan dai di pondok psantren daarul hikmah?

JAWAB : materi yang diberikan diantaranya,, eeemm seperti fiqh sunnah, ushul fiqh, tafsir jalalaein, bhulugul marom, durrotun nashihin, ta’limul ta’lim, disamping itu ada juga materi keagamaan yang disampaikan serta disiplin berbahasa arab dan inggris. Agar para santri dapat memahami materi-materi tafsir atau pun materi yang berbahasa arab lain dengan mudah.

10.Apa tujuan dari pengkaderan dai di pondok pesantren daarul hikmah?

JAWAB : tujuannya adalah menciptakan generasi yang paripurna, tetap mejaga nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan syariah, tapi tidak melupakan nilai universal. Jadi ketika


(3)

para santri udah pada lulus atau liburan pesantren, mereka dapat menjadi panutan dan pemberi peringatan dilingkungannya. Di sisi lain kami pun ingin menciptakan kader dai yang handal.

11.Da’i yang seperti apakah yang anda harapkan dalam pengkaderan dai ini?

JAWAB: yaa pastinya dai yang tahu dan mengerti tentang agama secara mendalam. Tidak hanya berbicara saja namun bisa mempraktekannya dalam keseharian mereka. Yang jelas mereka harus tawadhu, kita ambil contoh layaknya padi semakin berisi maka dia semakin menunduk.

12.Fasilitas apa saja yang dibutuhkan pondok pesantren daarul hikmah dalam pengkaderan dai?

JAWAB : sebenernya kalau masalah fasilitas yang di butuhkan dalam pengkaderan dai itu banyak ya, seperti soundsistem, mimbar, karpet, dan lain sebagainya, namun di pondok pesantren ini kita dapat menggunakan fasilitas yang sudah ada seperti ruang kelas dan meja sebagai mimbarnya.

13.Apa faktor pendukung program ini?

JAWAB : antusias dari para santri yang ingin menjadi da’i yang handal kemudian semangat mereka yang saya kira masih menggebu dan terobsesi untuk menjadi orang/da’i yang populer.


(4)

14.Apa faktor penghambat program ini ?

JAWAB : rasa malas yang dialami santri dikarenakan kegiatan ini diadakan pada malam hari sehingga para santri merasakan ngantuk, kemudian mereka pun masih merasa gerogi dan gugup pada awal mengikuti muhadhoroh (pengkaderan da’i). Padahal disini kita membina mental mereka agar siap menghadapi masyarakat di luar sana ketika berceramah/berpidato.

Sukadiri, 07 Mei 2011

Yang Mewawancarai Yang Diwawancarai


(5)

Penulis bersama seorang pengasuh Ponpes Daarul Hikmah


(6)

Santri setelah mendapat arahan dari Pengasuh Pondok