12 Gangguan ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan
nefropati obstruktif hanya 15-20 Sukandar, 2013.
2.2.3 Klasifikasi GGK
Klasifikasi derajat penurunan LFG sangat penting untuk panduan terapi konservatif dan saat dimulai terapi pengganti faal ginjal. Derajat penyakit ginjal
kronik berdasarkan LFG sesuai dengan rekomendasi National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Iniciative NKF-KDOQI 2004 dapat dilihat
pada Tabel 2.2
Tabel 2.2.
Klasifikasi GGK berdasarkan derajat penyakit ginjal kronik Derajat
Penjelasan LFG
mlmenit1,73m
2
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
meningkat ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG turun ringan
60-89 3
Kerusakan ginjal dengan LFG turun sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat
15-29 5
Gagal ginjal 15 atau dialisis
Sumber : NKF-KDOQI 2004
Menurut Sukandar 2013, banyak hal yang dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik. Berikut adalah hubungan antara penurunan LFG dan gambaran
klinik pada pasien gangguan ginjal yaitu: a. Penurunan faal ginjal LFG = 40-75
Pada tahap ini biasanya tanpa keluhan, karena faal ekskresi dan regulasi masih dapat dipertahankan normal.
b. Insufiensi renal LFG = 20-50 Pasien GGK pada tahap ini masih dapat melakukan aktivitas normal
walaupun sudah memperlihatkan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
13 retensi azotemia. Pada pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi, anemia dan
hiperurikemia. c. Gagal ginjal LFG = 5-25
Gambaran klinik dan laboratorium makin nyata: anemia, hipertensi, dehidrasi, kelainan laboratorium seperti hiperurikemia, kenaikan ureum dan kreatinin
serum, kalium K
+
serum biasanya masih normal. d. Sindrom azotemia LFG = kurang dari 5
Sindrom azotemia istilah lama uremia dengan gambaran klinik sangat komplek dan melibatkan banyak organ.
2.3 Farmakokinetik pada Pasien GGK
Ginjal termasuk organ eliminasi utama di samping hati. Dalam ginjal proses ekskresi, ginjal melakukan filtrasi, sekresi dan reabsorbsi, yang mana
proses ini dipengaruhi oleh kecepatan dan aliran darah ginjal. Oleh sebab itu setiap kejadian yang mengubah aliran darah ginjal akan mengubah kecepatan dan
jumlah obat yang diekskresi oleh ginjal. Disamping itu dalam proses filtrasi oleh glomeruli, karena yang lolos filtrasi adalah obat yang tak terikat protein
albumin. Seperti diketahui, karena biosintesis protein terjadi di hati, maka normalitas fungsi hati secara tidak langsung turut menentukan kapasitas ekskresi
ginjal Hakim, 2013.
2.3.1 Absorbsi dan Bioavailabitas