Karakteristik Siswa Hiperaktif Perlakuan Guru terhadap Siswa Hiperaktif

19 hiperaktif. Setiap tipe membutuhkan penanganan yang berbeda dengan tipe lainnya.

4. Karakteristik Siswa Hiperaktif

Ferdinand Zaviera 2007: 11-12 mengungkapkan bahwa karakteristik anak hiperaktif adalah: “1 kemampuan akademik tidak optimal, 2 kecerobohan dalam hubungan sosial, 3 kesembronoaan dalam menanggapi situasi yang berbahaya, 4 sikap melanggar tata tertib secara implusif, 5 mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru, dan permainan, 6 hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang, dan 7 implulsivitas, melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu”. Karakteristik siswa hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak setiap harinya. Dengan mengetahui karakteristik siswa hiperaktif sejak dini maka akan mudah dalam memberikan penanganan yang tepat. Tin Suharmini 2005: 17 mengemukakan karakteristik anak hiperaktif adalah sebagai berikut: “1 daya konsentrasi rendah, 2 mudah beralih perhatian, 3 sering gagal dalam pemusatan perhatian, 4 kesulitan dalam memperhatikan tugas, 5 sering tidak mendengarkan ketika oranglain bicara, 6 tidak menyukai pekerjaan rumah maupun sekolah, 7 sering memukuli benda-benda disekitarnya dengan tangan dan kaki, 8 tidak sabar menunggu giliran, dan 9 terjadi ketika anak berusia sebelum 7 tahun ”. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang dimiliki siswa hiperaktif diantaranya adalah daya konsentrasi rendah, mudah beralih perhatian, tidak memperhatikan saat orang lain bicara, tidak sabar menunggu giliran, suka memukuli barang disekitarnya dengan tangan dan kaki, 20 dan terjadi ketika anak berusia kurang dari 7 tahun. Saat pembelajaran siswa mengalami masalah seperti di atas maka siswa tersebut dapat diduga hiperaktif.

5. Perlakuan Guru terhadap Siswa Hiperaktif

Kebanyakan guru merasa kesulitan dalam menangani siswa hiperaktif. Guru sering memarahi, mencaci, memberi hukuman, mengeluh, dan terkadang guru cenderung memberi hukuman badan. Tin Suharmini 2005: 218 memberikan contoh penanganan yang dilakukan guru dimana di dalamnya mengandung bagaimana guru harus bersikap terhadap siswa hiperaktif. Berikut akan dipaparkan mengenai usaha-usaha yang dilakukan guru dalam menangani siswa hiperaktif adalah: “ a anak dipilihkan tempat duduk yang sulit untuk keluar masuk ruangan, b rangsangan yang berpengaruh meningkatkan perilaku anak dikurangi atau dihilangkan, c ruangan jangan menggunakan warna yang mencolok, d guru menciptakan lingkungan yang tersetruktur, yaitu tersedianya aturan beserta konsekuensinya, e dalam usaha melakukan perbaikan perilaku ini guru harus bekerjasama dengan orang tua, f diajak belajar disiplin, dan g memberikan penguatan disetiap kegiatan positif yang dilakukan siswa hiperaktif”. Perlakuan guru di dalam kelas sangat penting dilakukan, apalagi perlakuan- perlakuan khusus untuk siswa hiperaktif. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kekacauatan yang ada di dalam kelas yang disebabkan oleh perilaku siswa hiperaktif . Guru di sekolah inklusi atau sekolah reguler yang di dalamnya terdapat siswa berkebutuhan khusus termasuk siswa hiperaktif diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat berdasarkan karakteristik siswa hiperaktif . 21

B. Tinjauan tentang Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran Siswa Hiperaktif

Winataputra 2008 : 40 pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Warsita 2008: 85 “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”. Siswa hiperaktif tergolong siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus ini dapat menempuh pendidikan di sekolah inklusi dimana sekolah tersebut menerima anak yang memiliki kebutuhan khusus belajar bersama anak normal lainnya. Akhmad Sudrajad 2008, mengatakan bahwa “penerapan inklusi di sekolah Dasar didasari dari kebijakan Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP yang menggunakan program elektik yaitu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran dan peserta didik”. Pelaksanaan pembelajaran untuk anak ABK termasuk di dalamnya anak hiperaktif berbeda dengan anak normal lainnya. Perbedaan ini terlihat dari ciri khas penyelenggaraan pembelajaran bagi anak ABK. Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin 2005: 61 ciri khas dari penyelenggaraan pendidikan untuk ABK selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Sehingga pembelajaran yang tercipta