21
B. Tinjauan tentang Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran Siswa Hiperaktif
Winataputra 2008 : 40 pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Warsita 2008: 85 “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.
Siswa hiperaktif tergolong siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus ini dapat menempuh pendidikan di sekolah
inklusi dimana sekolah tersebut menerima anak yang memiliki kebutuhan khusus belajar bersama anak normal lainnya. Akhmad Sudrajad 2008, mengatakan
bahwa “penerapan inklusi di sekolah Dasar didasari dari kebijakan Kurikulum Satuan Pendidikan KTSP yang menggunakan program elektik yaitu program
yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran dan peserta didik”.
Pelaksanaan pembelajaran untuk anak ABK termasuk di dalamnya anak hiperaktif berbeda dengan anak normal lainnya. Perbedaan ini terlihat dari ciri
khas penyelenggaraan pembelajaran bagi anak ABK. Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin 2005: 61 ciri khas dari penyelenggaraan pendidikan untuk ABK
selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Sehingga pembelajaran yang tercipta
22
tidak terpaku dengan kurikulum, sedangkan pembelajaran bagi anak normal berorientasi pada kurikulum.
Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin 2005: 61 mengungkapkan bahwa untuk dapat menggali data dan informasi tentang kebutuhan dari masalah yang
dihadapi anak, guru dapat melakukannya melalui asesmen. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tarmansyah 2007: 183 menyatakan bahwa assesmen
merupakan suatu proses dalam upaya mendapatkan informasi tentang hambatan- hambatan belajar dan kemampuan yang sudah dimiliki serta kebutuhan yang harus
dipenuhi agar dijadikan dasar dalam membuat program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Tujuan utama dari asesmen pada prinsipnya adalah untuk menentukan bagaimana keadaan anak saat ini. Gambaran mengenai kondisi anak saat ini dapat
diperoleh dengan cara melakukan modifikasi asesmen, sehingga program pembelajaran yang disusun cocok dengan keadaan dan kebutuhan setiap anak.
Asesmen sebagai dasar dalam menentukan program pembelajaran yang relevan dan fungsional bagi anak sebaiknya dilakukan secara terus menerus.
Untuk melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi ilmiah, misalnya: di rumah, di dalam kelas, di kantin dan sebagainya.
Terkait dengan hal-hal yang diperlukan dalam asesmen Endang Rochyadi dan Zaenal Alimin 2005: 66 menyatakan bahwa terdapat empat bidang yang
memerlukan tindakan asesmen yaitu bidang akademik, bidang sensori motor, bidang monolog diri dan bidang perilaku. Data akurat dari anak dapat diperoleh
dari asesmen dengan instrumen yang memadai. Prosedur pengembangan
23
instrumen asesmen tersebut dapat ditempuh guru dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami konsep secara komprehensif setiap bidang yang akan diasesmen.
2. Memahami aspek dan ruang lingkup dari bidang yang akan diasesmen.
3. Menyusun butir-butir instrumen asesmen dari setiap aspek dalam bidang yang
akan diasesmen. Untuk selanjudnya melakukan kegiatan asesmen dalam situasi yang alami,
sehingga ditemukan data-data yang akurat mampu menjawab kebutuhan anak untuk kepentingan penyusunan program pembelajaran individual PPI.
Dalam proses penyusunan program pembelajaran individual, hasil asesmen akan berkaitan erat dengan kurikulum yang menjadi rujukan utama para
guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, sekalipun isi kurikulum sangat berkaitan jauh, bahkan bertentangan dengan kebutuhan belajar siswa ABK
termasuk siswa hiperaktif. Hasil dari asesmen tadi perlu diselaraskan dengan materi kurikulum, sehingga rentang kebutuhan dengan tuntutan kurikulum
menjadi selaras. Proses penyelarasan hasil asesmen dengan materi kurikulum dapat dilakukan dengan jalan:
1. Menganalisis hasil asesmen.
2. Menganalisis materi kurikulum. Analisis ini dapat dilihat dari susunan materi
kurikulum maupun kesinambungan materi antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lainnya. Setelah itu menetapkan dimana hasil asesmen dapat
diselaraskan dengan urutan materi kurikulum.
24
3. Menyusun seluruh materi berdasarkan asesmen dengan materi kurikulum
yang digunakan saat ini. PPI yang diselaraskan antara hasil asesmen dengan kurikulum dapat
menjadi solusi bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran bagi siswa ABK termasuk hiperaktif. PPI tidak hanya dilakukan di sekolah luar biasa saja, namun
dapat digunakan pula di sekolah inklusi maupun sekolah reguler yang di dalamnya terdapat siswa ABK termasuk siswa hiperaktif dengan cara
memodifikasi sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
2. Komponen-Komponen Pembelajaran Siswa Hiperaktif