Menurut Haris Mudjiman 2011: 2 konsep kemandirian dalam belajar yaitu:
1 Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang
memiliki ciri keaktifan pembelajaran, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan.
2 Motif untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan
pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.
3 Kompetensi adalah pengetahuan, atau keterampilan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. 4
Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga
menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang
dibutuhkan. 5
Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar diterapkan sendiri oleh pembelajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali
kegiatan belajarnya.
Sedangkan menurut Yusufhadi Miarso 2009: 251 konsep
Kemandirian Belajar dikembangkan dengan rambu-rambu sebagai berikut:
1 Adanya pilihan materi belajar sesuai kebutuhan peserta didik dan tersaji dalam beraneka bentuk.
2 Pengaturan waktu belajar yang luwes sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik.
3 Kemajuan belajar dipantau oleh berbagai fihak dan dapat dilakukan kapan saja peserta didik merasa siap.
4 Lokasi belajar dipilih sendiri oleh peserta didik. 5 Dilakukannya diagnonis kemampuan awal dan kebutuhan
belajar peserta didik, serta remidiasi bila kemampuan kurang atau pengecualian jika kemampuan sudah dikuasai.
6 Evaluasi belajar dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. 7 Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep Kemandirian Belajar bertumpu pada sikap
mandiri peserta didik dalam perolehan hasil belajar mulai dari pembentukan keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan
sikap sampai pada penemuan diri sendiri. Setiap siswa harus belajar memiliki sikap mandiri dalam kegiatan belajarnya.
d. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Menurut A. Tabrani Rusyan 2003: 67 siswa yang memiliki kepribadian mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1 Memiliki Cita-cita Cita-cita ditetapkan atas pemahaman diri yang jelas.
Kita harus mengetahui kemampuan, kecerdasan, bakat dan minat, sikap, kelebihan dan kekurangan diri. Selanjutnya
memahami secara jelas tentang tuntutan, persyaratan, prosedur yang harus dilakukan untuk mencapai apa yang
dicita-citakan.
2 Memanfaatkan Kesempatan Memanfaatkan peluang atau kesempatan untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar dan keberhasilan hidup. 3 Percaya Pada Diri Sendiri
Siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi akan menyadari bahwa lebih baik berbuat sesuatu meskipun kecil
yang diyakini akan mengantarkan pada keberhasilan daripada tidak berbuat sesuatu.
4 Berusaha Keras untuk Meraih Sukses Siswa yang mandiri akan bekerja keras merencanakan
setiap kegiatan, disiplin dalam pelaksanaan kegiatan dan berusaha mengatasi kesulitan untuk meraih kesuksesan.
5 Kesiapan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa yang mandiri selalu aktif mempersiapkan diri
untuk menguasai pangetahuan dan keterampilan yang diperlukan, tidak pasif menunggu diberikan orang lain.
Kesiapan pengetahuan dan keterampilan akan menjadikan
seseorang tidak tergantung pada orang lain dan tidak menghambat orang lain.
Lovinger dalam Sunaryo Kartadinata dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori 2008: 114-116 mengemukakan tingkatan
kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut: 1 Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi
diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari interaksinya dengan orang lain; b Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik;
c Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu stereotype;
d Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game; e Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta
lingkungannya. 2 Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah: a Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial;
b Cenderung berpikir stereotype dan klise; c Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal;
d Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh
pujian; e Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya
introspeksi; f Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal;
g Takut tidak diterima kelompok; h Tidak sensitif terhadap keindividualan;
i Merasa berdosa jika melanggar aturan.
3 Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a Mampu berpikir alternatif; b Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi;
c Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang
ada; d Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah;