Tahapan Pendekatan Whole language Prinsip Pendekatan Whole language

22 pembaca mengkonstruk makna selama membaca, menggambarkan latar belakang pembelajaran dan pengalaman mereka, c pembaca memprediksi, menyeleksi, mengkonfirmasi, dan mengoreksi sendiri begitu mereka memaknai tulisan, d tiga sistem bahasa berinterakssi dalam bahasa tulis : grafofonemik bunyi dan bentuk huruf, sintaksis pola kalimat, dan semantik makna. Ketiganya bekerja bersama dan tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran, e pemahaman makna selalu menjadi tujuan semua pembaca. Kesimpulan yang diperoleh dari penjelasan di atas yaitu pendekatan whole laguange adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran secara utuh antara bunyi huruf, bentuk huruf, kosa kata, dan pola kalimat dalam situasi yang nyata dan bermakna.

2. Tahapan Pendekatan Whole language

Tahapan membaca dalam pendekatan whole language adalah; a membaca adalah dengan melihat tulisan dan memprediksi artinya, b memastikan arti tulisan yang diprediksi sebelumnya sehingga diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat kemungkinan kesalahan dalam memprediksi, c mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya Nurbiana Dhieni, 2009: 3.17. Berkaitan dengan pendapat ahli Raines dan Canad Nurbiana Dhieni, 2009: 3.17 bahwa proses membaca bukanlah kegiatan menterjemahkan kata demi kata untuk memahami arti yang terdapat dalam bacaan. Namun kegiatan membaca merupakan suatu proses mengkonstruksi arti dimana terdapat interaksi antara tulisan dengan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah diperoleh anak. 23

3. Prinsip Pendekatan Whole language

Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh whole dan terpadu integrated Santosa, 2004: 2.3. Anak termotivasi untuk belajar jika anak mengetahui apa yang dipelajarinya itu diperlukan oleh anak tersebut. Guru berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari desminator informasi menjadi fasilitator Lamme Hysmith dalam Agus Wuryanto, 1993: 1. Eisele dalam Hariyanto 2012: 3 menyatakan bahwa : Prinsip-prinsip pendekatan whole language sebagai berikut: a anak tumbuh dan belajar lebih siap ketika anak secara aktif untuk belajar sendiri. b strategi dan kemahiran mereka pada proses kompleks seperti membaca dan menulis perlu difasilitasi dengan baik oleh guru serta didukung secara psikologi. c untuk membangun munculnya kemampuan membaca dan menulis, anak perlu mencoba untuk meniru strategi orang tua atau guru. d pengajaran dengan whole language didasarkan pada pengamatan bahwa banyak yang dipelajari pada diri anak, sehingga guru perlu memberikan kesempatan dan mendorong ke dalam proses belajar. e pembelajaran dengan whole language merangsang anak untuk belajar secara mandiri. Tugas guru memberikan bimbingan kepada anak. f guru dan anak bersama- sama belajar dan mengambil resiko serta mengambil keputusan bersama dalam belajar. g guru mengenalkan interaksi sosial dengan anak, berdiskusi, berbagi ide, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam belajar. h guru memberikan materi kepada siswa berupa tes agar mampu membedakan kemampuan mana yang belum optimal serta mendorong siswa untuk menemukan dan mengkritik kelemahan sendiri. i penilaian disatukan dengan pembelajaran. j guru membangun dan mengembangkan jenis tingkah laku serta sikap yang diperlukan dalam kemajuan belajar anak. Dari uraian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan whole language merupakan sebuah pendekatan di mana terdapat 10 prinsip 24 berbahasa yang saling berhubungan disaat pembelajaran berlangsung sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal.

4. Komponen-komponen Pendekatan Whole language