Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Kata Bergambar di Kelas B1 TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di antaranya adalah pendidikan AUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangannya baik secara fisik maupun psikis. Menurut Dunn dan Kontos dalam Tadkiroatun Musfiroh (2009:1) hakikat pendidikan anak usia dini (0-6 tahun atau 0-8 tahun), merupakan upaya untuk membantu anak usia dini agar tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangannya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang diperuntukkan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan atau stimulus pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No.20 Th. 2003 pasal 1 ayat 14).

Menurut Sofia Hartati (2005: 17) pembelajaran pada masa golden age merupakan sarana untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan tugas perkembangannya. Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pengembangan perilaku dengan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, nilai agama dan moral, serta pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi pengembangan kognitif, seni, fisik motorik, dan bahasa.


(2)

2

Salah satu bidang pengembangan dasar yang penting dikembangkan sejak usia dini adalah perkembangan bahasa. Kemampuan berbahasa anak merupakan hal penting karena dengan berbahasa anak akan mampu berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Bahasa merupakan bentuk dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna.

Yusuf (dalam Yudha dkk, 2005: 24) memaparkan bahwa bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Piaget (dalam Santrock, 2002: 25) memaparkan bahwa perkembangan bahasa dapat membantu perkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan anak-anak pada pandangan-pandangan yang berbeda dan memberikan informasi pada anak.

Selanjutnya Tarigan (1998) mengungkapkan bahwa, salah satu aspek perkembangan bahasa yang harus dikembangkan pada anak Taman Kanak-kanak adalah kemampuan membaca dan menulis. Pengembangan kemampuan membaca anak-anak TK perlu dilaksanakan dengan berdasarkan karakteristik perkembangan anak. Membaca merupakan kemampuan yang sangat fundamental, karena kemampuan membaca menjadi dasar untuk mengetahui banyak pengetahuan tentang dunia di luar anak. Selain itu kemampuan membaca, memegang peranan


(3)

3

yang sangat penting karena kemampuan membaca menjadi aspek dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lain. Pada anak TK keterampilan membaca difokuskan pada pembelajaran membaca awal atau membaca dini.

Bagi anak membaca permulaan penting untuk distimulasi. Anak yang gemar membaca akan mempunyai kosa kata yang lebih banyak dan lebih memiliki pengetahuan. Membaca merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia ini. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat di atas, kemampuan membaca sudah dapat dikembangkan di TK. Membaca yang dibiasakan sejak dini akan memberikan informasi yang lebih banyak untuk anak.

Pada anak TK keterampilan membaca difokuskan pada pembelajaran membaca dini. Menurut Tampubolon (1993:62) membaca dini sudah perlu diberikan, sebagai salah satu usaha menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak, dan sekaligus mempersiapkannya memasuki pendidikan dasar. Selanjutnya Tampubolon (1993:63) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan membaca dini adalah: membaca yang diajarkan secara terprogram (secara formal) kepada anak prasekolah. Anak yang diajarkan membaca dini umumnya lebih maju di sekolah daripada anak-anak yang belum pernah memperoleh membaca dini. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca dini atau membaca permulaan adalah pengajaran membaca menyuarakan huruf-huruf yang sudah disajikan yang diberikan kepada anak yang baru belajar membaca di lembaga pendidikan formal sebagai bekal untuk belajar membaca di sekolah dasar.


(4)

4

Hasil observasi yang dilakukan pada 16 anak TK Gedongkiwo terbukti bahwa kemampuan membaca permulaan anak belum sesuai dengan perkembangan yang seharusnya dicapai oleh anak. Hal ini ditunjukkan ketika proses pembelajaran membaca masih banyak anak yang belum mampu membedakan huruf, misalnya kata “gigi” menjadi “eiei”, “cuci” menjadi “cece”. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kurang menariknya pembelajaran membaca di dalam kelas seperti media simbol huruf yang hanya ditempel di dinding.

2. Anak-anak ramai sendiri dan kurang memperhatikan apa yang pendidik sampaikan.

3. Ruang kelas hanya dibatasi rak buku dengan kelas lain, sehingga pembelajaran kurang kondusif.

Permasalahan tersebut memerlukan pemecahan untuk memperbaiki kemampuan membaca permulaan dengan kegiatan yang lebih menarik dan pembelajaran yang dikemas menngunakan prinsip “belajar melalui bermain”. Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar akan membantu menarik minat siswa untuk belajar, hal ini juga dikemukakan oleh Derek Rowntree (dalam Rohani, 1997: 7-8) menjelaskan media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, mengulang apa yang sudah dipelajari, menyediakan stimulus belajar, mengaktifkan respon dari siswa. Penggunaan media kartu kata bergambar merupakan salah satu media pembelajaran untuk menstimulus kemampuan membaca permulaan, gambar-gambar yang digunakan


(5)

5

pada kartu kata bergambar merupakan gambar benda yang ada di sekitar anak sehingga memudahkan anak untuk mengenalinya.

Strategi pembelajaran yang bisa digunakan untuk menarik perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran adalah menggunakan media yang berwarna dan bergambar agar anak tidak bosan untuk memperhatikan setiap kata yang akan dipelajari, dengan ini media kartu kata bergambar diperlukan untuk mendukung peningkatan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK Gedongkiwo. Media kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar benda-benda sekitar anak yang berwarna-warni.

Berdasarkan uraian di atas cukup beralasan jika peningkatan membaca permulaan melalui media kartu kata dapat dilakasanakan di Kelas B1 TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahanya sebagai berikut.

1. Kemampuan anak dalam membaca permulaan masih kurang. 2. Kurangnya variasi penggunaan media pada pembelajaran di TK

3. Media pembelajaran yang digunakan di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta belum menarik perhatian anak

4. Kelas yang kurang mendukung untuk peningkatan proses pembelajaran membaca permulaan.


(6)

6 C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam diperlukan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian dibatasi pada hal berikut:

1. Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada kelompok B1 TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron

2. Media kartu kata bergambar sebagai media untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;

1. Apakah kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui media kartu kata bergambar pada anak kelompok B1 di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta?

2. Bagaimana proses peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B1 di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak kelompok B1 di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara Teoritis, pengamatan ini diharapkan dapat memberikan


(7)

7

informasi tentang kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak usia 5-6 tahun. Selanjutnya, pengamatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan yang dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya penelitian di bidang pendidikan.

Secara Praktis, pengamatan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama dalam hal penelitian, untuk membantu para pendidik mengetahui kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak usia 5-6 tahun.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselasaikan dan teori yang akan dikaji, yaitu:

1. Kemampuan Membaca Permulaan adalah kemampuan anak dalam membaca secara terpadu, yang menitik beratkan pada pengenalan huruf dan kata, menghubungkannya dengan bunyi atau menyuarakan kata-kata yang berasal dari tulisan.

2. Media kartu kata bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kartu tebal yang bergambar benda-benda di sekitar anak seperti binatang, tumbuhan, buah, maupun peralatan sekolah yang mempunyai variasi warna dan tertulis kata pada setiap kartunya. Kata yang tertera pada kartu akan sesuai dengan gambar yang ada.


(8)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca

Masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di usia 4 – 5 tahun, karena di usia ini anak lebih mudah membaca dan mengerti angka (Hainstock, 2002: 103). Anak sebaiknya melai belajar membaca di usia 1-5 tahun karena pada masa ini otak anak akan dapat menyerap semua hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya, seperti membaca, berhitung, maupun menulis.

Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang pada umumnya diperoleh dari sekolah, kemampuan ini sangat penting dikembangkan karena membaca merupakan kegiatan yang bisa mengembangkan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi manusia. Menurut H.G.Tarigan (2008: 7) mendefinisikan pengertian membaca adalah sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

Menurut Saleh Abbas (2006: 101), membaca pada hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, dan


(9)

9

kreatif dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Hal ini juga disebutkan oleh Farida Rahim (2005: 1), terdapat tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca yaitu: recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Decoding adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam katakata. Penekanan membaca pada tahap recording dan decoding merupakan proses perseptual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang sering disebut dengan istilah membaca permulaan sedangkan meaning lebih ditekankan di kelas tinggi Sekolah Dasar. Menurut Lerner (Rini Utami Aziz, 2006: 15), kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca adalah proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interasi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat fakta dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan.

2. Kemampuan Membaca Permulaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 623), “kemampuan” berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca” berarti melihat serta memahami


(10)

10

isi dari apa yang tertulis, atau mengeja dan melafalkan apa yang tertulis (KBBI, 1999: 72). Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan (Darwadi 2002). Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 83) membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran.

Menurut Yulia Ayriza, Chaer, Purwanto dan Alim (dalam Lucky Ade 2007: 9), huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dengan benar untuk membaca permulaan adalah b, d, k, l, m, p, s, dan t. Huruf -huruf ini, ditambah dengan huruf – huruf vokal akan digunakan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan, sehingga menjadi a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 50), membaca permulaan harus dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pramembaca dan membaca. Pada tahap pramembaca anak akan diajarkan sebagai berikut:

a. Sikap yang baik pada waktu membaca, seperti sikap duduk yang benar. b. Cara anak meletakkan buku di meja

c. Cara anak memegang buku

d. Cara anak dalam membuka dan membalik-balik buku e. Cara anak melihat dan memperthatikan tulisan.


(11)

11

Pada tahap membaca permulaan, dititik beratkan pada kesesuaian antara tulisan dan bunyi yang ada, kelancaran dan kejelasan suara, pemahaman isi atau makna. Persiapan membaca didukung dengan pengalaman keaksaraan seperti membaca buku atau sering menggunakan tulisan maupun simbol saat pembelajaran. Bahan-bahan untuk membaca permulaan harus sesuai dengan bahasa dan pengalaman anak.

Tahapan membaca anak usia dini menurut Abdurrahman M (2002: 201) ada pada tahap kesiapan membaca dan membaca permulaan adapun ciri-cirinya yaitu anak sudah mulai memusatkan perhatiaanya pada satu atau dua aspek dari sebuah kata, seperti huruf pertama yang ada pada sebuah kata dan gambarnya. Anak juga akan mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang bersamaan anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.

Menurut Thahir (dalam Leni Nofrienti, 2012: 4), tahapan membaca menggunakan metode fonik terdiri dari tiga tahap yaitu ; 1)Tahap merah yaitu membaca dengan suku kata terbuka seperti mata, mama, papa, meja, babi, dsb. 2)Tahap biru yaitu membaca kata yang mengandung suku kata tertutup seperti mo-tor, ka-sur, jen-dela, si-sir, kun-ci, dsb. 3)Tahap hijau yaitu membaca kata yang mengandung suku kata vokal ganda maupun konsonan ganda. Contoh kata dari vokal ganda atau doble vokal seperti pa-kai, pu-lau, si-lau, dsb. Sedangkan konsonan ganda atau doble konsonan seperti nye-nyak, ta-ngan, struk-tur, bin-tang dsb.

Ritawati (1996: 51) menyebutkan ada lima langkah dalam membaca permulaan yaitu mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur


(12)

12

huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata. Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Anak-anak dituntut untuk mampu menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan ( Sabarti A Khadiah, dkk. 1993: 11).

Contoh :

Huruf /a/ dibaca /a/ /b/ dibaca /be/ /c/ dibaca /ce/

Suku kata /ba/ dibaca /ba/ bukan /bea/ /bu/ dibaca /bu/ bukan /beu/ Kata /baju/ dibaca /baju/ bukan /beaju/

/batu/ dibaca /batu/ bukan /beatu/

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan atau kesanggupan anak untuk mengenal simbol-simbol dan tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf, huruf-huruf tersebut adalah huruf konsonan (b, d, k, l, m, p, s) dan huruf vokal (a, e, i, o, u) sebagai pondasi untuk melanjutkan ke tahap membaca lanjutan.

3. Metode Membaca Permulaan

A.Khadiah dalam Darmiyanti Zuhdi dan Budiasih (2001, 61-66) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain seperti hal-hal berikut.


(13)

13 1) Metode abjad dan metode bunyi

Kedua model tersebut sering menggunakan kata lepas.

a. Metode abjad adalah metode pengajaran yang memperkenalkan huruf yang harus dilafalkan dengan lafalan menurut bunyi dalam abjad tersebut. Huruf yang telah dilafalkan kemudian dirangkaikan menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Pada metode ini pengucapan huruf-huruf sesuai dengan abjad a, b, c, d, dst.

Contoh : ini budi i-n-i b-u-d-i i-ni bu-di ini budi

b. Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyuarakan huruf konsonan dengan bantuan bunyi vokal. Pada metode ini mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan bunyinya a, beh, ceh, deh, dst. Contoh : ini budi

i-en-i be-u-de-i i-eni beu-dei ieni beudei

2) Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.

a. Metode kupas rangkai suku kata i. Guru mengenalkan huruf


(14)

14 iii. Menggabungkun huruf menjadi suku kata

Misalnya : ma – ta m – a – t – a ma – ta b. Metode kata lembaga

bola bo – la b – o – l – a bo – la bola

3) Metode global

a. Mengkaji salah satu kata

b. Menguraikan huruf menjadi suku kata c. Menguraikan suku kata menjadi huruf d. Menggabungkan huruf menjadi suku kata e. Merangkaiakan kata menjadi suku kata f. Merangkaikan kata menjadi kalimat Misalnya : saya melihat buku

melihat me – li – hat

m – e – l – i – h – a – t melihat


(15)

15 4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)

Menurut Momo dalam Darmiyanti Zuchdi dan Budiasih (2001, 63-66) dalam pelaksanaanya, metode ini dibagi dalam dua tahap yaitu : 1) tanpa buku dan 2) menggunakan buku.

Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya dilaksanakan dengan cara ; a. Merekam bahasa anak

b. Menampilkan gambar sambil bercerita c. Membaca gambar

d. Membaca gambar dengan kartu kalimat e. Membaca kalimat struktural

f. Proses analitik g. Proses sintetik

Penelitian ini menggunakan metode global. Depdiknas (2000 : 6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode ini didasarkan pada pendekatan kalimat dengan cara guru mengajarkan membaca dengan menampilkan kata atau kalimat dibawah gambar atau tidak menggunakan gambar kemudian siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut : a. Siswa membaca kata/kalimat dengan bantuan gambar, namun jika siswa sudah

lancar tidak perlu menggunakan bantuan gambar. Misalnya : ini budi. b. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /budi/


(16)

16

c. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata; i-ni-bu-di d. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf: i-n-i-b-u-d-i 4. Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan

Menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar (2008: 289) tujuan pembelajaran membaca dibagi menjadi tingkat pemula, menengah, dan mahir. Menurutnya, tujuan pembelajaran bagi tingkat pemula adalah sebagai berikut. a. Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa), dengan membaca anak

akan langsung melihat lambang-lambang bahasa dan anak semakin memahami perbedaan dari lambang-lambang bahasa.

b. Mengenali kata dan kalimat, dengan mengenal lambang-lambang anak juga akan mengenal kata kemudian mengenal kalimat-kalimat.

c. Menemukan ide pokok dan kata kunci. d. Menceritakan kembali cerita-cerita pendek.

Menurut Herusantosa (dalam K. Istarocha, 2012: 14), tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Soejono (Lestary, 2004: 12), tujuan mengajarkan membaca permulaan pada anak adalah:

a. Mengenalkan anak pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi

b. Melatih keterampilan anak dalam mengubah bentuk huruf menjadi bentuk suara


(17)

17

c. Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika anak belajar membaca lanjut.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran membaca permulaan bagi anak adalah agar anak mengenali lambang-lambang bahasa kemudian menyuarakannya dengan tujuan untuk memahami isi dari lambang-lambang bahasa tersebut sebagai bekal anak saat belajar membaca tingkat lanjut.

5. Tahap-tahap Membaca

Kemampuan membaca anak akan jelas perbedaanya sesuai dengan usia dan tahapan pencapaiannya. Menurut Steinberg (dalam Akhmad Susanto, 2011:90) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu :

a. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan

Pada tahap ini anak mulai belajar dengan buku dan menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan membalik-balikkan buku dan kadang-kadang ia membawa buku favoritnya.

b. Tahap membaca gambar

Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai pembaca dan memulai libatkan diri dalam kegiatan membaca seperti pura-pura membaca, membolak-balikan buku, dan membaca gambar pada buku yang di pegangnya.


(18)

18 c. Tahap pengenalan bacaan

Pada tahap ini anak usia Taman Kanak-kanak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa ,seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata) dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda dilingkungannya

d. Tahap membaca lancar

Pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Abdurrahman M (2002: 201) membagi lima tahapan dalam membaca, yaitu ;

a. Kesiapan membaca.

Kesiapan membaca memiliki arti sebagai mental anak yang sudah siap untuk belajar membaca. Pada umumnya anak sudah memiliki kesiapan membaca pada usia 6 tahun, akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesiapan membaca sudah terjadi pada masa anak duduk di usia taman kanak-kanak

Pada tahap ini anak mulai memusatkan perhatiannya pada satu atau dua aspek dari suatu kata, seperti huruf pertama yang ada pada suatu kata dan gambarnya. Anak juga mungkin akan menyadari bahwa huruf pertama tersebut sama dengan namanya. Anak yang bernama Toni mungkin saja membaca tulisan “Tani” menjadi “Toni” dengan menyadari hal ini bahwa huruf dapat dirangkai menjadi kata maka anak akan menyenangi bermain dengan huruf dan bunyi huruf, pada tahap ini bimbingan dari orang-orang disekitar anak sangat diperlukan,


(19)

19

seperti bantuan dalam mencari huruf, menyebutkan bunyinya atau menyebutkan bunyinya kemudian mencari hurufnya. Selanjutnya merangkai huruf dan menyebutkan kata yang dirangkai oleh huruf tersebut, kegiatan-kegiatan semacam ini dapat mudah dilakukan dengan menggunakan media seperti kartu Alfabet, buku cerita sederhana, dan gambar-gambar yang relevan.

b. Membaca permulaan.

Pada tahap membaca permulaan ini dimulai sejak anak masuk kelas satu Sekolah Dasar, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Akan tetapi ada anak yang sudah melakukannya di taman kanak-kanak dan paling lambat pada waktu anak duduk di kelas dua sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang bersamaan anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.

c. Ketrampilan membaca cepat.

Pada tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar terjadi pada saat anak duduk di kelas tiga SD. Anak sudah menguasai atau memahami kerterampilan membaca memerlukan pemahaman simbol dengan bunyi. Anak juga sudah mampu membaca 100-140 kata per menit dengan kesalahan sedikit. d. Membaca luas.

Pada tahap membaca luas terjadi pada anak ada di bangku kelas empat sampai lima SD. Anak sudah gemar dan menikmati kegiatan membaca. Anak akan membaca berbagai variasi buku bacaan seperti majalah maupun buku cerita dengan penuh motivasi untuk memudahkan mereka dalam membaca. Pada tahap


(20)

20

ini guru maupun orang tua harus memperkaya kosa kata anak, menganalisis struktur kalimat atau mereviu berbagai sumber bacaan.

e. Membaca yang sesungguhnya.

pada tahap membaca yang sesungguhnya akan terjadi pada anak yang sudah duduk di SD dan berkelanjutan hingga dewasa. Mereka tidak membaca untuk beljar membaca akan tetapi membaca sebagai pemahaman anak mengetahui, mempelajari bidang studi tertentu. Kemahiran membaca setiap anak akan sesuai pada latihan membaca sebelumnya.

Tadkiroatun (2009, 8-9) mengungkapkan bahwa adala 5 tahap dalam membaca yaitu ;

a. Tahap magic.

Pada tahap ini, anak sudah mengerti dan memahami guna buku, buku itu penting dan mulai membawa buku-buku kesukaannya.

b. Tahap konsep diri.

Pada tahap ini, anak mulai menempatkan diri bahwa dirinya adalah pembaca, anak mulai membolak-balik buku dan berpura-pura membaca buku.

c. Tahap membaca antara.

Pada tahap ini, anak mulai mengenal huruf. Anak sudah dapat membaca tulisan-tulisan yang penting untuk anak dan mampu membaca ulang kata yang sudah ditulis sudah dibaca serta mampu membaca puisi sederhana.


(21)

21 d. Tahap lepas landas

Pada tahap ini anak mulai menggunakan 3 sistem bahasa yaitu grafafonik, semantik, dan sintaksis. Anak mulai senang membaca, mulai mengenal huruf dari konteks, anak membaca apapun kalimat atau kata disekitar anak.

e. Tahap independen

Anak mulai membaca buku yang tidak dikenal dan mampu memperkirakan isi dari buku tersebut.

Sedangkan menurut Thahir (dalam Leni Nofrienti, 2012: 4), tahapan membaca menggunakan metode fonik terdiri dari tiga tahap yaitu ;

a. Tahap merah yaitu membaca dengan suku kata terbuka seperti mata, mama, papa, meja, babi, dsb.

b. Tahap biru yaitu membaca kata yang mengandung suku kata tertutup seperti mo-tor, ka-sur, jen-dela, si-sir, kun-ci, dsb.

c. Tahap hijau yaitu membaca kata yang mengandung suku kata vokal ganda maupun konsonan ganda. Contoh kata dari vokal ganda atau doble vokal seperti pa-kai, pu-lau, si-lau, dsb. Sedangkan konsonan ganda atau doble konsonan seperti nye-nyak, ta-ngan, struk-tur, dsb.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa anak usia 5-6 tahun, anak senang membaca dan anak mampu menggunakan 3 sistem bahasa yaitu bunyi huruf atau bunyi kata, arti dari kata dan anak mulai menunjukkan kesadaran gramatis atau berbicara menggunakan kalimat.


(22)

22

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca akan berbeda-beda pada setiap anak dan berkembang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca pada anak (Farida Rahim, 2005: 16), seperti;

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Menurut beberapa ahli, keterbatasan neurologis seperti cacat otak dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan peserta didik tidak berhasil dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.

b. Faktor intelektual

Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca tetapi tidak semua anak yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan yang meliputi latar belakang dan pengalaman peserta didik mempengaruhi kemampuan membacanya. Peserta didik tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca jika mereka tumbuh dan berkembang di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi.


(23)

23 d. Faktor sosial ekonomi anak

Status sosial ekonomi anak mempengaruhi kemampuan verbal anak. Hal ini dikarenakan jika peserta didik tinggal dengan keluarga yang berada dalam taraf sosial ekonomi yang tinggi kemampuan verbal mereka juga akan tinggi. Hal ini didukung dengan fasilitan yang diberikan oleh orang tuanya yang berada pada taraf sosial ekonomi tinggi. Lain halnya peserta didik yang tinggal di keluarga yang sosial ekonomi rendah. Orangtua mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya dan anaknya cenderung kurang percaya diri

e. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan sosial,emosi, serta penyesuaian diri.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, media merupakan salah satu komponen penunjang yang penting di aplikasikan untuk memudahkan siswa untuk belajar. Media pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar ketika media pembelajaran tersebut digunakan.

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima (Hairudin, 2008: 7). Gagne berpendapat media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar (Cece Wijaya,dkk. 1991: 137).


(24)

24

Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai dan bermakna. Dalam depdiknas (2003) juga dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan (Hairudin, 2008: 7).

2. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi utama media pembelajaran adalah memberikan rangsangan terhadap anak didi, agar proses belajar terjadi secara optimal. Arif S Sadiman (1990: 34) mengemukakan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Memperjelas pesan yang akan diungkapkan,

b. Meminimalisir keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti objek yang terlalu kecil,

c. Media yang menarik dapat menjadikan anak aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Jika fungsi di atas dikaitkan dalam pembelajaran, tentunya akan terlihat bagaimana pentingnya media pembelajaran dalam proses kegiatan mengajar. Media juga bisa sebagai penjelas. Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi berguna juga bagi siswa untuk memperoleh pesan yang bermakna dari media yang sudah disiapkan.


(25)

25 C. Kartu Kata

1. Pengertian Kartu Kata Bergambar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang, kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil, alat tulis, dll pada kertas atau sejenisnya. Jadi kartu kata bergambar adalah kertas tebal yang tertulis unsur bahasa yang mempunyai gambar sesuai dengan unsur bahasa tersebut. Sejalan dengan Mohammad Jaruki (2008: 15) bahwa kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar. Dalam penelitian ini, kartu kata bergambar yang dimaksud adalah kartu tebal yang bergambar benda-benda di sekitar anak seperti binatang, tumbuhan, buah, maupun peralatan sekolah yang mempunyai variasi warna dan tertulis kata pada setiap kartunya. Kata yang tertera pada kartu akan sesuai dengan gambar yang ada.

Kartu kata di sini dipahami sebagai media (alat) dalam pengajaran, yang mana melaluinya simulasi dari inti pengajaran disampaikan baik secara deskriptif maupun demonstratif, yang tentunya ini menandaskan pada fungsinya sebagai penyampai pesan (Gagne dalam Rita, 2009:22). Dalam konteks media pembelajaran bagi anak usia dini, media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar (Brigs dalam Rita, 2009:22).


(26)

26

Media kartu kata bergambar merupakan jenis media visual yang dapat ditangkap melalui penglihatan. Media kartu kata gambar menyajikan gambar yang dapat dilengkapi kata, pada setiap gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran tersendiri, dapat memperlancar dan memperkuat ingatan anak, menambah wawasan dan kecakapan, menarik minat anak dalam kegiatan mengenal huruf, membaca huruf dan kata, anak dapat menanggapi makna dari gambar sebagai pendukung imajinasi mereka yang memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata melalui perumpamaan gambar, sehingga kemampuan membaca permulaan anak dapat berkembang tanpa mengurangi kesenangan anak (Dhieni, 2011:10.3).

Kartu kata bergambar ini merupakan alat bantu untuk mengajarkan membaca melalui kata yang sesuai dengan gambar yang tertera. Kartu kata yang akan digunakan memiliki panjang 15 cm dan lebar 10 cm. Sebagai ilutrasi dari media kartu kata bergambar, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Contoh kartu kata bergambar


(27)

27

Secara umum tujuan media ini adalah untuk menarik anak agar aktif dalam pembelajaran. Kartu ini mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Selain itu, kartu huruf ini dilengkapi oleh gambar yang sesuai dengan kata yang tertulis. Cara kerja kartu huruf ini adalah sebagai berikut: a. Guru menjelaskan kepada anak mengenai kartu kata bergambar yang akan

digunakan dalam pembelajaran.

b. Guru mengeluarkan satu persatu kartu kata bergambar dengan mengajarkan setiap huruf yang ada pada kartu kata bergambar dan menanyakan gambar yang ada pada kartu kata bergambar.

c. Siswa menirukan huruf yang sudah disebutkan oleh guru dan menyebutkan huruf-huruf yang sudah ditunjukkan oleh guru.

d. Siswa mulai menyebutkan sendiri satu persatu huruf yang ditunjuk oleh guru dan membacanya.

2. Keuntungan Penggunaan Kartu Kata Bergambar

Kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut Arif S. Sadiman dkk (1986: 29) mengemukakan sebagai berikut:

a. Sifatnya konkrit gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

c. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke obyek peristiwa tersebut.

d. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. e. Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.

f. Murah harganya dan mudah untuk didapat dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.


(28)

28

Selain kelebihan yang sudah disebutkan media gambar menurut Rahadi (2003: 27) memiliki kelemahan yaitu hanya menampilkan gambar dengan persepsi indera mata, ukurannya terbatas, gambar diintepretasikan secara personal dan subjektif dan disajikan dalam ukuran yang kecil sehingga kurang efektif dalam pembelajaran. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Arif Sadiman (1992: 29) yang meneybutkan bahwa kelamahan media gambar sebagai berikut. a. Hanya menekankan persepsi indra mata

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran

c. Ukuran terbatas untuk kelompok besar

d. Memerlukan keterbatasan sumber dan keterampilan kejelian untuk memanfaatkannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keuntungan media kartu huruf bergambar adalah mempermudah bagi peserta didik untuk memahami pembelajaran yang berlangsung, karena dengan kartu huruf tersebut materi akan mudah diulangi sehingga pemahaman anak akan optimal. Desain gambar yang menarik akan membuat anak lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Akan tetapi kelemahan media kartu kata bergambar ini memiliki keterbatasan ukuran sehingga diperlukan kejelian untuk dapat menggunakannya. D. Kerangka Berpikir

Membaca permulaan merupakan tahapan yang harus dicapai oleh anak usia 5-6 tahun. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi kelas B1 TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta ada 12 anak dari 16 anak yang belum bisa membaca kata sederhana. Beberapa dari anak tersebut masih sulit untuk membedakan huruf yang hampir sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ruang kelas yang kurang kondusif, media untuk mengajar membaca


(29)

29

kurang bervariasi dan kurang menarik minat anak, serta kegiatan yang kurang inovatif untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan pada anak.

Berdasarkan masalah di atas, maka perlu ditingkatkannya kemampuan membaca permulaan agar anak bisa membaca melaui media kartu kata bergambar yang belum pernah diberikan kepada anak-anak.

Untuk memperjelas dan mempertegas alur kerangka berpikir dalam penilitian ini menggunakan bagan sebagai berikut:

Bagan 1. Alur kerangka pikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “kemampuan membaca permulaan anak dapat ditingkatkan melalui media kartu kata bergambar pada anak kelas B1 di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta.

Di lapangan

menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak di kelas B1 kurang berkembang secara optimal. Hali ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kegiatan pembelajaran yang kurang menarik antusias anak untuk belajar, media yang kurang menarik serta lingkungan kelas yang kurang kondusif.

Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak di kelas B1 TK ABA Gedongkiwo melalui media pembelajaran yaitu menggunakan media kartu kata

Kemampuan membaca permulaan anak di kelas B1 TK ABA Gedongkiwo dapat meningkat melalui media kartu kata bergambar yaitu dengan cara guru mencontohkan satu kartu dengan membaca kartu tersebut kemudian anak mulai mencoba membaca sendiri kartu kata agar anak mudah mengingat kembali apa yang sudah dibacanya.


(30)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Model Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2010) penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah subjek yang menjadi sasaran yaitu peserta didik, bertujuan memperbaiki situasi pembelajaran di kelas agar terjadi peningkatkan kualitas pembelajaran.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:9) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian (action research) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dan memiliki rangkaian “riset -tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan...”, yang dilakukan dalam rangkaian untuk memecahkan masalah.

Penelitian Tindakan Kelas ini berbentuk kolaborasi yaitu menjalin kemitraan dan bekerjasama dengan guru bertujuan memperoleh informasi -informasi mengenai pembelajaran. Dengan demikian permasalahan pembelajaran di kelas dapat teratasi bersama, sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

2 Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2011:21) model yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart berupa siklus. Pada setiap perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,observasi dan refleksi. Kedua komponen tindakan dan observasi


(31)

31

merupakan dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan karena harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu.

Model penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut keterangan

Gambar 3. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Mc Taggart Berdasarkan gambar di atas komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah-langkah yang dilakukan sebelum tindakan adalah sebagai berikut. 1. Menentukan tema dan subtema kegiatan pembelajaran.

2. Menyusun rencana pembelajaran berupa rencana kegiatan harian (RKH). Siklus 1

1 = Perencanaan tindakan siklus 1 2 = Tindakan dan Observasi 1 3 = Refleksi 1

Siklus II

4 = Revisi Rencana II

5 = Tindakan dan Observasi II 6 = Refleksi II

Tanda panah ke bawah berarti jika dalam siklus II belum memenuhi kriteria akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


(32)

32

3. Mempersiapkan media pembelajaran (alat dan bahan). 4. Menyusun lembar observasi.

5. Membuat rubrik penilaian. b. Tindakan

Tindakan yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran menggunakan media kartu kata bergmabar.

1. Guru kelas menggunakan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dibuat oleh peneliti.

2. Pembelajaran dapat berlangsung di dalam maupun luar kelas.

3. Guru kelas menggunakan media pembelajaran yang telah dipersiapkan. 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan. 5. Melakukan apersepsi.

6. Mendampingi anak dalam kegiatan pembelajaran. c. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap jalannya kegiatan pembelajaran. d. Refleksi

Refleksi dilakukan menggunakan teknik kolaborasi antara peneliti dan guru untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil evaluasi pada siklus I akan dijadikan sebagi acuan untuk merencanakan langkah selanjutnya pada siklus II.


(33)

33 B. Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis yaitu memilih lokasi di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta. TK ABA gedongkiwo memiliki 4 kelas yaitu satu kelas kelompok A, serta tiga kelas kelompok B yang terdiri dari B1, B2, B3. Penelitian ini dilakukan di kelompok atau kelas B1 yang diampu oleh dua guru. Subyek penelitian adalah peserta didik dari kelompok B1 yang berusia 5 - 6 tahun yang berjumlah 16 anak, terdiri dari 8 perempuan dan 8 laki-laki. Penelitian ini difokuskan dalam pokok bahasan tentang meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak melalui media kartu kata bergambar.

C. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi pada saat penelitain kemudian diolah menjadi data penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :

1. Observasi

Menurut Nana Syaodih (2010:220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam hal ini penulis menggunkan observasi partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran melalui kegiatan menyusun bentuk sehingga dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan mengetahui kemampuan anak. Observasi dilakukan pada pengamatan kemampuan membaca permulaan.


(34)

34 2. Studi Dokumenter

Studi dokumenter (documentary study) menurut Nana Syaodih (2010) merupakan suatu metode pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Hasil karya anak dan proses kegiatan pembelajaran dapat diabadikan dengan menggunakan peralatan yang dibutuhkan. Oleh karena itu peneliti dapat menganalisis dengan mudah dan lebih leluasa apabila menggunakan metode ini. D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (Sugiyono, 2011:148).

Penelitian ini menggunakan alat bantu untuk mengumpulkan data, antara lain : 1. Lembar observasi.

Lembar observasi berbentuk check list berisi tentang catatan hasil pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan indikator. Prosedur penyusunan dan pengisian lembar observasi ini antara lain:

a. Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak.

b. Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika melakasanakan kegiatan pembelajaran.


(35)

35

Kisi – kisi Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan Variabel Subvariabel Indikator Kemampuan

membaca permulaan

Mengenal simbol – simbol yang berkaitan dengan huruf atau tanda

Menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) Menunjukkan 13 huruf yang telah disebutkan oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

Mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat

Menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

No Indikator Skor Deskripsi

1

Menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

4 Anak mampu menyebutkan 10 – 13 huruf 3 Anak mampu menyebutkan 5 – 9 huruf 2 Anak mampu menyebutkan 1 – 4 huruf 1 Anak tidak dapat menyebutkan huruf atau

menyebutkan huruf dengan bantuan

2

Menunjukkan 13 huruf yang telah disebutkan oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

4 Anak mampu menunjukkan 10 – 13 huruf 3 Anak mampu menunjukkan 5 – 9 huruf 2 Anak mampu menunjukkan 1 – 4 huruf 1 Anak tidak dapat menunjukkan huruf atau

menyebutkan huruf dengan bantuan

3 Mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat

4 Anak mampu mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 4 – 5 gambar

3 Anak mampu mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 2 – 3 gambar

2 Anak mampu mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 1 gambar

1 Anak tidak dapat mencari huruf awal sesuai gambar atau mencari huruf dengan bantuan.

4

Menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama

4

Anak mampu menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 4 – 5 gambar

3

Anak mampu menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 2 – 3 gambar

2

Anak mampu menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 1 gambar

1

Anak tidak dapat menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama atau dapat menunjukkan dengan bantuan


(36)

36 E. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:333). Pengorganisasian data ke dalam kategori, penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih data yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan berupa catatan pengamatan, dan dokumen foto yang akan dianalisis. Selanjutnya, semua data yang diperoleh akan dikumpulkan dan dilaporkan dalam bentuk deskripsi. Teknik kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011: 129-135) menjelaskan bahwa ada tiga macam kegiatan yang dilakukan, yaitu mereduksi data, model data (Data Display), serta penarikan atau verifikasi kesimpulan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis data kualitatif menurut Prof. Emzir, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertaham, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan. Tahap ini merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data


(37)

37

terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif.

2. Model Data (Display Data)

Model didefinisikan sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model (Display) dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda dari pengukuran biasa sampai layar komputer. Bentuk yang paling sering digunakan pada model data kualitatif adalah teks naratif. Teks naratif dalam pengertian ini memuat terlalu banyak kemampuan memroses informasi manusia.

3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan

Langkah terakhir dari aktivitas analisis kualitatif adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan dimana mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi.

F. Indikator keberhasilan

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 44) bahwa keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya kriteria persentase kesesuaian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria presentase dari Suharsimi Arikunto, yaitu :

1. Kesesuaian kriteria (%) : 0 – 20 = Kurang sekali 2. Kesesuaian kriteria (%) : 21 – 40 = Kurang 3. Kesesuaian kriteria (%) : 41 – 60 = Cukup 4. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = Baik


(38)

38

5. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = Sangat Baik

Dari persentasi di atas, maka dalam penelitian ini mengambil keseluruhan kriteria persentase yang akan digunakan dalam penelitian peningkatan membaca permulaan, yaitu:

1. Kesesuaian kriteria (%) : 0 – 20 = Kurang sekali 2. Kesesuaian kriteria (%) : 21 – 40 = Kurang 3. Kesesuaian kriteria (%) : 41 – 60 = Cukup 4. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = Baik

5. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = Sangat Baik

Berdasarkan kriteria kesesuaian di atas, pemerolehan data menurut Suharsimi Arikunto (2010: 284-285) adalah sebagai berikut :

= ∑

Keterangan : x= Mean (Rata-rata)

∑x= Jumlah nilai

N= Jumlah yang akan dirata-rata

Selanjutnya pemerolehan data menurut Acep Yoni (2010: 177) adalah sebagai berikut :

� = � � � ℎ

� � � � � 100%

Perhitungan tingkat keberhasilan dalam penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui kartu kata bergambar. Langkah yang digunakan dengan cara mengamati perkembangan kemampuan anak sesuai panduan observasi kemampuan anak.


(39)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di TK ABA Gedongkiwo yang beralamat lengkap di Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta. TK ini berada di tengah-tengah perkampungan sehingga kondisinya sangat memungkinkan untuk dilaksanakan kegiatan belajar mengajar karena jarang ada suara kendaraan atau suara bising yang melewati depan TK tersebut.

2. Kondisi Sarana Prasarana

TK ABA Gedongkiwo memiliki sarana prasarana yang cukup baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran, diantaranya tersedianya 4 kelas untuk proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, 1 ruang uks, 1 ruang kamar mandi, 1 ruang dapur, perpustakaan, serta halaman yang luas untuk kegiatan outdoor dan upacara setiap hari senin dan upacara peringatan hari besar, serta 1 ruang administrasi. Akan tetapi, ruang perpustakaan digabung menjadi satu dengan ruang kelas B1. Hal ini tidak mempersulit kegiatan belajar mengajar karena jarang sekali siswa di area perpustakaan tersebut ketika proses belajar mengajar.

APE yang ada di TK ABA Gedongkiwo ini terbilang lengkap, seperti peralatan menghitung, mengenal huruf, mengenal hewan, mengenal bentuk geometri, mengenal bahssa inggris, mengenal alat komunikasi, mengenal alat transprtasi darat dan laut dan sebagainya. Terdapat beberapa APE yang terbuat dari sisa sampah yang secara kreatif dibuat menjadi bentuk menyerupai hewan maupun tumbuhan.


(40)

40 3. Kondisi Tenaga Pengajar dan Anak

Tenaga pengajar di TK ABA Gedongkiwo terdiri dari 6 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 1 guru kelompok A, 2 guru kelompok B1, 1 guru untuk kelompok B2, 1 guru kelompok B3. Selain itu ada 1 guru ekstrakurikuler drum band dan 1 guru ekrtakurikuler membaca AL-Qur’an. Sedangkan jumlah siswa di TK ABA Gedongkiwo terdiri dari 66 siswa.

B. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengambilan skor Pratindakan terhadap kemampuan membaca permulaan melalui permainan tebak huruf yang ditulis oleh guru di papan tulis. Pelaksanaan Pratindakan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan sebelum dilakukannya tindakan. Guru sebagai pelaksana pembelajaran melalukan Pratindakan sebelum Siklus I dilakukan yaitu pada hari Rabu 29 Oktober 2014. Penelitian Pratindakan ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu tes lisan, dokumentasi dan lembar observasi check list.

Hasil kemampuan membaca permulaan pada Pratindakan ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan kemampuan membaca permulaan yaitu dengan media kartu kata bergambar. Kegiatan kartu kata bergambar dilakukan dengan cara guru memberi pertanyaan satu persatu anak untuk menjawab setiap kartu yang dikeluarkan oleh guru. Kemampuan membaca permulaan setiap anak dapat diketahui dari Tabel yang berisi sebagai berikut:


(41)

41

Tabel 3. Hasil Observasi Kondisi Awal Kemampuan Membaca Permulan

No Nama

Menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

Menunjukkan 13 huruf yang telah disebutkan oleh guru (a, b, d, e, i,

k, l, m, o, p, s, t, u) Mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat Menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 A    

2 Ab    

3 Ad    

4 Ar    

5 I    

6 L    

7 H    

8 NM    

9 NN    

10 R    

11 Rf    

12 Rh    

13 Ri    

14 S    

15 T    

16 U    

Jumlah skor

keseluruhan siswa 21 21 25 24 Persentase (%) 32,81 32,81 39,06 37,50

Berdasarkan data di atas kemampuan membaca sebelum dilaksanakan tindakan memiliki presentase sebesar 35,54%. Jika dibuat presentase rekapitulasi kemampuan membaca permulaan berdasarkan data di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca permulaan Siswa Sebelum Tindakan No Kemampuan Membaca Permulaan Persentase (%) Kriteria

1 Menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

32,81 Kurang 2 Menunjukkan 13 huruf yang telah

disebutkan oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)

32,81 Kurang 3 Mencari huruf awal sesuai gambar

yang dilihat 39,06 Kurang 4 Menunjukkan gambar yang


(42)

42

Dari tabel di atas kemampuan membaca permulaan sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui prosentase kemampuannya. Kemampuan anak dalam menyebutkan 13 huruf (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) sebesar 32,81% masih dalam kriteria kurang baik. Pada kemampuan anak dalam menujukkan 13 huruf tersebut juga masih dalam kriteria kurang baik dengan nilai prosentase 32,81%. Kemampuan anak dalam mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat sebesar 39,06% dan kemampuan anak dalam menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebesar 37.50%. Rata-rata kemampuan anak dalam membaca permulaan masih ada dalam kriteria kurang baik dengan perolehan nilai prosentase dibawah 40%. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun dikarenakan kurangnya media yang lebih kreatif dari guru.

Berdasarkan data di atas peneliti menemukan masalah yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Masalah yang ditemukan yaitu sebagian besar anak masih kurang dalammenguasai simbol huruf. Mereka masih salah dalam penyebutan simbol huruf. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak belum berkembang sesuai usia anak.

Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran maka peneliti bersama guru kelas kelompok B1 TK ABA Gedongkiwo bersama-sama merancang tindakan untuk kegiatan pembelajaran pada Siklus I. Berdasarkan pengamatan yang disampaikan diatas, peneliti dan guru kelas menyepakati untuk melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan kartu kata bergambar.


(43)

43

C. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1. Perencanaan Siklus I

Penelitian dilakukan dalam tahapan yang berupa siklus pembelajaran. Dalam pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus. Untuk lebih meningkakan kemampuan membaca permulaan, setiap siklus dilakukan dalam 3 pertemuan. Pada TK ABA Gedongkiwo di kelas B1 ada dua guru yang mengampu, setiap hari Senin sampai Rabu diampu oleh guru N dan setia hari Kamis sampai Sabtu diampu oleh guru S.

Adapun tahap perencanaan pada Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi dengan guru kelas sebagai kolaboratif peneliti yaitu

guru sebagai pelaksana tindakan.

b. Menyusun rencana kegiatan harian dengan tema pengayaan yaitu tema binatang (terlampir)

c. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan membaca permulaan d. Menyiapkan lembar pengamatan dan dokumentasi untuk melihat tingkat

perkembangan kemampuan membaca permulaan pada siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2014, dengan tema Binatang dan subtema Tempat Hidup Binatang. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan menyatu dengan kegiatan belajar mengajar. Jumlah anak yang masuk pada Siklus I pertemuan pertama adalah sebanyak 16 anak yang


(44)

44

terdiri dari 7 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Adapun kegiatan proses pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal (30 menit)

Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru dilaksanakan di luar kelas seperti bernyanyi dan bergerak bersama setalah berupacara, kemudian dilanjutkan berdoa dan salam yang dilakukan di dalam kelas. Kegiatan berdoa dilakukan setelah anak sudah siap dan duduk dengan tenang, setelah itu guru mengucapkan salam dan anak mulai menjawab salam. Setelah berdoa, guru mulai mengabsen dan menanyakan siapa saja yang tidak masuk sekolah kemudian guru mengajak anak untuk membaca surat-surat pendek seperti surat Al-ikhlas, Alahab, Anas, Al-falaq. 2) Kegiatan Inti (60 menit)

Guru memulai kegiatan ini dengan bertanya jawab tentang binatang, seperti binatang beranak dan bertelur, binatang berkaki dan tidak berkaki. Kemudian anak diminta untuk menyebut huruf dari setiap nama binatang yang disebutkan. Hanya beberapa anak yang menyebutkan huruf. Setelah tanya jawab, guru mengeluarkan kartu kata bergambar yang sudah dipersiapkan oleh guru sebelumnya. Guru menunjukkan satu persatu kartu, anak mulai membaca gambar dari setiap kata seperti gambar komodo dan dilanjutkan guru meminta anak membaca huruf yang ada di atas atau di bawah gambar. Anak sangat tertarik dengan kartu kata yang berukuran 17cmx10cm sampai mereka berteriak untuk

meminjam kartu tersebut dari gurunya dan bertanya “itu apa?” berkali-kali. Kondisi kelas sangat tidak kondusif kemudian guru mengkondisikan kelas lagi dengan mengajak anak untuk melakukan “tepuk diam”, dan akhirnya anak mulai


(45)

45

diam dan memperhatikan lagi apa yang guru tunjukan dan intruksikan kepada setiap anak.

Pada kegiatan ini anak diminta untuk menuliskan huruf depan pada setiap nama binatang yang sudah disiapkan sebelumnya menggunakan LKA. Anak masih kesulitan dalam menulis setiap huruf awal, kemudian guru memberi bantuan dengan menulis semua huruf yang dibutuhkan di papan tulis.

Selama anak mengerjakan LKA, peneliti mengamati aktifitas anak sambil mendokumentsaikannya. Kegiatan selanjutnya adalah guru melakukan evaluasi atau penilaian terhadap perkembangan kemampuan membaca permulaan anak. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran sudah selesai. Guru dan peneliti berdiskusi mengenai proses pembelajaran pada hari ini, dan membicarakan perkembangan anak termasuk perkembangan bahasa. Kemudian mencatat pada lembar observasi yang sebelumnya sudah dipersiapkan.

Gambar 3. Guru akan menunjukkan kartu kata bergambar


(46)

46

Pada kegiatan akhir guru mengulang kembali kegiatan yang menggunakan beberapa kartu kata bergambar dan meminta kembali anak untuk menyebutkan setiap gambar yang ada pada kartu dan meminta anak menyebutkan huruf dan membaca kata. Setelah selesai anak dikondisikan untuk tenang, untuk bersiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang anak diminta untuk bernyanyi bersama, berdoa kemudian mengucapkan terimakasih kepada guru dan pamit pulang menggunakan bahasa jawa krama halus.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan siklus satu pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 5 November 2014 dengan tema binatang dan subtema tempat hidup binatang. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan menyatu dengan kegiatan belajar mengajar. Jumlah anak yang masuk pada Siklus I pertemuan kedua adalah sebanyak 16 anak yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Adapun kegiatan proses pembelajaran sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal (30 menit)

Kegiatan awal dilakukan di outdoor, anak dan guru melakukan kegiatan bernyanyi dan menari bersama. Anak-anak dibagi menjadi 2 baris dan guru ada di depan menginstruksikan kegiatan yang dilakukan bersama. Mereka bernyanyi sambil bertepuk tangan dan menari bersama. Saat akan memasuki ruang kelas anak diminta berjalan satu persatu menyerupai berjalannya monyet. Anak-anak sangat antusias dan menikmati kegiatan tersebut sampai akhirnya masuk di dalam kelas. Anak-anak diminta untuk duduk tenang dan mengambil sikap berdoa. Setelah berdoa mereka bernyanyi dan bertepuk tangan menanyakan setiap orang


(47)

47

yang berada di dalam ruang kelas dan setelah itu menanyakan yang tidak masuk hari ini. Setelah itu guru meminta anak untuk mengaji dan menghafal surat-surat pendek.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

Pada kegiatan ini guru mulai mengeluarkan kartu kata bergambar lagi dan anak diminta membaca simbol gambar dan huruf. Sekali-kali guru menutup nama binatang yang ada sehingga anak berpikir tentang menyusun nama binatang tersebut terdiri dari huruf apa saja. Setiap anak diminta bersuara satu persatu. Pada kegiatan hari ini guru menulis beberapa nama binatang di papan tulis kemudian anak diminta membaca satu persatu huruf menjadi satu kata sempurna dan anak diminta untuk menulis nama-nama binatang ke dalam buku tulis yang sudah dimiliki setiap anak. Satu persatu anak diminta untuk membaca setiap kata yang telah ditulis oleh guru. Selama anak-anak mengerjakan, peneliti mulai mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan dan menilai menggunakan lembar checklist yang sudah disiapkan.


(48)

48

Gambar 5. Guru menulis kata dan anak diminta membaca kemudian menulisnya

3) Kegiatan Akhir (30 menit)

Pada kegiatan akhir guru melakukan recalling, ada beberapa anak yang masih belum bisa membaca huruf m, ada yang belum bisa membedakan p dan b. Setelah melakukan recalling, anak diminta untuk tenang dan bersiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang anak bernyanyi bersama dan mengucapkan terimakasih kepada guru. Guru meminta maaf untuk kegiatan hari ini yang dirasa sudah memberatkan anak, kemudian anak berdoa dan diakhiri pamit dari anak menggunakan bahasa jawa halus.

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 7 November 2014 dengan tema binatang dan subtema tempat hidup binatang. Pada pertemuan ini, guru kelas diganti oleh guru 2. Pada kelas B1, setiap hari senin sampai rabu diisi oleh guru 1 dan guru 2 sebagai guru pendamping sedangkan pada hari kamis sampai sabtu guru 2 sebagai guru kelas dan guru 1 sebagai guru pendamping. Pelaksanaan kegiatan diikuti oleh 16 anak dengan 7 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Adapun kegiatan proses pembelajaran sebagai berikut :


(49)

49

Kegiatan awal pada pertemuan ketiga siklus pertama anak diminta untuk senam bersama dengan kelas lain di luar kelas. Di TK ABA Gedongkiwo, setiap hari jumat dilakukan kegiatan senam bersama dan menggunakan pakaian olahraga untuk guru dan murid-murid. Setelah itu anak masuk di dalam kelas, anak menyanyikan lagu apa kabar hari ini dan kemudian berdoa bersama dipimpin oleh guru. Setelah berdoa, bagi anak-anak yang ikut latihan drum band diminta untuk ikut latihan sampai jam 9 sebelum kegiatan inti dimulai. Beberapa anak yang masih didalam diminta oleh guru untuk mewarnai gambar yang ada di lembar kerja anak (LKA) yang sudah dimiliki oleh anak sambil menunggu anak-anak lain selesai latihan drum band. Guru sambil mengajak berbincang-bincang ketika anak mewarnai tentang binatang yang anak-anak pelihara dan guru menanyakan ciri-ciri dari binatang tersebut, misalnya menanyakan jumlah kaki, warna binatang serta makanan dari setiap binatang.

2) Kegiatan Inti (60 menit)

Semua siswa telah berkumpul dalam kelas setelah beberapa anak latihan drum band. Beberapa anak kelihatan kecapekan akan tetapi ketika guru memperlihatkan kartu kata dengan kata yang ditutup anak mulai tertarik dan mulai menjawab pertanyaan dari guru seperti binatang apa ini, dan huruf apa saja yang digunakan untuk membentuk nama dari binatang tersebut.

Pada kegiatan inti, anak diminta untuk menempel binatang yang mempunyai huruf yang sudah ditulis di LKA. Satu persatu anak mulai membaca setiap huruf yang berbeda-beda pada setiap LKA, kemudian anak mencari gambar dengan nama binatang yang mempunya huruf depan yang sudah ditulis pada


(50)

50

setiap LKA anak. Saat guru menanyakan huruf apa saja, peneliti mulai mencatat dan menilai kegiatan tersebut pada lembar yang tersedia. Peneliti juga mengobservasi kegiatan menulis huruf awal dan menempel binatang dengan mencatat dan memberi nilai pada lembar sudah disiapkan.

3) Kegiatan Akhir (30 menit)

Kegiatan inti sudah selesai, dan guru mulai melakukan kegiatan recalling. Anak diminta untuk membaca lagi kartu kata yang diperlihatkan oleh guru, dan penliti juga mulai mencatat kembali setiap anak membaca maupun menebak huruf apa saja. Setelah semua sudah selesai, guru menyuruh anak untuk bersiap-siap pulang, merapikan kembali meja kursi dan buku yang diapakai. Guru mngajak anak-anak untuk berdoa bersama kemudian bernyanyi bersama dan anak-anak pamit untuk pulang dan mengucapkan terimakasih menggunakan bahasa jawa halus.

3. Observasi Siklus I

Observasi dilaksanakan selama pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan tersebut dilakukan pada Siklus I pertemuan pertama sampai ketiga dengan menggunakan lembar observasi. Selama proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Dalam kegiatan observasi kegiatan membaca permulaan anak yang diamati adalah kemampuan anak dalam menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru; menunjukkan 13 huruf yang telah disebutkan oleh guru ; mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat; menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama.


(51)

51

a. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan Pertama

Observasi yang dilakukan secara kolaborasi dengan aspek yang dinilai adalah menyebutkan 13 huruf (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) yang sudah disebutkan oleh guru dan menunjukkan huruf (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) yang sudah disebutkan oleh guru, mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat, dan menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan sama.

Berikut adalah hasil kemampuan membaca permulaan yang sudah dinilai :

Tabel 5. Hasil Observasi Kemampuan membaca permulaan Siswa Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada Siklus I Pertemuan Pertama

No Nama

Menyebutkan 13 huruf yang telah ditunjuk oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m,

o, p, s, t, u)

Menunjukkan 13 huruf yang telah disebutkan

oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o,

p, s, t, u)

Mencari huruf awal sesuai gambar yang dilihat Menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 A    

2 Ab    

3 Ad    

4 Ar    

5 I    

6 L    

7 H    

8 NM    

9 NN    

10 R    

11 Rf    

12 Rh    

13 Ri    

14 S    

15 T    

16 U    

Jumlah Nilai 25 25 33 36

Presentase (%) 39,06 39,06 51,56 56.25

Penilaian di atas menyebutkan ada beberapa nilai yang dicapai oleh anak yaitu nilai 4, 3, 2, dan 1 pada setiap indikator. Huruf yang dinilai pada penelitian ini sebanyak 13 huruf yaitu huruf, a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u. Nilai 4


(52)

52

menunjukkan bahwa anak mampu menyebutkan 10-13 huruf, menunjukkan 10-13 huruf, mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 4- 5 gambar, menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 4- 5 gambar. Nilai 3 menunjukkan bahwa anak mampu Anak mampu menunjukkan 5-9 huruf, menyebutkan 5-9 huruf, menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 2-3 gambar, mampu mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 2-3 gambar.

Nilai 2 menunjukkan bahwa anak mampu menyebutkan 1-4 huruf, mampu menunjukkan 1-4 huruf, mencari huruf awal sesuai gambar sebanyak 1 gambar, menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan yang sama sebanyak 1 gambar dan nilai 1 menunjukkan bahwa anak kurang mampu untuk menguasai simbol-simbol huruf yang sudah disebutkan di atas.

Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh data kemampuan membaca permulaan pada siklus I pertemuan pertama sebesar 46,48%. Dari kegiatan yang sudah disiapkan, Rf merupakan siswa yang paling aktif dan sering menjawab pertanyaan dari guru. Siswa tersebut mampu mengenal lebih banyak simbol huruf dari teman-temannya, walaupun rf lebih banyak bicara dengan teman sebangkunya dia masih bisa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Hasil dari kegiatan yang sudah dikerjakan oleh rf termasuk kategori cukup baik daripada teman-teman yang lain. Pada kegiatan menulis huruf awal rf mampu untuk melakukannya sendiri dengan sedikit bantuan dari gurunya. Pada kegiatan menebak kartu kata bergambar , rf paling sering menjawab dan jawabannya benar. Rf masih terbalik dalam membaca simbol huruf antara p, d, dan b. Kemampuan


(53)

53

Rf dalam menyebutkan dan menunjukkan 13 huruf yang diminta oleh guru terbilang baik karena ketika Rf diminta untuk menyebutkan dan menunjukkan huruf pada sebuah kartu kata Rf bisa menjawabnya dengan cukup benar dan sudah mulai berkembang. Dalam kemampuan mencari huruf awal sesuai dengan gambar yang dilihat Rf mampu mencari 3 gambar yang mempunyai huruf depan yang sama yaitu bebek, beo, dan badak dan Rf atu bahwa b adalah huruf awal dari setiap binatang yang dia sebutkan. Kemampuan rf dalam menunjukkan gambar yang memiliki huruf depan sama dapat terlihat ketika guru memberikan kegiatan yang terdapat tulisan yang tidak ada huruf depannya Rf menulisnya dengan benar sambil bercakap cakap dengan guru sudah cukup baik.

U akan menjawab pertanyaan dari guru yang dia bisa seperti huruf vokal, akan tetapi U hanya mengerti sedikit huruf itu pun dengan bantuan guru dan U akan diam jika dia tidak mengerti pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada kegiatan menulis huruf depan, U kebanyakan mencontoh dari papan tulis. Karena U menguasai sedikit simbol huruf jadi ketika kegiatan menebak kartu gambar U hanya sedikit berucap dan diam. Kemampuan U dalam menyebutkan 13 huruf yang ditunjuk oleh guru masih kurang terlihat dari bagaimana U menjawab pertanyaan dari guru yang menunjuk huruf-huruf dari setiap kata yang diberikan, hal ini sama dengan kemampuan U dalam menunjukkan 13 huruf yang telah disebut oleh guru. U masih diam dan belum menjawab pertanyaan tersebut. Kemampuan U dalam mencari huruf awal maih belum berkembang, disisi lain U mengetahui huruf awal terletak di depan setiap kata, akan tetapi dalam penyebutannya masih belum mampu. Kemampuan menunjukkan gambar yang


(54)

54

mempunya huruf depan sama masih sejalan dengan kemampuan U dalam mengenal simbol huruf yang belum berkembang. U masih pada tahap mengenal huruf vokal dan sebagaian huruf vokal tersebut dibantu oleh guru ketika menjawab pertanyaan dari kartu yang sudah disediakan.

NN termasuk anak yang cukup baik mengerjakan setiap kegiatan, walaupun jawaban anak ini belum benar tetapi selalu menjawab pertanyaan dari gurunya dan rajin mengerjakan setiap tugasnya. Pada siklus pertama pertemuan

pertama NN belum mengerti huruf “m, s, t” dan perbedaan huruf b, d, dan p. Pada kegiatan menulis huruf awal NN banyak meminta bantuan kepada gurunya untuk memberi tahukan bentuk huruf seperti apa yang dibutuhkan pada lembar kegiatan anak. Pada kegiatan menebak kartu kata bergambar NN sering menjawab, karena NN senang dengan kartu kata tersebut dan memeprhatikan setiap kata yang diucapkan guru.

NM masih terlalu sedikit mengerti huruf, anak ini hanya mengerti huruf-huruf vokal dengan bantuan guru untuk membacanya. Untuk membaca kata anak ini masih meminta bantuan gurunya untuk membacakannya. Dia belum mengerti huruf yang tertulis di LKA, dia sering meminta temannya untuk membantu setiap

mengerjakan LKA. Huruf yang paling dia hafal adalah huruf “a dan i”. Pada

kegiatan menulis huruf awal anak ini masih mencontoh semua huruf yang ditulis oleh guru. Kemampuan mencari huruf awal yang sesuai gambar, NM masih bingung ketika guru menyebut bebek NM masih mengira huruf awal dari sapi adalah a. Kemampuan menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan sama pada NM ini masuk dalam kategori belum berkmebang karena NM masih belum


(1)

101

penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat anak, media pembelajaran juga dapat membantu anak meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Selain itu, Tadkiroatum Musfiroh (2009: 30) menyatakan bahwa anak TK baru berada pada tahap membaca gambar anak memperhatikan tanda-tanda visual seperti gambar tetapi belum menguasai simbol, dengan melihat gambar, membaca label dengan memperhatikan barang dan gambarnya.

Motivasi dari guru dan teman-teman sekelasnya juga sangat berperan penting untuk peningkatan kemampuan membaca permulaan, ini terbukti pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa selalu terlihat senang dan lebih bersemangat untuk belajar ketika guru memberikan pujian-pujian seperti kata pintar sekali, bagus sekali dan siswa lain memberikan tepuk tangan pada siswa yang bisa membaca simbol huruf dengan benar walaupun dengan bantuan dari guru. Hal ini juga sejalan dengan pendapat James (1890/1983) bahwa dalam proses pembelajaran setelah seorang individu diberi motivasi terlebih dahulu, maka pada kegiatan berikutnya individu tersebut akan lebih memperhatikan, mengorientasikan pemikiran dan tubuhnya pada kejadian dan informasi yang menarik bagi individu, maka dari itu keberhasilan dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam memperhatikan, karena semakin memperhatikan maka akan semakin menguasai (Wendy L.Ostrof, 2013: 51).

Hal tersebut diperkuat oleh Mc Clelland bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan motivasi yang berupa umpan balik dari orang lain sehingga


(2)

102

kegiatan yang dilakukan akan semakin menarik baginya (Arif Budiman, 1995: 23).

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 2 siklus yang terdiri dari tiga pertemuan ditemukan hasil dari observasi yang dilakukan selam 6 pertemuan. Hasil yang ditemukan menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dibuktikan pada penjelasan berikut ini :

Kemampuan anak dalam menyebutkan 13 huruf (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) yang telah ditunjukoleh guru sebelum dilaksanakan tindakan memiliki presentase sebesar 32, 8 % masuk dalam kriteria kurang baik dan meningkat menjadi 89,06% masuk dalam kriteria sangat baik pada siklus kedua pertemuan terakhir. Kenaikan presentase mencapai 56,26 %.

Kemampuan anak dalam menunjukkan 13 huruf (a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u) yang telah disebutkan oleh guru sebelum dilaksanakan tindakan memiliki presentase sebesar 32,8 % masuk dalam kriteria kurang baik dan meningkat menjadi 89,06 % masuk dalam kriteria sangat baik pada siklus kedua pertemuan terakhir. Kenaikan presentase mencapai 56,26 %.

Kemampuan anak dalam mencari huruf awal sesuai pada gambar yang dilihat sebelum dilaksanakan tindakan memiliki presentase sebesar 40, 62 % masuk dalam kriteria cukup akan tetapi masuk dalam presentasi rendah dan meningkat menjadi 95,31 % masukdalam kriteria sangat baik pada siklus keduapertemuan terakhir. Kenaikan presentase mencapai 54,69 %.

Kemampuan anak dalam menunjukkan gambar yang mempunyai huruf depan sama sebelum dilaksanakan tindakan memiliki presentase sebesar 37,50 % masuk


(3)

103

dalam kriteria kurang dan meningkat meningkat menjadi 96,86 % masuk dalam kriteria sangat baik. Kenaikan presentasi mencapai 59,36 %.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peningkatan yang dihasilkan diperoleh dari media yang membuat anak tertarik dan penasaran sehingga anak menjadi termotivasi untuk belajar. Media yang menginspirasi anak sangat bagus untuk diterapkan sebagai pengembangan kemampuan kemampuan setiap anak seperti kemampuan bahasa, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosional.

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta melalui media kartu kata bergambar mengalami peningkatan dengan baik. Akan tetapi dalam pelaksanaan penelitian masih terdapat keterbatasan, yaitu:

1. Dokumentasi video yang belum maksimal dikarenakan keterbatasan peralatan 2. kondisi kelas yang kurang memungkinkan karena dalam satu ruangan terdiri

dari dua kelas dan hanya dipisah oleh rak buku dan triplek.

3. Pada kelas B1 sebagian besar anak tidak menempuh pembelajaran di kelas A, sehingga masih banyak yang kurang memahami huruf.

4. Gambar yang digunakan ada yang tidak sesuai dengan tema karena peneliti mengacu pada 13 huruf yang akan diajarkan.


(4)

104 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan berfungsi untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yaitu apakah kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui kartu kata bergambar dan bagaimana hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui kartu kata bergambar di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jawaban dari rumusan masalah yang sudah disebutkan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui kartu kata bergambar pada anak kelompok B1 di TK ABA Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta. Dari anak yang masih terbolak-balik dan ragu-ragu dalam membaca huruf menjadi benar dan berani dalam membaca kartu huruf. Kartu kata bergambar lebih variatif sehingga anak mudah mengingat huruf dan membacanya ketika anak melihat terlebih dahulu gambar yang sudah ada pada setiap kartu.

Pada setiap pembelajaran disetiap siklus, kartu kata bergambar digunakan pada awal pembelajaran. Guru menunjukkan satu per satu kartu dan anak-anak mulai menyebutkan atau menunjukkan huruf –huruf yang tertulis pada kartu kata bergambar. Siklus I, kegiatan yang dilakukan adalah menulis dan menyebutkan huruf awal dari setiap nama hewan yang sudah disiapkan, menyebutkan huruf yang sudah ditulis oleh guru kemudian menulisnya kembali dalam LKA, dan menempelkan gambar binatang yang mempunya huruf depan sama. Pada siklus ke II, kegiatan yang dilakukan adalah menuliskan huruf awal setiap nama binatang


(5)

105

kemudian menghubungkan nama binatang sesuai dengan simbol gambarnya yang sudah tersedia, tanya jawab antara guru dan anak, dan mencari nama binatang kemudian menempelkan nama binatang sesuai dengan gambar.

Pada siklus I dan II, Kartu Kata Bergambar yang dibuat kurang sesuai dengan tema, maka peneliti menambahkan gambar-gambar yang sesuai tema pada kegiatan dengan menambahkan huruf-huruf selain 13 huruf yang sudah diajarkan. Penambahan ini digunakan untuk menambahkan pemahaman anak terhadap huruf-huruf yang sulit untuk dipahami agar anak menambah perbendaharaan simbol huruf yang dikuasai untuk melanjutkan ke tahap membaca selanjutnya.

Peningkatan kemampuan membaca permulaan tersebut dibuktikan dengan jumlah presentasi yang sudah di olah datanya mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada kegiatan sebelum dilakukuan tindakan, kemampuan membaca permulaan pada kelas B1 TK ABA Gedongkiwo hanya memiliki presentase sebesar 35,93 %. Pada siklus I, kemampuan membaca permulaan pada kelas B1 TK ABA Gedongkiwo meningkat menjadi 58,07 masuk pada kategori cukup baik dan pada siklus II, kemampuan membaca permulaan pada kelas B1 TK ABA Gedongkiwo meningkat menjadi 85,81% masuk pada kategori sangat baik.

B. Saran

1. Bagi Anak

Kartu kata bergambar meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak, dengan kartu kata ini anak akan memudah mengerti dan memahami bentuk huruf serta kartu kata bergambar membuat anak tidak cepat bosan dengan gambar dan warna yang lebih menarik. Kegiatan dengan menggunakan kartu kata


(6)

106

bergambar ini bisa dilakukan secara rutin agar perkembangan bahasa anak lebih berkembang.

2. Bagi Pendidik PAUD

Berdasarkan kesimpulan diatas dalam pembelajaran khususnya pada aspek kemampuan bahasa, kartu kata bergambar dapat diterapkan sebagai media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

i) Penggunaan kartu kata bergambar dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan aspek perkembangan anak selain aspek kemampuan bahasa, misalnya pada aspek kognitif anak.

ii) Kemampuan bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi anak, sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat penelitian mengenai kemampuan bahasa melalui media lain yang menarik bagi anak


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B DI TK. TOBE PLUS TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 6 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Pembelajaran Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah BA Masaran 1 Masaran Sragen Tahun Pelajaran

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Pembelajaran Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah BA Masaran 1 Masaran Sragen Tahun Pelajaran

0 1 14

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas di TK ABA III Sumberlawang Sragen 2011).

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO.

9 37 207

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS I SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA.

1 10 172

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADAANAKKELOMPOK B2 RA MA’ARIF NUKARANG TENGAHKERTANEGARAPURBALINGGA.

1 4 164

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELOMPOK B1 TK PEDAGOGIA GUGUS III KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

0 0 228

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA DUKUH GEDONGKIWO, YOGYAKARTA.

2 5 179

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA AWAL MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B1 TK SURYODININGRATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

1 1 158