PENGUJIAN AIR LAUT HASIL DAN ANALISA

90

IV.2 PENGUJIAN AIR LAUT

Dalam penelitian ini pengujian atau pemeriksaan zat cair yang digunakan sebagai perendam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya hanya pemeriksaan pada air laut saja. Pemeriksaan meliputi pengujian pH, serta pemeriksaan salinitas. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan ph ialah dengan menggunakan alat pH meter. Sedangkan untuk salinitas menggunakan metode Titrimetri. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Pengujian Air Laut No. Parameter Hasil Analisa Satuan Metode 1. pH 7,2 - pH meter 2. NaCl 16287,8215 Mgl Titrimetri Sesuai dengan Permenkes R.I. No. 492MENKESPERIV2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tanggal 14 september 2001 tentang pengolahan kualitas air dan Pengendalian Pencemaran untuk air kelas III. IV 3. PERUMUSAN CAMPURAN BENDA UJI MARSHALL Perumusan atau penentuan proporsi agregat di buat dari data-data hasil analisis butiran masing-masing agregat yang tertahan di masing-masing saringan. Jenis campuran yang digunakan adalah gradasi halus yang sesuai dengan peruntukan campuran ac-wc berdasarkan spesifikasi departemen pekerjaan umum tahun 2010. Tabel 4.7 menunjukkan komposisi spesifikasi sebaran agregat yang digunakan untuk ac-wc. Universitas Sumatera Utara 91 Tabel 4.9 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal Pada penelitian ini, cara menentukan proporsi campuran agregat untuk benda uji tidaklah sama seperti yang diterangkan pada spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010. Pada penelitian ini, cara pencampuran agregat dilakukan dengan cara penggabungan agregat tiap nomor saringan. Untuk mengetahui penentuan berapa banyak proporsi persentase agregat yang digunakan per nomor saringan, dilakukan perhitungan penentuan banyaknya persentase agregat yang digunakan dengan dasar perhitungan total berat untuk tiap-tiap campuran harus sebesar 1200 gr sesuai spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 serta proporsi agregat harus berada pada rentang yang di izinkan dalam spesifikasi seperti terlihat pada tabel 4.7. Tujuan digunakan cara ini adalah agar proporsi campuran senantiasa berada pada rentang pertengahan spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 atau dengan kata lain untuk mendapatkan campuran agregat yang ideal sesuai spesifikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara 92 Tabel 4.10 Gradasi Agregat Gabungan Cold Bin AC-WC Pada penelitian ini, seperti yang telah dibahas pada bab metodologi penelitian bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mencari kadar aspal ideal sebanyak 15 buah dengan variasi kadar aspal 5, 5.5, 6, 6.5, 7. Sampel benda uji dibuat dengan metode marshall. Temperatur pencampuran aspal dan agregat adalah temperatur pada saat aspal mempunyai viskositas kinematis sebesar 170±20 centistokes dan temperatur pemadatan adalah temperatur sebesar 140±15 det s.f. Pemadatan dilakukan dengan penumbukan sebanyak 2 × 75 kali, dengan menggunakan alat marshall compaction hammer centistokes. Setelah dilakukan Universitas Sumatera Utara 93 pengujian marshall dengan tujuan untuk mendapatkan kadar aspal optimum di tiap-tiap variasi kadar aspal, didapatkan hasil yang ideal untuk kadar aspal optimum yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji yaitu sebesar 6,1 atau sebesar 73,2 gram. Pada tabel 4.9 serta gambar 4.5 dapat dilihat hasil pengujian dalam mencari KAO. Nilai ini didapat berdasarkan nilai hasil perpotongan antara nilai vim Marshall dengan nilai vim PRD. Pada spesifikasi departemen pekerjaan umum tahun 2010 mensyaratkan nilai minimum untuk vim marshall sebesar 3, dan maksimum sebesar 5. Untuk nilai vim PRD minimum 2. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Marshall Untuk Penentuan KAO Universitas Sumatera Utara 94 Gambar 4.5 Desain Metode Pengujian Marshall Cold Bin Universitas Sumatera Utara 95 a. Pengaruh kadar aspal terhadap stabilitas Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pada gambar grafik stability nilai stability campuran aspal meningkat seiring peningkatan kadar aspal hingga mencapai titik optimalnya dan kemudian cenderung menurun. Nilai stabilitas pada kadar aspal 5,5 masih berada di bawah standart spesifikasi departemen pekerjaan umum tahun 2010 yang menetapkan persyaratan minimal sebesar 800 kg. Sedangkan untuk kadar aspal mulai dari 5,5-7 telah memenuhi spesifikasi yang telah disyaratkan. Nilai marshall maksimum adalah 1114 dengan kadar aspal 6,1. b. Pengaruh kadar aspal terhadap kelelehan Pada gambar 4.5, gambar grafik kelelehan dapat dilihat bahwa nilai kelelehan campuran aspal meningkat seiring peningkatan kadar aspal. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya kadar aspal, campuran menjadi semakin plastis. Sesuai sifat aspal sebagai bahan pengikat, maka semakin banyak aspal menyelimuti batuan semakin baik ikatan antara agregat dengan aspal yang menyebabkan nilai flow menjadi tinggi. Secara keseluruhan memenuhi persyaratan nilai kelelehan yang ditetapkan minimal sebesar 3 mm. c. Pengaruh kadar aspal terhadap nilai Marshall Quotient Nilai MQ merupakan hasil bagi antara nilai stabilitas dengan nilai kelelehan campuran dimana nilai ini merupakan indikator kekakuan dari campuran aspal. Berdasarkan gambar 4.5, dapat dilihat MQ cenderung naik dengan peningkatan kadar aspal hingga pada kadar aspal 6.5 dan kemudian menurun dengan makin banyaknya kadar aspal dalam campuran. Berdasarkan hasil uji tidak semua kadar aspal memenuhi spesifikasi departemen pekerjaan Universitas Sumatera Utara 96 umum tahun 2010, yang memenuhi kadar aspal mulai 5.5-7. Adapaun persyaratan minimal sebesar 250 kgmm. d. Pengaruh kadar aspal terhadap nilai Void in Mixture VIM Pada gambar 4.5, dapat terlihat bahwa nilai rongga dalam campuran VIM menurun seiring peningkatan kadar aspal dalam campuran. Hal ini disebabkan karena makin banyak kadar aspal atau jumlah aspal dalam campuran, aspal tersebut akan makin banyak mengisi rongga-rongga dan menyelimuti agregat sehingga rongga yang tersisa dalam campuran semakin sedikit. Setelah pengujian terlihat bahwa nilai VIM tidak memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 yang menetapkan syarat maksimal untuk nilai VIM sebesar 5.5. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan suhu pencampuran yang terlalu tinggi, sehingga aspal yang terserap lebih banyak dibandingkan yang menyelimuti agregat. Selain itu juga kemungkinan disebabkan fluktuasi suhu pada saat pemadatan yang mengakibatkan aspal kurang menyelimuti agregat dengan sempurna. e. Pengaruh kadar aspal terhadap nilai void in mineral aggregate Pada gambar 4.5, terlihat bahwa semakin besar kadar aspal, nilai VMA cenderung menurun sampai nilai minimal pada kadar aspal 6, kemudian naik lagi dengan naiknya kadar aspal dalam campuran. Secara keseluruhan nilai VMA ini telah memenuhi spesifikasi yang menetapkan persyaratan minimal sebesar 15. Universitas Sumatera Utara 97

IV.4 PEMBUATAN BENDA UJI MARSHALL SEBAGAI PERENDAM