113
IV.8 ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA PERENDAMAN AIR LAUT DAN AIR HUJAN
Dari hasil pengujian volumetrik dan marshall terhadap campuran aspal yang terendam air laut dan air hujan, dibuat analisa dari masing-masing jenis
perendaman yang dituangkan pada tabel untuk masing-masing hasil pengujian volumetrik dan marshall untuk mengetahui pola perendaman mana yang lebih
berpengaruh terhadap nilai stabilitas kedua campuran. Data-data tersebut diambil nilai rata-rata seperti pada pembahasan sebelumnya. Pada tabel 4.22 sd 4.26
dijelaskan nilai perbandingan hasil pengujian karakteristik campuran pasca perendaman baik perendaman air laut serta perendaman air hujan.
Tabel 4.24 Resume Nilai VIM Air Laut
Campuran Aspal Waktu Perendaman
VIM 6,1
30 3,56
1440 4,27
2880 4,54
5760 4,94
Air Hujan Campuran Aspal
Waktu Perendaman VIM
6,1 30
3,08 1440
3,68 2880
4,08 5760
4,43
Universitas Sumatera Utara
114
Gambar 4.16 Nilai Waktu Perendaman Vs VIM Air Laut
Gambar 4.17 Nilai Waktu Perendaman Vs VIM Air Hujan
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5 5
1000 2000
3000 4000
5000 6000
VIM
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs VIM Air hujan
1 2
3 4
5 6
1000 2000
3000 4000
5000 6000
VIM
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs VIM Air laut
Universitas Sumatera Utara
115
Tabel 4.25 Resume Nilai VMA Air Laut
Campuran Aspal
Waktu Perendaman VMA
6,1 30
16,14 1440
16,76 2880
16,99 5760
17,33 Air Hujan
Campuran Aspal
Waktu Perendaman VMA
6,1 30
15,72 1440
16,24 2880
16,59 5760
16,89
Gambar 4.18 Waktu Perendaman Vs VMA Air Laut
100 101
102 103
104 105
106 107
108
1000 2000
3000 4000
5000 6000
VM A
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs VMA Air laut
Universitas Sumatera Utara
116
Gambar 4.19 Waktu Perendaman Vs VMA Air Hujan
Tabel 4.26 Resume Nilai Stabilitas Air Laut
Campuran Aspal
Waktu Perendaman
STABILITY Retained
STABILITY 6,1
30 1168
1440 1019
87,24 2880
912 78,08
5760 829
70,98 Air hujan
Campuran Aspal
Waktu Perendaman
STABILITY Retained
STABILITY 6,1
30 1233
1440 1162
94,24 2880
1065 86,37
5760 973
78,91
15 15,5
16 16,5
17 17,5
18
1000 2000
3000 4000
5000 6000
VM A
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs VMA Air hujan
Universitas Sumatera Utara
117
Gambar 4.20 Waktu Perendaman Vs Stability Air Laut
Gambar 4.21 Waktu Perendaman Vs Stability Air Hujan
200 400
600 800
1000 1200
1400
1000 2000
3000 4000
5000 6000
S TA
B IL
IT A
S
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs STABILITAS Air laut
200 400
600 800
1000 1200
1400
1000 2000
3000 4000
5000 6000
S TA
B IL
ITA S
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs STABILITAS Air hujan
Universitas Sumatera Utara
118
Gambar 4.22 Waktu Perendaman Vs Retained Stability Air Laut
Gambar 4.23 Waktu Perendaman Vs Retained Stability Air Hujan
25 50
75 100
125 150
1000 2000
3000 4000
5000 6000
Re tai
n ed
ST A
B IL
IT A
S
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs Retained STABILITAS Air Laut
25 50
75 100
125 150
1000 2000
3000 4000
5000 6000
Re tai
n ed
ST A
B IL
IT A
S
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs Retained STABILITAS Air hujan
Universitas Sumatera Utara
119
Tabel 4.27 Resume Nilai Flow Air Laut
Campuran Aspal
Waktu Perendaman FLOW
6,1 30
3,9 1440
3,59 2880
3,4 5760
3,28 Air Hujan
Campuran Aspal
Waktu Perendaman FLOW
6,1 30
3,99 1440
3,87 2880
3,69 5760
3,52
Gambar 4.24 Waktu Perendaman Vs Flow Air Laut
1 2
3 4
5
1000 2000
3000 4000
5000 6000
FLOW
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs FLOW Air laut
Universitas Sumatera Utara
120
Gambar 4.25 Waktu Perendaman Vs Flow Air Hujan
Tabel 4.28 Resume Nilai Marshall Quotient Air Laut
Campuran Aspal Waktu Perendaman
MQ 6,1
30 299
1440 284
2880 269
5760 253
Air Hujan Campuran Aspal
Waktu Perendaman MQ
6,1 30
309 1440
300 2880
289 5760
277
1 2
3 4
5
1000 2000
3000 4000
5000 6000
FLOW
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs FLOWAir hujan
Universitas Sumatera Utara
121
Gambar 4.26 Waktu Perendaman Vs Marshall Quotient Air Laut
Gambar 4.27 Waktu Perendaman Vs Marshall Quotient Air Hujan
Dapat di lihat bahwa pada tabel 4.22 sd 4.26 dimana yang ditandai dengan warna hijau adalah perendaman yang paling besar pengaruhnya terhadap
karakteristik campuran yang di uji dengan Marshall. Pengaruh perendaman tidak
250 260
270 280
290 300
310
1000 2000
3000 4000
5000 6000
MQ
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs MQAir laut
275 280
285 290
295 300
305 310
315
1000 2000
3000 4000
5000 6000
MQ
Waktu perendaman menit
Waktu perendaman Vs MQAir hujan
Universitas Sumatera Utara
122
terlihat berbeda terhadap masing-masing karakteristik Marshall. Untuk nilai MQ, dan kelelehan, pola perendaman menggunakan air hujan nilai yang di dapat
berdasarkan hasil pengujian terlihat besar dibandingkan pada perendaman air laut, namun bukan berarti perendaman air laut lebih baik. Hal ini terjadi dikarenakan
nilai yang di hasilkan oleh stabilitas lebih tinggi pada perendaman air hujan di bandingkan pada air laut. Nilai kelelehan dan MQ berhubungan terhadap nilai
stabilitas. Berdasarkan hasil pengujian nilai stabilitas lebih baik pada perendaman air hujan di bandingkan pada air laut, dapat di lihat pada tabel 4.24. Di katakan
stabilitas lebih baik pada perendaman air hujan di karenakan kemampuan campuran untuk menerima beban sampai terjadi alir flow lebih besar pada
perendaman yang menggunakan air hujan di bandingkan dengan air laut. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk nilai stabilitas, flow, MQ lebih baik
pada perendaman air hujan. Sedangkan untuk VIM dan VMA besarnya rongga yang terjadi lebih besar pada perendaman air laut di bandingkan air hujan, dengan
kata lain bahwa keseluruhan pengujian volumetrik dan marshall terhadap campuran aspal hasil yang dihasilkan berdasarkan hasil pengujian lebih baik pada
perendaman air hujan di bandingkan air laut. Perbedaan ini terjadi dapat diakibatkan oleh bedanya parameter kandungan kimia pada kedua zat cair ini.
Besarnya kerusakan aspal yang di akibatkan oleh air laut di bandingkan dengan air hujan di karenakan air laut banyak mengandung garam di bandingkan air hujan
yang sangat kecil mengandung garam, namun bukan tidak mengandung garam. Aspal terdiri dari susunan ikatan karbon. Air laut sebagaimana kita ketahui
mengandung garam. Garam dapat terikat ke aspal karena aspal mengasorbsi garam, ini dikarenakan carbon salah satu absorben yang baik, sehingga garam
Universitas Sumatera Utara
123
terikat secara fisika ke aspal maka berlangsung proses oksidasi-reduksi yang lebih cepat terhadap aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal sangat besar mengalami
kerusakan yang di sebabkan air laut. Namun secara keseluruhan baik pola perendaman air laut maupun air hujan, semakin lama campuran aspal terendam
oleh masing-masing zat cair tersebut dapat mempengaruhi kinerja berupa penurunan durabilitas atau keawetan campuran.
Universitas Sumatera Utara
124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN