9.57 6.38 3.83 Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa tumbuh diperkirakan terjadi peningkatan menjadi

Kajian Ekonomi Regional Jakarta 18 Tabel A-2. Struktur Tarif AC-FTA Sumber: Kemendag, 2010 Berdasarkan jenis barang yang diimpor dari China dan ASEAN, sebagian besar berupa bahan baku. Dari keseluruhan impor dari China yang berupa bahan baku sekitar 62, sementara impor ASEAN yang berupa bahan baku sekitar 60. Bahan baku yang diimpor berupa bahan setengah jadi processed berupa makanan olahan, plastik, kimia organik, besi baja, kapas, produk tekstil dan lainnya; serta aksesoris transportasi berupa mesin, elektronik, besi baja, dan kain penutup jok. Perkembangan impor bahan baku dari China dan ASEAN mengalami peningkatan paska penerapan AC-FTA grafik A-1 dan A-2. Grafik A-1. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan BEC Grafik A-2. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan BEC Dampak penerapan AC-FTA, porsi impor Jakarta dari China dan ASEAN semakin meningkat grafik A-3. Sejak Oktober 2005, terdapat kecenderungan kenaikan impor oleh Jakarta terhadap komoditas buah-buahan dari China, dengan proporsi impor buah- buahan Jakarta dari China sekitar 51 terhadap impor buah dari semua negara. Barang utama lainnya yang banyak diimpor Jakarta dari China berupa mesin aplikasi porsi 20 dari total impor mesin aplikasi dari semua negara dan elektonik porsi 40 dari total impor elektronik dari semua negara, dan produk tekstil porsi 10-60 dari total impor elektronik dari semua negara. Sementara dari ASEAN berupa mesin aplikasi porsi 22 dari total impor mesin aplikasi dari semua negara, JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE 2857 25.58 2864 25.63 2639 30.22 2639 30.20 5709 65.34 7306 83.61 7306 83.61 7778 89.01 5 3893 34.85 3888 34.80 3218 36.85 3219 36.84 2219 25.39 622 7.12 622 7.12 150 1.72 7.5 86 0.98 85 0.97 33 0.38 33 0.38 33 0.38 33 0.38 8 1850 21.19 1866 21.36 3 0.03 3 0.03 3 0.03 3 0.03 10 1702 15.24 1702 15.23 131 1.50 131 1.50 95 1.09 95 1.09 95 1.09 95 1.09 12 90 1.03 90 1.03 0.00 0.00 0.00 0.00 12.5 18 0.16 18 0.16 48 0.55 48 0.55 48 0.55 48 0.55 48 0.55 48 0.55 15 1537 13.76 1537 13.76 315 3.61 304 3.48 278 3.18 278 3.18 278 3.18 278 3.18 20 269 2.41 269 2.41 126 1.44 123 1.41 123 1.41 123 1.41 123 1.41 123 1.41 25 318 2.85 318 2.85 20 0.23 20 0.23 19 0.22 19 0.22 19 0.22 19 0.22 30 39 0.35 39 0.35 39 0.45 39 0.45 39 0.45 39 0.45 39 0.45 39 0.45 30 : 538 4.82 538 4.82 170 1.95 173 1.98 172 1.97 172 1.97 172 1.97 172 1.97 TOTAL 11171 100.00 11173 100.00 8732 100.00 8737 100.00 8738 100.00 8738 100.00 8738 100.00 8738 100.00 BEA MASUK RATA ‐ RATA 2012 2.92 2.92

2.65 9.57

9.49 6.38

6.38 3.83

TAHUN TARIF BEA MASUK 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2011 100 200 300 400 500 600 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jutaan USD Impor dari ASEAN Konsumsi Bahan Baku Modal penerapan AC‐FTA 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jutaan USD Impor dari China Konsumsi Bahan Baku Modal penerapan AC‐FTA Kajian Ekonomi Regional Jakarta 19 kendaraan bermotor porsi 38 dari total impor kendaraan bermotor dari semua negara, dan produk tekstil porsi 5-50 dari total impor elektronik dari semua negara. Bea masuk untuk produk pertanian sebagian sudah bebas sejak tahun 2004 dan hampir semuanya bebas pada 2010. Sementara produk tekstil, mesin, dan elektronika akan bebas bertahap mulai 2010 hingga 2018 tabel A-1. Grafik A-3. Porsi Impor dari ASEAN dan China Grafik A-4. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan SITC Grafik A-5. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan SITC Meningkatnya impor produk China dan Asean menjadi kekhawatiran terhadap eksistensi sektor UMKM. Berdasarkan statistik BPS, jumlah usaha kecil dan rumah tangga semakin berkurang grafik A-5. Berdasarkan Subdin Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan beberapa kendala yang dihadapi UMKM diantaranya tidak memiliki akses ke luar negeri dan kurangnya promosi ke luar negeri sehingga masih minimnya jumlah UKM yang mengirim produknya ke luar negeri; masih minimnya anggaran yang dimiliki para perajin UKM; dan pengerjaan masih manual. Grafik A-6. Perkembangan Jumlah Industri Sumber : BPS 2009, diolah 44.03 40.51 39.87 39.69 38.09 37.31 32.10 31.32 32.93 31.97 10.07 12.56 13.42 17.08 17.46 19.23 20.76 21.91 20.84 20.25 6.05 6.54 8.66 9.54 11.39 11.74 14.58 15.61 16.57 18.75 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 C. R.R.C ASEAN OTHER ASIA EUROPE AUSTRALIA AMERICA AFRICA 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 911 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 juta USD juta USD Impor dari ASEAN Pertanian Pertambangan Industri rhs penerapan AC‐FTA 100 200 300 400 500 600 700 800 10 20 30 40 50 60 1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 911 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 juta USD juta USD Impor dari China Pertanian Pertambangan Industri rhs penerapan AC‐FTA 71,301 77,205 78,621 69,352 66,178 819,520 834,327 1,127,596 1,117,911 1,087,489 ‐ 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 ‐ 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 2004 2005 2006 2007 2008 Besar dan Medium Kecil Rumah Tangga Kajian Ekonomi Regional Jakarta 20 Pemerintah akan menerapkan kebijakan tarif dan nontarif untuk mengantisipasi dampak negatif AC-FTA. Kebijakan tarif diantaranya penundaan beberapa sektor yang diperkirakan dapat menggangu industri nasional. Sebanyak 228 pos tarif diusulkan akan ditunda penerapannya, antara lain: 1. Sebanyak 146 pos tarif Normal Track 1 NT 1 yang harus 0 pada 2010 diusulkan menjadi Normal Track 2 NT 2 atau menjadi 0 pada tahun 2012. 2. Sebanyak 60 pos tarif Normal Track 1 NT 1 yang harus 0 pada tahun 2010 diusulkan menjadi sensitive list SL atau 0-5 pada tahun 2018. 3. Sebanyak 22 pos tarif yang sudah 0 dalam AC-FTA 2009 dinaikan menjadi 5 dan dimasukan dalam katagori sensitive list SL atau 0-5 pada tahun 2018. Sementara kebijakan non-tarif yang akan dimaksimalkan antara lain : 1. Produk yang beredar wajib: • Menggunakan Standar Nasional Indonesia SNI • Menggunakan label halal • Menggunakan label berbahasa Indonesia 2. Pengetatan pengawasan impor produk manufaktur di enam pelabuhan besar Pengetatan izin importir terdaftar + Pemberdayaan kinerja Bea dan Cukai 3. Penanganan Unfair Trade : Anti Dumping, Safeguard 4. Harmonisasi tarif, terutama bagi produk yang bahan bakunya masih masuk dalam HSL high sensivity list seperti gula, beras, jagung, dan kedelai. Harmonisasi tarif agar bea masuk impor barang jadi lebih besar dari bahan baku gula vs permen Kajian Ekonomi Regional Jakarta 21

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA

Pada triwulan IV-2009, perkembangan harga-harga secara umum di DKI Jakarta masih dalam tren menurun. Inflasi IHK indeks harga konsumen pada triwulan ini tercatat sebesar 2,34yoy, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,63yoy. Penurunan tersebut terutama akibat pengaruh faktor nonfundamental yaitu administered prices terkait turunnya tarif transportasi dan terjaganya pasokan bahan makanan volatile foods. Demikian pula, secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 mencatat penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 1,73 menjadi 0,58. Penurunan tersebut terkait normalnya permintaan yang masyarakat meskipun terdapat hari besar keagamaan natal. Secara umum, tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV-2009 masih relatif rendah. Pada akhir triwulan laporan, laju inflasi secara tahunan “year on year” triwulan IV-2009 terhadap triwulan IV-2008 tercatat sebesar 2,34 yoy. Rendahnya tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar -3,87 yoy dan rendahnya inflasi pada kelompok perumahan yang tercatat sebesar 0,28 yoy. Bobot inflasi kedua kelompok tersebut di Jakarta relatif besar, yaitu secara keseluruhan mencapai 46,9, sehingga mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap rendahnya inflasi Jakarta. Jika dilihat lebih rinci, deflasi pada kelompok transport berasal dari turunnya ongkos transportasi sebesar -6,9 yoy, sedangkan rendahnya inflasi pada kelompok perumahan berasal dari deflasi yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga -4,4, yoy. Pergerakan harga pada kedua komoditas tersebut sangat dipengaruhi oleh penetapan harga BBM dan tarif angkutan yang ditentukan oleh Pemerintah, dimana pada saat ini tidak terdapat penyesuaian di keduanya. Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Kontribusi Inflasi 0. 7 2 1. 01 0. 21 0. 2 5 0. 1 9 0. 07 0. 66 0. 82 0. 3 6 0. 98 ‐0. 2 4 0. 86 1. 8 6 0. 2 9 0. 82 0. 7 9 1. 5 1 1. 9 4 1. 2 6 0. 2 4 1. 02 0. 4 2 0. 3 4 0. 11 ‐0. 2 4 ‐0. 2 2 0. 3 3 ‐0. 15 0. 17 0. 13 0. 36 0. 45 0. 9 1 0. 12 ‐0. 5 0. 5 1 ‐4 4 8 12 16 ‐1 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2007 2008 2009 , m‐t‐m , y‐o‐y Inflasi Jakarta MTM yoy rhs panen panen lebaran lebaran kenaikan harga internasional panen harga BBM bersubsidi rata2 meningkat 28,7 dampak 2nd round kenaikan harga BBM Des : 1st round effect JanFeb:1st+2nd round effect penurunan BBM 2,34 2.34 0.73 1.29 0.08 0.51 0.20 0.19 ‐0.76 0.58 ‐0.11 0.43 0.02 0.24 0.02 0.01 ‐0.06 ‐1 ‐0.5 0.5 1 1.5 2 2.5 SHARE : IHK Bhn Makanan Mknn jadi Permhn Pakaian Kesehatan Penddkn Transports 1 .0 1 4 .2 1 1 5 .1 3 2 7 .1 3 9 .5 9 4 .7 3 9 .4 8 1 9 .7 4 Kontribusi Inflasi qtq yoy