Kajian Ekonomi Regional Jakarta
18
Tabel A-2. Struktur Tarif AC-FTA
Sumber: Kemendag, 2010
Berdasarkan jenis barang yang diimpor dari China dan ASEAN, sebagian besar berupa bahan baku. Dari keseluruhan impor dari
China yang berupa bahan baku sekitar 62, sementara impor ASEAN yang berupa bahan baku sekitar 60. Bahan baku yang diimpor berupa
bahan setengah jadi processed berupa makanan olahan, plastik, kimia organik, besi baja, kapas, produk tekstil dan lainnya; serta aksesoris
transportasi berupa mesin, elektronik, besi baja, dan kain penutup jok. Perkembangan impor bahan baku dari China dan ASEAN mengalami
peningkatan paska penerapan AC-FTA grafik A-1 dan A-2.
Grafik A-1. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan BEC
Grafik A-2. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan BEC
Dampak penerapan AC-FTA, porsi impor Jakarta dari China dan ASEAN semakin meningkat grafik A-3. Sejak Oktober 2005,
terdapat kecenderungan kenaikan impor oleh Jakarta terhadap komoditas buah-buahan dari China, dengan proporsi impor buah-
buahan Jakarta dari China sekitar 51 terhadap impor buah dari semua negara.
Barang utama lainnya yang banyak diimpor Jakarta dari China berupa mesin aplikasi porsi 20 dari total impor mesin aplikasi dari
semua negara dan elektonik porsi 40 dari total impor elektronik dari semua negara, dan produk tekstil porsi 10-60 dari total impor
elektronik dari semua negara. Sementara dari ASEAN berupa mesin aplikasi porsi 22 dari total impor mesin aplikasi dari semua negara,
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
JUMLAH POS
TARIF PERSENTASE
2857 25.58
2864 25.63
2639 30.22
2639 30.20
5709 65.34
7306 83.61
7306 83.61
7778 89.01
5 3893
34.85 3888
34.80 3218
36.85 3219
36.84 2219
25.39 622
7.12 622
7.12 150
1.72 7.5
86 0.98
85 0.97
33 0.38
33 0.38
33 0.38
33 0.38
8 1850
21.19 1866
21.36 3
0.03 3
0.03 3
0.03 3
0.03 10
1702 15.24
1702 15.23
131 1.50
131 1.50
95 1.09
95 1.09
95 1.09
95 1.09
12 90
1.03 90
1.03 0.00
0.00 0.00
0.00 12.5
18 0.16
18 0.16
48 0.55
48 0.55
48 0.55
48 0.55
48 0.55
48 0.55
15 1537
13.76 1537
13.76 315
3.61 304
3.48 278
3.18 278
3.18 278
3.18 278
3.18 20
269 2.41
269 2.41
126 1.44
123 1.41
123 1.41
123 1.41
123 1.41
123 1.41
25 318
2.85 318
2.85 20
0.23 20
0.23 19
0.22 19
0.22 19
0.22 19
0.22 30
39 0.35
39 0.35
39 0.45
39 0.45
39 0.45
39 0.45
39 0.45
39 0.45
30 :
538 4.82
538 4.82
170 1.95
173 1.98
172 1.97
172 1.97
172 1.97
172 1.97
TOTAL 11171
100.00 11173
100.00 8732
100.00 8737
100.00 8738
100.00 8738
100.00 8738
100.00 8738
100.00 BEA
MASUK RATA
‐ RATA
2012
2.92 2.92
2.65 9.57
9.49 6.38
6.38 3.83
TAHUN TARIF
BEA MASUK
2010 2009
2008 2007
2006 2005
2011
100 200
300 400
500 600
1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Jutaan USD
Impor dari ASEAN
Konsumsi Bahan
Baku Modal
penerapan AC‐FTA
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Jutaan USD
Impor dari China
Konsumsi Bahan
Baku Modal
penerapan AC‐FTA
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
19
kendaraan bermotor porsi 38 dari total impor kendaraan bermotor dari semua negara, dan produk tekstil porsi 5-50 dari total impor
elektronik dari semua negara. Bea masuk untuk produk pertanian sebagian sudah bebas sejak tahun 2004 dan hampir semuanya bebas
pada 2010. Sementara produk tekstil, mesin, dan elektronika akan bebas bertahap mulai 2010 hingga 2018 tabel A-1.
Grafik A-3. Porsi Impor dari ASEAN dan China
Grafik A-4. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan SITC
Grafik A-5. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan SITC
Meningkatnya impor produk China dan Asean menjadi kekhawatiran terhadap eksistensi sektor UMKM. Berdasarkan
statistik BPS, jumlah usaha kecil dan rumah tangga semakin berkurang grafik A-5. Berdasarkan Subdin Koperasi Usaha Kecil Menengah dan
Perdagangan beberapa kendala yang dihadapi UMKM diantaranya tidak memiliki akses ke luar negeri dan kurangnya promosi ke luar negeri
sehingga masih minimnya jumlah UKM yang mengirim produknya ke luar negeri; masih minimnya anggaran yang dimiliki para perajin UKM;
dan pengerjaan masih manual.
Grafik A-6. Perkembangan Jumlah Industri
Sumber : BPS 2009, diolah
44.03 40.51
39.87 39.69
38.09 37.31
32.10 31.32
32.93 31.97
10.07 12.56
13.42 17.08
17.46 19.23
20.76 21.91
20.84 20.25
6.05 6.54
8.66 9.54
11.39 11.74
14.58 15.61
16.57 18.75
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
C. R.R.C
ASEAN OTHER
ASIA EUROPE
AUSTRALIA AMERICA
AFRICA
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1,000
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 911 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
juta USD
juta USD
Impor dari ASEAN
Pertanian Pertambangan
Industri rhs
penerapan AC‐FTA
100 200
300 400
500 600
700 800
10 20
30 40
50 60
1 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 9111 3 5 7 911 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
juta USD
juta USD
Impor dari China
Pertanian Pertambangan
Industri rhs
penerapan AC‐FTA
71,301 77,205
78,621 69,352
66,178 819,520
834,327 1,127,596
1,117,911 1,087,489
‐ 200,000
400,000 600,000
800,000 1,000,000
1,200,000
‐ 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
60,000 70,000
80,000 90,000
2004 2005
2006 2007
2008 Besar
dan Medium Kecil
Rumah Tangga
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
20
Pemerintah akan menerapkan kebijakan tarif dan nontarif untuk mengantisipasi dampak negatif AC-FTA. Kebijakan tarif diantaranya
penundaan beberapa sektor yang diperkirakan dapat menggangu industri nasional. Sebanyak 228 pos tarif diusulkan akan ditunda
penerapannya, antara lain: 1.
Sebanyak 146 pos tarif Normal Track 1 NT 1 yang harus 0 pada 2010 diusulkan menjadi Normal Track 2 NT 2 atau menjadi 0
pada tahun 2012. 2.
Sebanyak 60 pos tarif Normal Track 1 NT 1 yang harus 0 pada tahun 2010 diusulkan menjadi sensitive list SL atau 0-5 pada
tahun 2018. 3.
Sebanyak 22 pos tarif yang sudah 0 dalam AC-FTA 2009 dinaikan menjadi 5 dan dimasukan dalam katagori sensitive list SL atau
0-5 pada tahun 2018. Sementara kebijakan non-tarif yang akan dimaksimalkan antara lain :
1. Produk yang beredar wajib:
• Menggunakan Standar Nasional Indonesia SNI
• Menggunakan label halal
• Menggunakan label berbahasa Indonesia
2. Pengetatan pengawasan impor produk manufaktur di enam
pelabuhan besar Pengetatan izin importir terdaftar + Pemberdayaan kinerja Bea dan Cukai
3. Penanganan Unfair Trade : Anti Dumping, Safeguard
4. Harmonisasi tarif, terutama bagi produk yang bahan bakunya masih
masuk dalam HSL high sensivity list seperti gula, beras, jagung, dan kedelai. Harmonisasi tarif agar bea masuk impor barang jadi lebih
besar dari bahan baku gula vs permen
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
21
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Pada triwulan IV-2009, perkembangan harga-harga secara umum di DKI Jakarta masih dalam tren menurun. Inflasi IHK indeks harga konsumen
pada triwulan ini tercatat sebesar 2,34yoy, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,63yoy. Penurunan tersebut
terutama akibat pengaruh faktor nonfundamental yaitu administered prices terkait turunnya tarif transportasi dan terjaganya pasokan bahan
makanan volatile foods. Demikian pula, secara triwulanan, inflasi triwulan IV-2009 mencatat penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, dari 1,73 menjadi 0,58. Penurunan tersebut terkait normalnya permintaan yang masyarakat meskipun terdapat hari besar
keagamaan natal.
Secara umum, tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV-2009 masih relatif rendah. Pada akhir triwulan laporan, laju inflasi secara
tahunan “year on year” triwulan IV-2009 terhadap triwulan IV-2008 tercatat sebesar 2,34 yoy. Rendahnya tekanan inflasi tersebut
terutama disumbang oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar -3,87 yoy dan rendahnya inflasi
pada kelompok perumahan yang tercatat sebesar 0,28 yoy. Bobot inflasi kedua kelompok tersebut di Jakarta relatif besar, yaitu secara
keseluruhan mencapai 46,9, sehingga mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap rendahnya inflasi Jakarta. Jika
dilihat lebih rinci, deflasi pada kelompok transport berasal dari turunnya ongkos transportasi sebesar -6,9 yoy, sedangkan rendahnya inflasi
pada kelompok perumahan berasal dari deflasi yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga -4,4, yoy. Pergerakan harga pada kedua
komoditas tersebut sangat dipengaruhi oleh penetapan harga BBM dan tarif angkutan yang ditentukan oleh Pemerintah, dimana pada saat ini
tidak terdapat penyesuaian di keduanya.
Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Kontribusi Inflasi
0. 7
2 1.
01 0.
21 0.
2 5
0. 1
9 0.
07 0.
66 0.
82 0.
3 6
0. 98
‐0. 2
4 0.
86 1.
8 6
0. 2
9 0.
82 0.
7 9
1. 5
1 1.
9 4
1. 2
6 0.
2 4
1. 02
0. 4
2 0.
3 4
0. 11
‐0. 2
4 ‐0.
2 2
0. 3
3 ‐0.
15 0.
17 0.
13 0.
36 0.
45 0.
9 1
0. 12
‐0. 5
0. 5
1
‐4 4
8 12
16
‐1 1
2 3
4 5
6
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 2007
2008 2009
, m‐t‐m
, y‐o‐y
Inflasi Jakarta
MTM yoy
rhs panen
panen lebaran
lebaran kenaikan
harga internasional
panen harga
BBM bersubsidi rata2
meningkat 28,7
dampak 2nd round
kenaikan harga BBM
Des : 1st round effect
JanFeb:1st+2nd round
effect penurunan BBM
2,34
2.34 0.73
1.29 0.08
0.51 0.20
0.19 ‐0.76
0.58 ‐0.11
0.43 0.02
0.24 0.02
0.01 ‐0.06
‐1 ‐0.5
0.5 1
1.5 2
2.5 SHARE
: IHK Bhn
Makanan Mknn
jadi Permhn
Pakaian Kesehatan
Penddkn Transports
1 .0
1 4
.2 1
1 5
.1 3
2 7
.1 3
9 .5
9 4
.7 3
9 .4
8 1
9 .7
4
Kontribusi Inflasi
qtq yoy