34
ml dan taruh dicawan petri kecil lainnya. Bersihkan dari jaringan ikat simpai, jaringan nekrotik dan darah, kemudian cacahpotong-potong sampai halus dengan
gunting hingga akhirnya terbentuk “bubur tumor” yang partikelnya dapat
melewati jarum trokar. Tambahkan garam fisiologis lebih kurang sama banyak dengan volume tumor.
e. Bubur tumor disuntikkan sub kutan di payudara tikus dengan dosis 0.2ml menggunakan spuit insulin dengan ketepatan 10
-1
. f. Sisa tumor yang padat dimasukkan ke dalam botol formalin untuk dibuat sediaan
mikroskopik. g. Masing-masing mencit diberi nomor di telinganya dan dimasukkan ke dalam
kandang berbeda yang diberi label berisi: jenis kelompok perlakuan, tanggal transplantasi.
3.11.3. Pengamatan morfologi benjolan, perubahan berat badan tikus
Pengamatan dilakukan dengan menghitung volume benjolan yang terjadi di payudara tikus. Benjolan yang terbentuk diukur luas dan tingginya. Luas benjolan diukur
dengan jangka sorong sedangkan tinggi benjolan ditentukan dengan bantuan pengarisrol. Kemudian ditentukan volume benjolan dengan memakai rumus kerucut.
Volume benjolan = 13 luas benjolan x tinggi benjolan Sedangkan perubahan berat badan ditentukan dengan menimbang berat badan tikus
sekali dalam 1 minggu.
Universitas Sumatera Utara
35
3.11.4. Pembuatan ekstrak benalu teh Scurrulla atropurpurea
Pembuatan ekstrak benalu teh Scurrulla atropurpurea yang dimaksud adalah ekstrak daun dan batang Scurrulla atropurpurea yang berasal dari gunung Pangrango
Bogor yang dikeringkan dengan panas matahari dan kemudian dibuat ekstrak dengan dosis 1.5gkgBB dan 3gkgBB, sesuai prosedur standar laboratorium
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Suspensi ekstrak benalu teh dibuat per 3 hari, dengan menggunakan pelarut carboxyl methyl celulosa
CMC dengan konsentrasi 0.5 yang ditambahkan aquadest sampai volume yang telah ditentukan. Suspensi yang dihasilkan berupa larutan kental bewarna kehitaman.
3.11.5. Prosedur pembuatan preparat histopatologi
a. Fiksasi Potongan kanker dimasukkan dalam larutan formalin buffer larutan formalin 10
dalam buffer Natrium asetat sampai mencapai pH 7. Waktu fiksasi jaringan 18-24 jam. Setelah fiksasi selesai, jaringan dimasukkan dalam larutan aquadest selama 1
jam untuk proses penghilangan larutan fiksasi. b. Dehidrasi
Potongan kanker dimasukkan dalam alkohol konsentrasi bertingkat. Jaringan menjadi lebih jernih dan transparan. Jaringan kemudian dimasukkan dalam alkohol-xylol
selama 1 jam dan kemudian larutan xylol murni selama 2x2 jam. c. Impregnasi
Jaringan dimasukkan dalam paraffin cair selama 2x2 jam. c. Embedding
Universitas Sumatera Utara
36
Jaringan ditanam dalam paraffin padat yang mempunyai titik lebur 56-58
o
C, ditunggu sampai parafin dipotong setebal 4 mikron dengan mikrotom. Potongan jaringan
ditempelkan pada kaca objek yang sebelumnya telah diolesi polilisin sebagai perekat. Jaringan pada kaca objek dipanakan dalam inkubator suhu 56-58
o
C sampai parafin mencair.
d. Pewarnaan jaringan dengan Hematoksilin-Eosin Secara berurutan jaringan pada kaca objek dimasukkan dalam :
1 Xylol
1 menit 9
Air 1 menit
2 Xylol
2 menit 10
Eosin 0,5-alkohol-
asam asetat 1 menit
3 Xylol 2 menit
11 Air
15 detik 4
Alkohol 100 2 menit
12 Alkohol 80
15 detik 5
Alkohol 96 2 menit
13 Alkohol 96
30 detik 6
Alkohol 80 2 menit
14 Alkohol 100
45 detik 7
Air 1 menit
15 Xylol
1 menit 8
Haematoksilin 7,5 menit
16 Xylol
1 menit
3.11.6. Prosedur imunohistokimia