dari keduanya. Keefektifan dari sebuah earmuff ditentukan oleh tekanan headband dan kesesuaian kubah terhadap telinga. Jika tekanannya
menurun baik karena penggunaan rutin maupun karena modifikasi yang disengaja oleh pemakainya reduksi kebisingannya pun akan menurun.
Elemen-elemen dari earmuff tersebut dapat dilihat dari Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Elemen-elemen Dari Earmuff
Sumber : E-dukasi.net
3. Helm Helmet yang dapat mereduksi kebisingan antara 40 – 50 dB.
3.7. Antropometri Kepala dan Telinga
Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor-
faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas dengan
manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja. Sejalan
dengan munculnya kesadaran akan arti pentingnya faktor manusia, para pendisain
Universitas Sumatera Utara
reaktor maupun instalasi-instalasi lainnya mengikutsertakan antropometri dalam desain stasiun kerjanya serta peralatan pendukungnya. Tujuan utama penyertaan
antropometri ini adalah untuk memperkecil beban kerja operator sehingga keamanan dan keselamatan instalasi itu dapat dipertinggi lagi. Persoalan yang
muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan antropometri tenaga kerja
Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengukuran data antropometri orang Indonesia untuk menjawab permasalahan yang timbul. Antropometri kepala
manusia dapat dilihat pada Gambar 3.12. Sementara itu, keterangan simbol dari Gambar 3.12 tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Antropometri Kepala Manusia Simbol
Keterangan Simbol
Keterangan
A Jarak antara kedua mata
I Jarak antara dahi dengan
kepala bagian belakang B
Lebar kepala J
Jarak antara vertex puncak diatas alis dengan dagu
C Jarak antara kedua daun
telinga K
Jarak antara mata dengan dagu D
Jarak antara persendian rahang bawah
L Jarak antara hidung dengan
dagu E
Jarak antara cuping hidung M
Jarak antara mulut dengan dagu
F Jarak antara kedua lubang
hidung N
Jarak antara ujung hidung dengan lekukan lubang hidung
G Jarak antara kedua pipi
O Jarak antara ujung hidung
dengan kepala bagian belakang
H Lingkar telinga ke telinga
P Lingkar Kepala Melintang
sumber : www. MSAnet.com
Universitas Sumatera Utara
A B
C D
E F
G H
I
J K
L M
N O
P
Gambar 3.12. Antropometri Kepala Manusia Tampak Depan dan Samping
sumber : www. MSAnet.com
Universitas Sumatera Utara
IV-1 Sementara itu untuk antropometri telinga manusia secara spesifik dapat
dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Landmark Telinga Manusia sumber : www. MSAnet.com
Keterangan dari Gambar 3.13 dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Landmark Telinga Manusia Simbol
Keterangan
1 Superaurale
2 Subaurale
3 Preaurale
4 Postaural
5 Superior konka
6 Insisura
intertragika inferior 7
Insisura anterior auris posterior 8
Kurvatura antiheliks 9
Lobules anterior 10
Lobules posterior sumber : www. MSAnet.com
Universitas Sumatera Utara
Selain landmark telinga, perlu juga diukur penonjolan yang terjadi pada telinga. Contoh penonjolan telinga dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14. Pengukuran Penonjolan Telinga Setinggi E Heliks ke Mastoid pada Level Superaurale, F Heliks ke Mastoid pada Level Tragus
sumber : www. MSAnet.com. Setelah data antropometri kepala dan telinga sudah ditentukan posisi titik
pengukurannya, maka untuk mengukurnya digunakan alat yang bernama meteran pengukur lingkar kepala seperti yang terlihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Meteran Pengukur Lingkar Kepala dan Telinga
Sumber : tokobagus.com
Universitas Sumatera Utara
Agar didapatkan hasil pengukuran yang baik dan benar, maka posisi kepala turut menentukan keberhasilan pengukuran. Posisi kepala subjek yang
dilakukan pemeriksaan diatur tegak lurus menghadap ke depan sesuai garis horisontal Frankfurt. Lokasi pada daun telinga yang akan diukur dan ditandai
terlebih dahulu. Terdapat delapan tipe pengukuran antropometri yang diukur pada daun telinga yang dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Tipe Pengukuran pada Daun Telinga Tipe Pengukuran
Daerah Telinga yang Diukur
A Panjang daun telinga 1–2
B Lebar daun telinga 3–4
C Panjang lobul 6–2
D Lebar lobul 9–10
E Panjang konka 5–6
F Lebar konka 7–8
G Penonjolan telinga setinggi superaurale E
H Penonjolan telinga setinggi tragus F
sumber : www. MSAnet.com Berbagai kepustakaan menyatakan berbagai ukuran pertumbuhan telinga.
Pada saat lahir, ukuran daun telinga ialah 66 dari ukuran dewasa, pada usia enam tahun akan menjadi 95 dari ukuran dewasa. Ukuran panjang telinga
normal diukur dari superaurale-subaurale ialah antara 55.0 mm sampai dengan 65.0 mm. Ukuran lebar telinga diukur dari preaurale-postaurale ialah antara 32.0
mm sampai dengan 36.0 mm. Ukuran penonjolan telinga diukur dari mastoid ke
Universitas Sumatera Utara
heliks setinggi tragus ialah 15.0 sampai dengan 20.0 mm. Sementara untuk lingkar melintang kepala normal orang dewasa berkisar antara 53 – 62 cm. Beberapa
penelitian telah dilakukan terhadap pertumbuhan daun telinga yang dihubungkan dengan usia. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan terlihat bahwa ukuran
telinga, tidak seperti bagian lain dari tubuh, akan tetap mengalami pertumbuhan selama masa dewasa. Iannarrellie dan Ito, seperti dikutip oleh Meijerman
menyatakan bahwa hal ini mungkin terjadi karena bertambah lengkungnya lobus telinga. Walaupun demikian, terdapat bukti yang menyatakan bahwa terjadi
perubahan histologi dari tulang rawan seiring bertambahnya usia. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi pengurangan sel tulang
rawan per unit area. Dari penelitian ini dibuat sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa bertambah panjangnya daun telinga dikarenakan bertambahnya matriks
ekstraseluler dari tulang rawan.
3.8. Kecepatan Angin