Tabel 3.3 Standar Kehilangan Kemampuan Pendengaran Level Kekurangan
Pendengaran Batas Interval
Pendengaran dB
Keterangan
Normal 0 – 25
Pendengar masih jarang mengalami kesulitan mendengar dalam jarak lebih dari 3 meter.
Ringan 26 – 40
Penderita akan mendapat kesukaran dalam komunikasi jarak jauh, sehingga mempunyai
handikap di dalam forum pertemuan. Misalnya : pertemuan sosial ataupun pertemuan
ilmiah. Klinis penderita sukar diajak bercakap- cakap pada jarak kurang lebih dari 3 meter.
Sedang 41 – 60
Selain penderita mendapat kesukaran di dalam komunikasi jarak jauh, juga pada jarak dekat.
Jadi penderita tidak dapat mengikuti percakapan sehari-hari. Klinis percakapan pada jarak 1
meter sudah mendapat kesukaran untuk mengerti arti kata.
Berat 61 – 90
Biasanya penderita sudah tidak dapat diajak berkomunikasi dengan suara biasa, sehingga
untuk dapat menangkap arti kata-kata, suara perlu dikeraskan menaikkan amplitudo yaitu
dengan berteriak atau dengan megafon amplifier
Sangat Berat 90
level berat tapi level ini umumnya penderitanya hampir mengalami ketulian total Hampir sama
dengan penderita level berat.
3.3.4. Pengendalian Kebisingan
Upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga elemen yaitu sumber kebisingan, lintasan rambatan kebisingan dan penerima kebisingan. Ketiga hal ini
saling berkaitan sehingga pengetahuan akan ketiga elemen ini sangat diperlukan sebelum mencoba menyelesaikan masalah kebisingan
www.pemdadiy.go.idberitaarticle
1. Pengendalian pada sumber bising, yaitu melakukan upaya agar tingkat bising yang dihasilkan oleh sumber dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali.
Beberapa usaha yang sering dilakukan antara lain menciptakan mesin-mesin dengan tingkat bising yang rendah, menempatkan sumber bising jauh dari
. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
penerima manusia atau daerah hunian, menutup sumber bising acoustic ensclosure.
2. Pengendalian pada medium, yaitu melakukan upaya penghalangan bising pada jejak atau jalur propogasinya. Dalam bagian ini dikenal 2 dua jalur
propogasi bising yaitu propogasi melalui udara airbone noise dan melalui struktur bangunan structure borne noise. Gejala yang terjadi pada structure
borne noise lebih kompleks dibandingkan dengan airbone noise karena adanya gejala propogasi getaran selain suara. Beberapa usaha pengendalian
bising pada jejak propogasi ini antara lain merancang penghalang akustik accoustic barrier, dinding insulasi insulation walls atau memutus jalur
getaran melalui struktur dengan memasang vibration absorber. 3. Pengendalian pada penerima, yaitu melakukan upaya perlindungan pada
pendengar manusia yang terkena paparan bising noise exposure dengan intensitas tinggi dan waktu yang cukup lama. Biasanya pengendalian bising
ini diperlukan pada lingkungan industri atau pabrik bagi para pekerja yangberhadapan dengan mesin – mesin. Pengendalian bising disini
dimaksudkan untuk melindungi para pekerja dari kemungkinan kerusakan pendengarannya sebagai akibat dari dosis bising noise dose yang
diterimanya setiap hari kerja. Sesuai dengan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia dipersyaratkan bahwa untuk tempat kerja
dengan tingkat bising ≥ 85 dBA, maka pekerja diharuskan untuk memakai
pelindung telinga ear protector seperti misalnya ear plug, ear muff atau kombinasi dari keduanya, selain mengatur waktu kerja untuk mengurangi
Universitas Sumatera Utara
dosis bising yang diterimanya setiap hari.
Dalam upaya pengendalian kebisingan di lingkungan pabrik agar lebih efektif, maka perlu dilakukan
identifikasi masalah kebisingan di pabrik, dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan.
Data yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan analisis hal-hal yang berkaitan dengan upaya mengurangi kebisingan secara teknis
di
sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Selain itu juga
pengendalian kebisingan dapat ditempuh secara administratif dengan cara mengatur pola kerja. Upaya terakhir dengan penggunaan alat pelindung diri untuk mengurangi
kebisingan seperti penyumbat telinga dan pelindung telinga Environmental Pollution Control Center, Osaka Prefecture Japan, 2004.
Dalam segi keselamatan dan kesehatan pekerja maka program pemantauan Penurunan Kemampuan Pendengaran Hearing Loss atau Kerusakan
Pendengaran Hearing Defect merupakan usaha yang kontinyu dan reguler harus dilakukan oleh divisi Industrial Hygene melalui tes Audiology untuk setiap
pekerja. Pada umumnya setiap pekerja harus memiliki catatan historis tentang tingkat pendengaran atau Ambang Dengar Threshold of Hearing selama bekerja
Quadrant Utama, 2002. Kebisingan sebagai suara yang tidak dikehendaki harus dikendalikan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51MEN1999, tentang Nilai Ambang Batas NAB kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar 85
dBA. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktukerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Standar yang ditetapkan pemerintah untuk pemantauan kebisingan lingkungan kerja mengacu kepada Keputusan Menteri Tenaga KerjaNo.51MEN1999 dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kebisingan Menurut Kepmen No. 51 MEN1999 Lama Kebisingan yang
diperbolehkan Hari Satuan
waktu Batas Kebisingan
Maksimum dBA
8 Jam
85 4
Jam 88
2 Jam
91 1
Jam 94
30 Menit
97 15
Menit 100
7,5 Menit
103 3,75
Menit 106
1,88 Menit
109 0,94
Menit 112
28,12 Detik
115 14,06
Detik 118
7,03 Detik
121 3,52
Detik 124
1,76 Detik
127 0,88
Detik 130
0,44 Detik
133 0,22
Detik 136
0,11 Detik
139
Catatan: Tidak boleh terpapar lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Sumber : LAMPIRAN II: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP.51MEN1999 TANGGAL 16 APRIL 1999
Universitas Sumatera Utara
3.4 Akustika