Pendekatan Kolmogorov-Smirnov b b b

48 dan median pada tempat yang sama. Jika ketiga tendensi sentral tersebut tidak terletak pada satu tempat, berarti kurva tersebut miring ke kiri atau ke kanan. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan tersebut dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” skewness. Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertandapositif ke arah kanan atau bertanda negatif kearah kiri Situmorang dan Lufti, 2012 : 101.

b. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis sumbu x melawan nilai- nilai yang didapat dari sampel sumbu y. Apabila plot dari keduanya berbentuk linier dapat didekati oleh garis lurus, maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, kita dapat mengatakan bahwa sebaran data dalam hal ini residual, adalah normal Situmorang Lufti, 2012 : 103.

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut : H H = data residual berdistribusi normal a Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5. Jika nilai Asymp.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka H = data residual tidak berdistribusi normal diterima artinya data residual berdistribui normal. Sebaliknya, jika nilai Asym.Sig 2 tailed taraf nyata α, maka H diterima, artinya data residual tidak berdistribusi normal. 49

d. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada dua uji multikolinearitas yang sering digunakan yaitu sebagai berikut Erlinai, 2011 : 103 : 1. VIF Variance Inflating Factor VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independenpenjelas. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan tingkat t. Semakin tinggi nilai VIF suatu variabel tertentu, maka akan semakin tinggi varian koefisien estimasi pada variabel tersebut dengan asumsi varian error term adalah konstan. Dengan demikian, semakin tinggi VIF, semakin berat dampak pada multikolinearitas. Pada umumnya jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolineritas yang cukup berat diantara variabel independen. 2. Korelasi diantara Variabel Independen Disamping VIF, cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas suatu model adalah dengan melihat koefisien korelasi sederhana antara variabel-variabel independenpenjelas. Apabila r adalah tinggi nilai absolutnya, maka ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan masalah multikolinearitas ada dalam persamaan tersebut. Koefisien korelasi yang tinggi ini menunjukkan terjadi gejala multikolinearitas yang berat. Korelasi antar dua variabel penjelas dikatakan memiliki hubungan yang tinggi, beberapa peneliti 50 secara arbiter menentukan 0,8. Dengan demikian, suatu model terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar dari 0,8.

2. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya heterokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data cross section silang waktu daripada time series runtut waktu. Hal ini bukan berarti model yang menggunakan data runtut waktu bebas dari heterokedasitas. Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas Erlina, 2011 : 105.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series Erlina, 2011 : 106. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Statistik Q : Box – Pierce dan Ljung Box. Uji ini digunakan utuk melihat autokorelasi dengan lag lebih dari dua. Kriteria pengambilan 51 keputusan dalam uji ini adalah jika lag yang signifikan sig 0,05 lebih dari dua maka tidak terdapat autokorelasi Situmorang dan Lufti, 2012 : 133.

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apablia nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis daerah dimana H ditolak. Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana H

1. Uji Signifikan Simultan Uji F

diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.Bentuk pengujiannya adalah : 1. H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 2. H = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari tingkat inflasi,sukubungaterhadap harga saham. a : minimal satu b Dengan menggunakan tingkatan α 5, jika nilai sig.F 0,05 maka H i ≠ 0 R , artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham. diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F 0,05 maka H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari 52 variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel 1. H . Dimana kriterianya, yaitu : diterima jika F hitung ≤ F tabel 2. H pada α = 5 a diterima jika F hitung F tabel

2. Uji Signifikansi Parsial uji t

pada α = 5 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat :

a. b

1 H = Inflasi :b 1 Ha : b = 0, artinya tingkat inflasi tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia.

b. b

1 ≠ 0, artinya tingkat inflasi berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia. 2 H = Suku Bunga : b 2 H = 0, artinya suku bunga tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia. a : b

c. b

2 ≠ 0, artinya suku bunga berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia. 3 H = Nilai Tukar : b 3 = 0, artinya nilai tukar tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia. 53 H : b Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. t 0,05 H 3 ≠ 0, artinya nilai tukar berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatdi Bursa Efek Indonesia. diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika sig.t 0,05 H a diterima, artinya ada pengaruh yang signfikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t hitung juga dapat dibandingkan dengan nilai t tabel 1. H . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu : diterima jika −t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel 2. Ha diterima jika t pada α = 5 hitung t tabel atau −t hitung ≤ −t tabel

3. Koefisien Determinasi R

pada α = 5 2 Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat dependent variable yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas independent variable. Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R 2 koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Apabila nilai R 2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk memastikan tipe hubungan antarvariabel dapat dilihat pada table berikut ini. 54 Tabel 3.1. Hubungan Antarvariabel Nilai Interpretasi 0,0 – 0.19 Sangat Tidak Erat 0,2 – 0,39 Tidak Erat 0,4 – 0,59 Cukup Erat 0,6 – 0,79 Erat 0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber : Situmorang dan Lutfi 2012 : 155 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMN Di Bursa Efek Indonesia

9 84 98

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia

0 42 84

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGADAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

1 6 27

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR DOLLAR TERHADAP HARGA SAHAM PROPERTI YANG Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Dollar Terhadap Harga Saham Properti Yang Terdaftar Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN.

0 1 8

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bi Rate Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 14

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 7 10